Rachmat Adhani
Memasuki tahun 2010, pemulihan ekonomi global semakin terlihat. Dampak dari stimulus fiskal yang digulirkan di hampir seluruh negara telah menuai hasil. Tingkat produksi dan perdagangan global meningkat seiring pertumbuhan permintaan. Kepercayaan para pelaku ekonomi juga telah pulih, baik di sektor riil maupun sektor keuangan.
Di negara-negara maju, mulai terjadi pembalikan siklus inventori yang menunjukkan aktivitas produksi yang menggeliat. Sementara di negara-negara berkembang, elemen utama dari pemulihan ekonomi yang lebih cepat adalah konsumsi rumah tangga, meskipun industri dan perdagangan juga memainkan peranan penting.
Fase pemulihan ekonomi di berbagai negara akan berbeda satu sama lain. Untuk negara maju, pertumbuhan ekonomi 2010 diperkirakan mulai memasuki zona positif, meskipun di level yang moderat. Pemulihan ekonomi di negara maju memang cenderung lamban, dan diperkirakan baru mulai stabil pada akhir 2011. Angka pengangguran yang terlanjur tinggi, utang pemerintah yang membengkak, dan permintaan domestik yang masih lemah merupakan tantangan pemulihan ekonomi di negara maju.
Sementara untuk negara berkembang, fase pemulihan ekonomi akan berjalan lebih cepat. Pada 2010, kelompok negara-negara berkembang diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup mengesankan. Selain permintaan domestik yang kuat, laju pertumbuhan yang cepat di negara berkembang juga didukung dengan kenaikan harga komoditas.
Sektor Keuangan Masih Menyisakan Risiko
Di sektor keuangan, suasana pemulihan juga semakin terasa seiring peningkatan aktivitas. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada risiko. Kredit perbankan belum tersalurkan dengan maksimal, karena perbankan masih dalam tahap konsolidasi. Selain itu, perbankan juga masih melihat bahwa permintaan belum cukup kuat, terutama di sektor properti.
Pasar keuangan juga mulai menggeliat, terutama di negara yang menawarkan keuntungan besar. Namun, pasar keuangan masih terbatas dan sulit dimasuki oleh beberapa sektor usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Oleh karena itu UMKM masih mengalami hambatan akses kredit, karena perbankan juga belum terlalu agresif. Ini menjadi faktor yang harus benar-benar menjadi perhatian.
Di sisi lain, pada saat fase awal pemulihan ekonomi, harga komoditas global sudah mulai menunjukkan tren kenaikan. Tren tersebut terus berlanjut pada 2010, mengingat pemulihan ekonomi semakin terlihat. Ke depan, harga komoditas masih akan melanjutkan tren kenaikan, karena lonjakan permintaan terutama dari negara berkembang. Namun, kenaikan harga tersebut masih dalam besaran yang konservatif, tidak seperti pada 2008.
Imbas dari semua perkembangan itu, justru yang menjadi kekhawatiran adalah soal deflasi yang bisa mematikan gairah ekonomi yang mulai bangkit. Pada 2010, tekanan inflasi diperkirakan mulai terasa karena kenaikan permintaan. Untuk negara maju, deflasi diperkirakan sudah tidak terjadi lagi. Inflasi akan menghampiri, meskipun dalam laju yang moderat. Sedangkan di negara berkembang, kewaspadaan terhadap inflasi harus mulai ditingkatkan. Meskipun demikian, laju inflasi 2010 diperkirakan tidak akan seperti 2008.
Risiko Pembalikan Masih Ada
Faktor yang dapat menyebabkan pembalikan ekonomi adalah pencabutan kebijakan yang tadinya diterapkan saat krisis (exit strategy) yang terlalu cepat. Selain itu, pembalikan juga kemungkinan terjadi apabila sektor keuangan dan properti kembali bermasalah. Angka pengangguran yang tidak segera turun juga dapat menyebabkan pertumbuhan permintaan tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya. Patut diwaspadai pula, kondisi fiskal yang mengkhawatirkan di beberapa negara juga berpotensi memicu kestidakstabilan pasar keuangan, dan berpotensi membalikkan kondisi pemulihan.