Mengapa Washington “Paksakan” Evo Morales Terguling dari Kekuasaan?

Bagikan artikel ini

Belakangan ini, banyak media-media arus utama dunia seperti Reuters, AFP, AP dan lainnya melaporkan aksi kudeta yang dilakukan pihak oposisi terhadap pemerintahan Evo Morales. Berbagai macam pemberitaan pun mengungkap bahwa ada campur tangan AS dalam aksi kudeta tersebut. Setidaknya beberapa alasan bisa diurai dalam tulisan pendek ini.

Mari kita lihat serangkaian peristiwa yang menjadi pemantik adanya berbagai aksi kudeta yang didukung penuh oleh AS terutama di kawasan yang diklaim sebagai “halaman belakang” mereka. Kita lihat Kembali pada tahun 2013, Morales pernah mengusir salah satu alat utama Washington untuk operasi perubahan rezim ‘USAID’ sebagaimana dilaporkan oleh Reuters pada 1 Mei 2013 silam. Bahwa “Morales mengatakan dia menendang Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) sebagai” protes “setelah Menteri Luar Negeri AS John Kerry baru-baru ini menyebut Amerika Latin sebagai “halaman belakang” Washington. Morales pada saat itu memang berkomitmen untuk “menasionalisasi … martabat rakyat Bolivia,” menyusul keberaniannya mengusir USAID dari Bolivia.

Pernyataan Morales itu merupakan pukulan telak terhadap agenda Washington di “halaman belakang”-nya. Namun, CIA memengaruhi National Endowment for Democracy (NED) yang didanai oleh sayap kanan dengan jutaan dolar hibah sejak Morales terpilih.

Morales juga seorang kritikus kebijakan luar negeri AS secara umum, tidak peduli siapa yang menjadi Presiden AS. Meskipun Washington dan komplek industri-militernya termasuk CIA telah merencanakan untuk mengeluarkan Morales dari kekuasaan sebelum Trump menjabat, namun, Trump dikritik pada pertemuan keamanan AS pada 2018 ketika Morales mengatakan bahwa “Saya ingin mengatakan kepada Anda, terus terang dan terbuka di sini, bahwa AS tidak tertarik untuk menegakkan demokrasi”

Trump yang sensitif tidak suka itu, alter-egonya seolah tercabik-cabik pada pertemuan dewan keamanan AS dan itu sebabnya ia memuji kudeta yang dilakukan oleh pihak oposisi di Bolivia. Tentu saja, AS sangat berkepentingan dalam kudeta tersebut.

AS Inginkan Sumber Daya Alam Bolivia

Sudah jamak bahwa Bolivia memiliki cadangan lithium terbesar di dunia. Seperti dilansir Bloomberg News tahun lalu dalam salah satu laporannya berjudul “Bolivia’s Almost Impossible Lithium Dream” berdasarkan cadangan lithium Bolivia, permintaan untuk lithium diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025. Mineral ringan dan lembut ditambang terutama di Austria, Chili, dan Argentina. Bolivia memiliki banyak-9 juta ton yang belum pernah ditambang secara komersial, jumlah terbesar kedua di dunia – tetapi sampai sekarang, tidak ada cara praktis untuk menambang dan menjualnya.

Salah satu perkembangan ekonomi utama bagi pemerintah Bolivia adalah ketika berhasil memilih Xinjiang TBEA Group Co Ltd, sebuah konsorsium Cina untuk proyek-proyek produksi litiumnya yang juga merupakan ancaman bagi kepentingan ekonomi AS dan dominasinya di Amerika Latin. Seperti dilaporkan oleh Reuters awal tahun ini “Xinjiang TBEA Group Co Ltd China akan memegang 49 persen saham dalam usaha patungan yang direncanakan dengan perusahaan lithium negara Bolivia YLB. “Adapun Cina dan Bolivia bekerja sama untuk memproduksi lithium di Halaman belakang AS? Baik Demokrat dan Republik termasuk termasuk kelompok neo konservatif yang berada di kedua partai di Washington tidak akan mentolerir usaha patungan seperti itu terutama ketika Cina terlibat di dalamnya.

Bolivia memperkirakan bahwa pengembangan proyek akan menelan biaya setidaknya $ 2,3 miliar. Perusahaan Cina akan memberikan investasi awal dan YLB akan membayar bagiannya dengan produksi lithium di masa depan, kata manajer eksekutif YLB Juan Carlos Montenegro melalui telepon.

“Morales bahkan mengatakan, “Mengapa Cina? dia melanjutkan “Ada pasar terjamin di Cina untuk produksi baterai,” Presiden Bolivia Evo Morales mengatakan dalam komentar siaran pada upacara penandatanganan di kota dataran tinggi Oruro. China, konsumen global lithium terbesar, akan membutuhkan 800.000 ton logam per tahun pada tahun 2025 untuk mendukung industri mobil listriknya yang berkembang pesat, Duta Besar China untuk Bolivia Liang Yu mengatakan pada acara yang sama, bahwa kesepakatan itu sebagai peristiwa yang “bersejarah”. Lithium adalah komponen kunci dalam baterai yang akan memberi daya pada generasi baru mobil listrik baru.

Sejak Evo Morales terpilih, Washington memiliki rencana untuk menggulingkannya terutama ketika Morales bergabung dengan almarhum Hugo Chavez dari Venezuela dan pemerintah sayap kiri anti-AS yang meningkat di seluruh Amerika Latin. Agence France-Presse (AFP) melaporkan bahwa Morales sempat mengatakan, “Sangat menyakitkan saya untuk meninggalkan negara karena alasan politik, tetapi saya akan selalu menonton. Saya akan segera kembali dengan lebih banyak kekuatan dan energi. ”Dengan Lula kembali ke politik dan dengan Venezuela, Meksiko, Nikaragua, Kuba, dan sekarang Argentina dengan Presiden terpilih Alberto Fernández yang adalah Kepala Kabinet Menteri selama masa kepresidenan Néstor Kirchner dan untuk waktu yang singkat bagi kepresidenan Cristina Fernández de Kirchner. Itu mulai terlihat seperti perjuangan Amerika Latin untuk membebaskan diri dari cengkraman Kekaisaran Amerika, yang baru saja dimulai.

Itulah peristiwa yang terjadi baru-baru ini di Bolivia pada khususnya dan negara-negara di Amerika Latin pada umumnya. Dalam setiap peristiwa kudeta di kawasan tersebut, pelbagai media arus utama selalu mengungkap bahwa kudeta yang dilakukan oleh pihak oposisi perhadap pemerintahan yang sah berikut derivasinya selalu mendapat dukungan dari Washington. Memang Amerika Latin dianggap sebagai “halaman belakang” AS. Dengan istilah yang digunakannya sejak pertengahan 1800-an di balik Doktrin Monroe, AS selalu percaya ia telah melepaskan hak untuk memperlakukan Amerika Latin sebagai perpanjangan dari kepentingannya sendiri.

Sudarto Murtaufiq, peneliti senior Global Future Institute

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com