Menyerap Insipirasi dari Aliansi Strategis Raden Wijaya-Aria Wiraraja

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Eksekutif global future Institute

Kerajaan Singasari dalam kurun waktu antara 1268-1292, belum banyak kajian yang mendalami politik luar negeri kerajaan Singasari di era Kertanegara dalam menghadapi Cina, yang kala itu dikuasai oleh Mongol atau Dinasti Yuan. Yang banyak dibahas umumnya soal peristiwa kronologis menjelang tewasnya Kertanegara akibat penghianatan orang-orang dekatnya sendiri, seperti Jayakatwang.

Kalau kita selami era itu dalam perspektif situasi global, Mongol merupakan negara adidaya yang sudah menaklukkan berbagai wilayah di dunia, sehingga mengubah arah sejarah Eropa dan Asia. Pada 1206, Temujin diproklamirkan sebagai Jenghis Khan. 20 tahun kemudian, imperiumnya bahkan mencakup Rusia sampai Laut Cina.

Pada 1258, pasukan-pasukan penerusnya masuk ke Tonkin dan menjarah Hanoi, Vietnam. Bahkan pada 1279 pasukan Cina terakhir dimusnahkannya. Kubilai Khan, cucu Temujin, diangkat sebagai Khan agung pada 1260. Jadi, kira-kira 8 tahun sebelum Kertanegara yang turunannya Ken Arok ini, lahir. Kubilai Khan kemudian memindahkan kediamannya ke Cina bagian utara dan jadi kaisar pertama dinasti Yuan. Dan bertahan sampai 1368.

Berarti jelas toh, era pemerintahan Kertanegara yang di dalam buku2 sejarah terlibat pertikaian dengan Mongol, terjadi di era Kubilai Khan.

Mongol pada masa Kubilai Khan memang berhasil menginvasi beberapa wilayah di Asia Tenggara. Suku Tai, yang datang dari Yunan, setahap demi setahap memamsuki Burma(Myanmar) utara dan lembah-lembah sungai Menam dan Mekong sejak abad ke-11.

Sepanjang abad ke-13, kerajaan2 Hindu kuno di wilayah itu jatuh ke tangan Mongol. Suku Tai dengan mantap menguasai seluruh wilayah yang sekarang adalah Siam atau Thailand.

Jangankan negara-negara di Asia Tenggara, Jepang pun jadi sasaran serbuan Mongol. Di Jepang memang Kubilai Khan kurang begitu berhasil.

Agaknya, Kertanegara membaca tren global menguatnya ekspasni Mongol di kawasan Asia Tenggara,sehingga mengundang kekhawatiran dirinya bahwa satu saat, cepat atau lambat, kerajaan Singasari di bumi nusantara ini akan jadi sasaran penaklukkan juga. Sehingga dalam agenda straeginsya, Kertanegara bermasud melawan invasi Cina.

Di sinilah menariknya kisah tewasnya secara mendadaka raja terakhir Singasari Kertanegara di tengah-tengah gencarnya program ekspansi militer Kubilai Khan ke beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Jawa. Menyusul tewasnya Kertanegara, dan beralihnya tahta kekuasaan kepada raja Kediri Jayakatwang, faktor internasional tetap mewarnai pergolakan kekuasaan di Singasari dan Kediri.

Upaya Kubilai Khan menaklukkan Singasari sebagai pusat kekuasaan tanah Jawa kala itu, dibayang-bayangi oleh serangkaian kegagalan Mongol sebelumnya dalam menaklukkan Jepang maupun beberapa negeri di lembah Mekong dan Menan.

Dalam kondisi psikologis yang sedang terluka harga dirinya itulah, Kubilai Khan mengutus beberapa orang agar Kertanegara sebaiknya menyerah saja. Alih2 menurut, Kertanegara malah mengirim pulang mereka dengan lebih dahulu memotong kupingnya.

Tentu saja Kubilai Khan murka dan segera menyiapkan 1000 kapal untuk mengirim 20 ribu tentara berlayar ke selatan, menggempur Singasari. Tapi ya itu tadi, Kubilai Khan belum dapat kabar bahwa ketika memutuskan untuk menggerakkan pasukannya secara besar-besaran pada 1292, Kertanegara sudah wafat.

Begitu tiba di Singasari, para jenderal Khan sadar kalau kekuasaan sudah beralih tangan ke Jayakatwang. Namun, para jenderal ini lalu memutuskan bahwa penerus Kertanegara itulah yang harus bertanggungjawab terhadap penghinaan yang diterima oleh para duta dari Kubilai Khan.

Di tengah-tengah pergolakan politik yang rumit ini, Raden Wijaya, menantu Kertanegara, dengan cerdik dan imajinatif, memanfaatkan momentum chaos ini, untuk menata ulang kekuasaan di tanah Jawa. Dengan permainan tingkat tinggi yang merupakan kombinasi permainan catur dan poker, Wijaya mampu menjadi agen ganda baik untuk kepentingan Mongol maupun rejim Jayakatwang di Kediri. Yang pada akhirnya, Wijaya berhasil menyingkirkan Jayakatwang yang merupakan pembunuh ayah mertuanya, dengan menggunakan energi kemarahan dan dendam dari pasukannya Kubilai Khan.

Menariknya lagi, Aria Wiraraja, penguasa Madura yang semula merupakan sekutu Kubilai Khan untuk menumpas Jayakatwang, berhasil dibujuk oleh Wijaya untuk bersama-sama menumpas Jayakatwang, namun sekaligus juga memperdaya Mongol, agar mengurungkan niatnya menguasai Singasari. Caranya, dengan melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Kubilai Khan.

Akhirnya, Mongol berpikir tidak bijaksana kalau meneruskan niatnya menguasai Singasari dan tanah Jawa. Karena toh balas dendam kepada Kertanegara sudah terpenuhi meski Kertanegara tewas di tangan Jayakatawang, bukan di tangan tentara Mongol.

Keberhasilan aliansi strategis Wijaya-Wiraraja, bermuara pada beridirinya Kerajaan Majapahit, di hilir sungai Berantas. Mengawali babakan awal kebangkitan dan kejayaan nusantara.

Sewaktu merenungkan kembali kisah sejarah ini, saya jadi teringat kembali ungkapan Bung Karno: BARANG SIAPA PUNYA IMAJINASI TERHADAP MASA DEPAN, MAKA DIALAH YANG AKAN DIMENANGKAN OLEH SEJARAH.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com