Dalam wawancara dengan beberapa media baru-baru ini, mantan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari membuat saya terhenyak ketika berkisah kembali soal awal mula mewabahnya Flu Babi pada 2009 lalu. Bahwa muasal timbulnya sebenarnya berasal dari sebuah laboratorium di Amerika Serikat. Bukan berasal dari hewan. Tiba-tiba saya jadi ingat kembali tersingkapnya laboratorium bertujuan ganda NAMRU-AS pada2008 lalu.
Baca: Siti Fadilah: Saya hanya bisa menangis karena tak bisa berbuat apa-apa
Menurut hemat saya, ini merupakan petunjuk yang amat penting, memperkuat tesis kita selama ini, bahwa setiap ada wabah virus atau penyakit seperti lyme desease, selalu berkaitan dengan suatu aktivitas yang sedang berlangsung di sebuah laboratorium.
“Saya tahu virus H1N1 Puerto Rico, yang kemudian disebut flu babi, itu berada di CDC (Centre for Disease Control and Prevention) Atlanta. Saya tahu & berkomunikasi dengan pejabatnya di sana.
Sewaktu WHO mengembalikan virus H5N1 yg saya minta, ternyata ada yg tercampur dengan H1N1
Ketika pandemi flu babi merebak, saya meneriakkan bahwa virus itu berasal dari laboratorium besar & bukan berasal dari binatang seperti yang dikatakan WHO.
Suara saya ternyata ada gayung bersambut dengan para ahli dari Kanada & Eropa. Sehingga akhirnya, pandemi itu berhenti. Hanya Meksiko yg hancur ekonominya. Demikian penuturan mantan menteri kesehatan Ibu Supari.
Pernyataan mantan pemegang otoritas tertinggi bidang kesehatan di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu patut kita cermati dan dalami lebih lanjut di tengah upaya berbagai elemen bangsa menyelematkan rakyat Indonesia dari Pandemi Global Covid-19.
Sebab selain pesan tersirat Ibu Supari terkait merebaknya flu babi yang ternyata berasal dari sebuah laboratorium Centre for Disease Control and Prevention di Atlanta, ada satu isu lagi yang tak kalah penting untuk dicermati berdasarkan pernyataan Ibu Supari. Mari kita simak selengkapnya:
“Pada waktu flu burung, saya bisa mematahkan secara saintifik bahwa pernyataan WHO yang mengatakan sudah terjadi human to human transmission itu bohong belaka.
Itu karena mereka hanya menggunakan kriteria epidemiologi, sedangkan saya menggunakan virologi yang lebih pasti. Kemudian, saya protes ke PBB & pernyataan pandemik dicabut oleh WHO pada 2006.”
Ini hal kedua yang perlu digarisbawahi. Bahwa otoritas WHO sebagai badan kesehatan dunia ternyata tidak selalu valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Terutama terkait kewenangannya untuk menyatakan Pandemik Global, kasus flu babi membuktikan bahwa pernyataan WHO tidak kredibel. Terbukti bisa dipatahkan melalui argumen secara saintifik oleh Ibu Supari.
Untuk menyorot secara lebih mendalam kedua isu tersebut, maka kita harus menelisik sebuah laboratorium misterius yang berada di Los Alamos, New Mexico, AS. Lebih tepatnya, sebuah laboratorium bernama National Laboratory. Berdasarkan liputan harian Singapura Straits Times, 27 Mei 2006, dalam artikel berjudul Scientist split over sharing of H5N1 data, ternyata tidak semua ilmuwan di dunia bisa mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan di WHO Collaborating Center (WHO CC).
Dengan demikian data sequencing DNA H5NI tersebut hanya dikuasai 4 dari 15 grup peneliti di National Laboratory Los Alamos. Yang lebih misterius dan mengkhwatirkan lagi, Laboratorium Los Alamos itu berada di bawah Kementerian Energi, AS. Dan di laboratorium inilah pada Perang Dunia II dulu dirancang Bom Atom untuk mengebom Hiroshima pada 1945. Maka itu kiranya masuk akal jika mantan menteri kesehatan Supari maupun beberapa kalangan ilmuwan punya dugaan kuat bahwa laboratorium Los Alamos tersebut merupakan tempat dan pembuatan senjata kimia.
Jika demikian halnya, kiranya patut diduga bahwa data sequencing DNA diperlakukan secara ekslusif buat kalangan terbatas dari grup peneliti/ilmuwan di Los Alamos. Sehingga para ilmuwan dari berbagai belahan dunia di luar grup peneliti Los Alamos tidak bisa mengakses.
Hanya kalangan terbatas grup peneliti/ilmuwan Los Alamos lah yang berhak menentukan kapan akan dibuat vaksin dan kapan akan dibuat senjata kimia. Semuanya tergantung keperluan dan kepentingan mereka-mereka yang terkait kepentingan beberapa korporasi farmasi global. Dengan kata lain, melalui WHO CC sebagaimana digambarkan Ibu Suparti tadi, telah tercipta sistem yang tidak transparan dan tidak adil.
Terkait virus untuk pembuatan vaksin, sebagai perbandinga bisa juga baca artikel Sudarto Murtaufiq:
Bill Gates dan Agenda Depopulasi, Robert F. Kennedy Junior Serukan Investigasi
Masih ada satu lagi misteri dari laboratorium Los Alamos tersebut. Berdasarkan pantauan tim riset Global Future Institute, ternyata Laboratorium Los Alamos telah ditutup tanpa alasan dan keterangan yang jelas. Menariknya lagi, laboratorium Los Alamos ditutup setelah Ibu Supari meminta data virus Tanah Karo.
Akibatnya, Indonesia melalui kementerian kesehatan gagal mendapatkan 58 seed virus yang dikembangkan dari virus strain Indonesia. Tapi apa daya, seed virus sudah terlanjur disimpan di Los Alamos yang sudah tutup tersebut. Lebih mencurigakan lagi, begitu laboratorium Los Alamos ditutup, penyimpanan data sequencing-nya dipindahkan ke dua tempat: Yaitu GISAID dan sebagian ke BHS atau Bio Health Security, suatu lembaga penelitian senjata biologi yang berada di bawah Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon).
Menurut beberapa penelesuran pustaka tim riset Global Future Institute, selain virus-virus H5N1 disimpan di kedua tempat tersebut, hampir semua pegawati dan peneliti Los Alamos ditampung di BHS Pentagon. Dari konstruksi fakta tersebut, nampaknya keberadaan dan peran Laboratorium bertujuan ganda ala NAMRU-2 AS masih tetap berlangsung, meskipun dengan nama lain.
Setelah saya simak rangkaian pernyataan2 bu Supari seperti saya sajikan secara beruntun pada teman2 semua, nampak jelas bahwa Ibu Supari dalam memainkan peran internasionalnya, termasuk melawan WHO, bukan dimaksudkan untuk melawan negara besar tertentu, atau WHO sebagai lembaga kesehatan dunia. Melainkan untuk melawan korporasi-korporasi global yang menegara.
Baca juga:
Waspadai Manuver Geopolitik Korporasi-Korporasi Global Bidang Farmasi Pasca Pandemik Covid-19
Maka keberhasilan Ibu Supari menggalang dukungan internasional 128 negara, termasuk negara-negara besar seperti Inggris, Jerman, Rusia dan Cina, berarti bu Suparti berhasil jmenggulang kekuatan-kekuatan negara bangsa melawan korporasi global yang menegara di negara mereka masing-masing. Termasuk di dalam tubuh WHO. Dengan kata lain, Ibu Supari berhasil memperhadapkan secara frontal antara kepentingan negara versus kepentingan korporasi swasta berskala global.
Inilah yang kemudian kekuatan-kekuatan mapan khwatir dengan ibu Supari. Melawan skenario New Word Order. Dan sebagai kontra skemanya, Bu Supari menerapkan To Build The World Anew. Alhamdulliah berhasil,. meski baru sebatas melawan hegemoni global di bidang kesehatan.
Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute