Anda pernah mendengar operasi intelijen CIA bernama Operation Paprclib? Ini merupakan sebuah program perekrutan Para ilmuwan ex anggota NAZI Jerman yang termasuk klasifikasi penjahat perang pada Perang Dunia II, namun kemudian direkrut CIA untuk bekerja pada beberapa laboratorium yang berada dalam kendali dan asuhan angkatan bersenjata AS dalam eksperiman persenjataan biologis dan kimia.
Beberapa di antaranya yang saya maksud adalah Wernher von Braun, Hubertus Strughold, Walter Dornberger and Arthur Rudolph. Beberapa nama tadi sekadar ilustrasi beberapa ilmuwan yang masuk kategori penjahat perang klas berat yang bekerja langsung untuk Hitler, Goring dan Himler.
Yang lebih mengerikan lagi, beberapa di antara mereka pernah aktif di pasukan paramiliter seperti SA dan SS, yang berada di luar struktur komando Angkatan Bersenjata Jerman, namun berada langsung dalam komando Hitler.
Rekrutan CIA terhadap para ilmuwan NAZI Jerman itu nampaknya menandai dimulainya aktivitas laboratorium-laboratorium biologis yang berada di bawah naungan angkatan darat atau angkatan laut Amerika Serikat.
Walaupun para ilmuwan tersebut termasuk penjahat perang, namun Amerika nampaknya lebih baik merekrut mereka demi kepentingan nasional AS, ketimbang jatuh ke tangan Uni Soviet. Negara sekutu AS dalam perang dunia II, namun kemudian menjadi pesaing dalam perebutan pengaruh global yang disebut Perang Dingin.
Tom Bowner dalam bukunya bertajuk The Paperclib Conspiracy, The Hunt for the NAZI Scientist, setidaknya mencatat ada dua imuwan Jerman zaman Hitler yang direkrut CIA. Dr Walter Schreiber, yang telah membantu pelaksanaan eksperimen medis di Dachau. Lantas Dr Josef Mengele, yang juga terlibat kejahatan kemanusiaan semasa kekuasaan Hitler. Tom Bowner dalam bukunya berhasil menangkap sebuah fakta yang aneh dan mencurigakan. Yaitu kenyataan bahwa sebelum dan selama berperang bersama Nazi Jerman, Mengele dan beberapa dokter NAZI didanai oleh Rockefeller Foundation. Sehinga Tom Bowner berkesimpulan bahwa sejak awal para ilmuwan Jerman pada era Hitler pun , sudah punya hubungan dengan Amerika dan para petinggi dinas rahasia seperti Allen Dulles, yang merintis Office of Strategic Service (OSS) bersama William Donovan, yang kelak merupakan cikal bakal CIA.
Masih seputar cerita perekrutan para ilmuwan dan industrialis Jerman saat jelang kejatuhan Hitler dan runtuhnya fasisme Jerman, pada 1944 Kepala OSS Donovan dan Allen Dulles, merancang sebuah operasi intelijen merekrut dan membawa ribuan perwira intelien NAZI, industrialis, dan para ilmuwan Jerman, ke Amerika untuk bekerja di berbagai instansi pemerintah di berbagai bidang yang dikontrol OSSI, atau CIA sejak era Perang Dingin. Setelah mereka direkrut, mereka para ilmuwan eks NAZI tersebut praktis menjadi aset-aset perusahaan-perusahaan Amerika yang berhubungan dengan Dulles, Bush, Harriman, Rockefeller dan para kroni-kroni bisnisnya.
Webster Griffin Tarpley dalam biografi tentang Dinasti Bush, bertajuk Bush the Unauthorized Biography, menyingkap bahwa Presiden AS waktu itu, Fank Delano Roosevelt, tidak setuju dengan program Donovan dan Dulles tersebut. Namun ketika Roosevelt meninggal dunia saat masih menjabat presiden dan digantikan oleh Harry Truman, proyek Donovan-Dulles itu dilanjutkan. Bahkan kemudian semakin diperkuat dengan dilancarkannnya Operation Overcast pada Juli 1945. 350 ilmuwan NAZI, perancang senjata kimia, insinyur dan ahli roket dan balistik, diselundupkan masuk Amerika Serikat. Adapun Operation Paperclib, kelanjutan dari proyek terdahulu, merupakan pengiriman lebih dari 1000 dokter NAZI dan ilmuwan SS secara ilegal masuk ke Amerika. Banyak dari mereka kemudian diperjakan di NASA(Badan Ruang Angkasa) AS dan CIA, badan intelijen AS pengganti OSS.
Menurut penelitian dan investigasi seorang wartawati Anne Jacobson dalam bukunya bertajuk OPERATION PAPERCLIP, The Secret Intelligence Program That Brought Nazi Scientists to America, Operation Paperclib sudah berlangsung sejak Desember 1946. Mengingat potensi berbahaya di balik gagasan operasi tersebut, dengan tak ayal beberapa tokoh terkemuka yang tetap independen seperti Albert Einstein, Eleanor Roosevelt isteri mantan Presiden Frank Delano Roosevelt, Rabi Yahudi Steven Wise, memprotes program tersebut karena bisa tidak bisa dibenarkan secara etika maupun kemanusiaan.
Salah satu temuan AS dan Inggris saat Jerman takluk kepada tentara sekutu pada Perang Dunia II, diketemukannya bahan Kimia Sarin (Sarin like Chemical). Sarin adalah agen saraf buatan manusia yang menyebabkan rasa sakit menyengat tak tertahankan.
Bahan-bahan berbahaya ini termasuk Sarn like Chemical, segera diangkut beberapa lokasi di Amerika seperti Edgewood Arsenal di Maryland. Kita sangat beralasan untuk khawatir, mengingat fakta yang disampaikan Anne Jacobsen bahwa meskipun pada Perang Dunia II Jerman belum sempat menggunakan senjata biologis, namun tentara Jerman sempat menggunakan Carbon Monoxide dan hydrogen cyanide. Artinya, untuk pengembangan-pengembangan lebih lanjut ke arah pembuatan senjata biologis dan kimia, bisa dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang sama seperti untuk membuat Carbon Monoxide dan hydrogen cyanide.
Yang perlu digarisbawahi dari investigas Anne Jacobsen, program eksperimen untuk pembuatan senjata kimia dan biologis yang dilakukan beberapa laboratorium biologis militer AS yang telah menghabiskan anggaran sebesar 30 miliar dolar AS, sangat berpotensi untuk digunakan tentara AS untuk melancarkan perang biologis. Yang tentunya menimbulkan konsekkuensi-konsekuensi yang membahayakan nyawa manusia.
Apalagi beberapa laboratorium biologis yang dikelola Angkatan Darat seperti Fort Detrick dan NAMRU-2 yang dikelola Angkatan Laut Amerika, merupakan salah satu bukti nyata adanya laboratorium-laboratorium biologis militer berkedok penelitian penyakit pandemi. Begitu pula National Laboratory di Los Alamos. Ketiganya sering dikaitkan dengan aktivitas Pentagon dan CIA untuk program eksperimen pembuatan senjata biologis dan kimia.
Adapun NAMRU-2 AS, Indonesia pernah punya pengalaman pahit. NAMRU-2 AS yang beroperasi di Jakarta dalam kerangka kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Angkatan Laut AS pada 1974, pada 2009 ditutup oleh menteri kesehatan Siti Fadila Supari, karena tersingkap bahwa laboratorium yang resminya merupakan penelitian penyakit menular, ternyata menjadi sarang intelijen angkatan laut AS untuk mengirim virus H5N1 keluar dari Indonesia secara ilegal tanpa lewat pemeriksaaan imigrasi. Oleh menteri kesehatan Supari, NAMRU-2 AS ditutup secara resmi pada Oktober 2009.
Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute
Facebook Comments