Tony Sudibyo, Pengamat Strategis Indonesia
Pernyataan Majelis Ulama Indonesia yang menilai peledakan bom di Vihara Ekayana sebagai tindakan yang bodoh dan biadab memang benar. Hal ini disebabkan karena visi kelompok teroris memang sempit adalah benar, karena memang kelompok ini selalui menilai bahwa orang atau kelompok lain yang tidak termasuk golongannya adalah musuhnya yang harus dilenyapkan, seperti kenyataan ada jin dan setan yang manusia harus waspada dan mampu mengalahkannya, maka teroris adalah juga kenyataan yang ada didunia ini, dimana manusia yang “pintar dan beradab” harus berani dan mampu menghadapinya.
Saya sepakat dengan penilaian MUI bahwa peledakan bom di ViharaEkayana sebagai perbuatan bodoh dan biadab. Sama halnya dengan Walubi dan KWI yang mengecam peledakan tersebut. Pelaku peledakan hanya ingin memecah-belah masyarakat Indonesia.
Hal ini ditunjukkan dengan pesan yang tertulis menyiratkan isu sensitif di Indonesia, yakni tentang Rohingya. Dan pengambilan momen waktunya di saat umat Muslim sedang mempersiapkan lebaran. Maka, masyarakat harus satu sikap untuk menolak cara-cara rendahan seperti itu. Seraya tetap memelihara kebersamaan.
Menyikapi hal tersebut maka masyarakat dianjurkan tetap dewasa, bersatu dan tidak terpancing untuk saling mencurigai dan bermusuhan.
Disampingitu, Pemerintah dianjurkan dapat mendesak Pemerintah Burma menyelesaikan masalah Rohingya,sehingga tidak menjadi sumber baru bagi perpecahan masyarakat yang bercorak plural.Saat ini seolaholah ada tuntutan baru bagi para penyelenggara keamanan untuk mampu dan memiliki profesionalisme yang khas guna menghadapi ancaman terorisme.
Terorisme sebagai resultante dari sikap fanatisme terhadap sesuatu aliran agama, sikap militan dan radikal telah banyak dipilih sebagai alternative oleh berbagai pihak mewujudkan cita-cita politiknya dengan alasan kegagalan sistem politik yang ada untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera menurut versinya.
Terorisme juga dipicu karena tidak adanya kesejahteraan ekonomi, pendidikan yang tidak merata dan pemahaman yang salah terhadap agama. Namun dalam perkembangannya ada kemungkinan kelompok teror ini bertransisi menjadi kelompok kriminal.
Teror tersebut menunjukkan eksistensi para pelaku dan longgarnya kewaspadaan masyarakat dan aparat keamanan. Vihara adalah sasaran baru dan hal ini memunculkan spekulasi bahwa ada kaitannya dengan muslim Rohingya di Myanmar sebagaimana pesan pada secarik kertas yang ditemukan bertuliskan “kami menjawab jeritan Rohingya”.
Teroris memanfaatkan kesibukan aparat yang fokus pada pengamanan mudik Lebaran. Sedangkan, deradikalisasi ideologi dianggap belum mampu menghentikan teroris. Untuk itu, perlu ditemukan cara jitu mengakhiri motif menebar teror.