Rusman, Peneliti Global Future Institute (GFI)
Dukungan internasional terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM) semakin intensif. Solidaritas sesama ras Melanesia atau Melanesian Brotherhood nampaknya dijadikan alat politik menggalang dukungan berskala regional di Pasifik untuk dukung internasionalisasi Papua. Sebuah ancaman nasional nyata bagi Indonesia.
Inti aktivitas pelayaran kapal Freedom Flotila merupakan dukungan berbagai aktivis di luar negeri khususnya Australia terhadap aktivitas unsur-unsur aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang mendapat suaka di Australia, seperti Yacob Rumbiak dan Amos Wanggai, harus diterjemahkan sebagai sebuah upaya subversi dengan sasaran strategis tertentu ke depan.
Demikian dikemukakan Letjen Purn HM Soedibyo seraya menambahkan, slogan Malanesian Brotherhood adalah slogan yang selalu dikumandangkan untuk mendukung terwujudnya negara-negara Melanisia Raya yang merdeka, dimana dengan slogan Melanesian Brotherhood inilah OPM berusaha menari simpati dan dukungan dari negara-negara di Pasifik Selatan.
“OPM dan sayap politiknya yang ada di Australia nampaknya juga ingin membangkitkan lagi idea separatisme RMS dengan programnya yang menyatakan akan mengunjungi Maluku,” tambah mantan Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin, red) di era Orde Baru ini.
Menurut Soedibyo yang pernah mendapatkan julukan “the baby face general” ini menilai, aktivitas yang nampaknya berwajah damai tersebut sebenarnya adalah program nekad yang sudah memperhitungkan tindakan keras dari fihak Indonesia, serta mereka menggunakan taktik dan strategi mem-fait accompli Pemerintah Australia agar mendukungnya.
Menurut purnawirawan Jenderal berbintang tiga ini, secara politis aksi Freedom Flotila adalah kampanye politik internasional untuk menarik perhatian dan simpati dunia internsional untuk menekan Indonesia.
“Kombinasi aktivitas politik di berbagai fora internasional dan gangguan keamanan di Pupua adalah strategi OPM untuk terjadinya tekanan internasional kepada Indonesia agar masalah Papua segera diselesaikan melalui cara damai/perundingan,” tambah Soedibyo. (TGR)