Peran dan kiprah blok ekonomi-perdagangan yang sekarang kita kenal dengan sebuta BRICS dalam forum internasional, sangatlah strategis sebagaimana ditegaskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Rio de Janeiro, Brazil pada 7 Juli 2025 lalu: untuk memperluas jejaring persahabatan dan kerja sama strategis antarbangsa demi mendukung perdamaian dan kemakmuran global.
Meski ini terkesan ideal dan muluk, namun justru di sinilah nilai strategis forum BRICS yang mana Indonesia saat ini juga sudah secara resmi bergabung bersama-sama dengan Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Etiopia, dan Iran. Termasuk Indonesia, BRICS sekarang beranggotakan 10 negara.
Hasil BRICS Summit 2025 antara lain:
Pertama, menegaskan komitmen untuk menggunakan mata uang negaranya masing-masing(national currencies) dalam kerja sama antar-negara sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada mata uang yang mendominasi sistem global saat ini, Tiada lain yang dimaksud adalah mata uang dolar AS.
Kedua, sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, para kepala negara anggota BRICS bersepakat untuk meningkatkan arus investasi.
Ketiga, para kepala negara yang hadir dalam BRICS Summit 2025 bersepakat untuk memperkuat kelembagaan-kelembagaan yang berada dalam naungan BRICS. Seraya menegaskan peran BRICS untuk mengubah sistem keuangan global /financial global system yang berlaku sekarang.

Kesepakatan KTT BRICS 2025 untuk menegaskan komitmennya untuk men gubah dominasi dan hegemoni sistem keuangan global, tiada lain bisa dibaca sebagai sikap tegas untuk menentang Skema Neoliberalisme Ekonomi yang dimotori AS berikut dua lembaga keuangan global perangkat pendukungnya, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia. Atau pada tataran yang lebih fundamental, menentang Konsensus Washington yang memberlakukan Doktrin Neoliberalism eke seluruh dunia sejak berakhirnya Perang Dingin awal 1990an.
Sebagai informasi rujukan silahkan baca juga:
2025 BRICS Summit: Takeaways and Projections
Kehadiran Presiden Indonesia Prabowo Subianto dalam BRICS Summit 2025 juga merupakan sebuah fenomena yang menandai partisipasi resmi Indonesia untuk pertama kalinya sebagai anggota penuh BRICS.
Ketiga butir kesepakatan tersebut bisa disebut sebagai Pernyataan Politik Para Kepala Negara anggota BRICS. Namun pernyataan politik bukan satu-satunya yang dihasilkan oleh KTT BRICS. Di bidang kerja sama kebudayaan dan pendidikan, juga membuahkan kesepakatan bersama yang cukup produktif, utamanya antara Rusia dan Brarizl. Yang mana Brazil-Rusia menegaskan pentingnya perangkat-perangkat Soft Power dalam menjalin kerja sama antar-kotamadya dari negara-negara sesama anggota BRICS. Dalam hal ini, menarik ketika kesepakatan Brazil-Rusia terkait kerja sama antar kotamandya (inter-municipal cooperation between Rusia and Brazil) pada perkembangannya nanti bisa menjadi sebuah role model atau proyek percontohan yang bisa mengilhami negaara-negara anggota BRICS lainnya.
Tersirat melalui rumusan kesepakatan negara-negara peserta BRICS 2025 dalam bidang politik, ekonomi dan sosial-budaya, BRICS telah menegaskan platform dirinya sebagai sarana membuat keputusan-keputusan strategis yang mempengaruhi konstelasi politik dan ekonomi internasional. Melalui penegasan potensi Soft Power dan Diplomasi Kebudayaan, para pemimpin yang tergabung dalam BRICS secara jelas telah menegaskan komitmennya untuk menciptakan masa depan yang lebih adil bagi seluruh komunitas global.
Khususnya bagi Indonesia, BRCIS sangat menguntungkan bagi kepentingan nasional Indonesia, pemerintah Indonesia punya sumber-sumber alternatif untuk memperoleh kredit dan bantuan luar negeri. Termasuk dalam memperoleh akses kepada The New Development Bank (NDB). Sehingga Indonesia mendapat kemudahan untuk pembiayaan pembangunannya di bidang infrastruktur dan energi.
Melalui BRICS Indonesia juga akan memperoleh bantuan untuk memperluas perdagangan seraya menciptakan peluang-peluang pasar baru di bidang ekspor dan menarik minat investor asing melalui skema Foreign Direct Investment (FDI).
Success Story atau kisah sukses India dan Cina dalam Pembangunan Industri dan Infrastruktur, kiranya Indonesia bisa belajar dan menyerap pengalaman dari kedua negara sebagai rujukan pembanding.
Penegasan Forum BRICS Summitt 2025 untuk memperluas jejaring persahabatan dan kerja sama strategis antarbangsa demi mendukung perdamaian dan kemakmuran global, kiranya sangat cocok dengan tantangan yang sedang dihadapi oleh pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Tekad Presiden Prabowo untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi 8 persen setiap tahun, tentunya mensyaratkan perlunya sumberdaya ekonomi yang semakin meningkat dan beragam, melainkan juga mitra-mitra strategis yang dapat diandalkan. Dengan itu, keikutsertaan Indonesia dalam BRICS membuka peluang kerja sama yang seluas-luasnya dengan negara-negara anggota BRICS lainnya, utamanya di bidang perdagangan dan energi.
Sebaliknya bagi negara-negara BRICS lainnya, Indonesia juga merupakan aset strategis sebagai negara terbesar di Asia Tenggara. Sehingga keanggotaannya dalam perhimpunan negara-negara Asia Tenggara seperti ASEAN, sudah barang tentu mempunyai bobot pengaruh kepempinan yang cukup besar, sehingga Indonesia dapat memainkan peran strategis dan berpengaruh kuat dalam membangun kerja sama antar-kawasan termasuk dalam hubungan antar-kawasan antara ASEAN dan BRICS yang lebih solid dan konstruktif di masa depan.
Dari perspektif Sumberdaya Alam, Indonesia yang kaya nikel dan batu bara bisa menjadi dasar menjalin kerja sama strategis dengan negara-negara anggota BRICS atas dasar Skema Kemitraan Strategis yang setara, transparan dan saling menguntungkan. Khususnya dengan negara-negara BRICS yang berminat untuk investasi dalam bidang energi terbarukan, maupun industri otomotif berbasis listrik.
Singkat cerita, peran dan kiprah Indonesia di BRICS punya pengaruh geopolitik yang sangat penting, sehingga diharapkan mampu mendorong terciptanya tata dunia baru yang lebih berbasis Ragam Kutub (Multipolar) alih-alih berbasis Kutub Tunggal (Unipolar) sebagaimana hegemoni global yang dipertunjukkan AS dan Uni Eropa sejak berakhirnya Perang Dingin.
Dengan itu, kiprah dan peran strategis Indonesia di dalam forum BRICS kiranya dapat membantu memperkuat pengaruh negara-negara berkembang di dunia internasional, melalui peningkatan arus investasi luar negeri (FDI) dan peningkatan arus perdagangan antar-negara-negara BRICS, pada perkembangannya akan meningkatkan lapangan kerja di bidang industri-industri unggulan seperti industri energi terbarukan dan tehnologi digital. Sehingga mengurangi jumlah pengangguran dan memperkuat lapisan kelas menengah yang lebih mandiri.
Hal ini sesuai dengan sejumlah kesepakatan strategis yang tertuang dalam Leaders’ Declaration, yakni komitmen untuk memperkuat multilateralisme dan mendorong reformasi tata kelola global, promosi perdamaian dan keamanan internasional, stabilitas global, serta pendalaman kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan internasional, perubahan iklim dan pengembangan pembangunan berkelanjutan yang adil dan inklusif, serta penguatan kemitraan untuk memajukan pembangunan manusia, sosial, dan budaya.
Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)