Permintaan senjata Pindad type SS-2V-4 Heavy Barel yang digunakan oleh penembak TNI AD dalam kejuaraan menembak Internasional di Australia pada Mei 2015 meningkat. Setidaknya PT Pindad mengakui hingga saat ini ada lima negara yang tertarik pada senjata SS-2.
“Negara-negara tersebut berasal dari Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Mereka memang pasar kami,” ujar Sylmi Karim, Direktur Utama PT Pindad (Persero).
Walau demikian Sylmi tidak memberikan detail negara-negara mana yang dimaksud. Pasalnya, ia kuatir ada yang menjegal sehingga akan berakibat batalnya transaksi. “Baru menang saja, senjata diminta dibongkar,” ungkap Sylmi.
Ungkapan Sylmi ini agaknya beralasan. Pasalnya, pasca kemenangan telak pada kejuaraan menembak tersebut, Australia dan Amerika Serikat sempat meminta senjata yang digunakan personil TNI AD ini dibongkar.
Keunggulan Senjata SS-2
Senjata Pindad memiliki keunggulan dalam akurasi yang sangat baik dan ketahanan di medan peperangan. SS-2 adalah singkatan dari Senjata Serbu 2, yang diluncurkan sejak 2006. SS 2 merupakan generasi kedua dari senapan serbu Pindad sebelumnya, yakni SS 1. Hanya saja senapan serbu ini lebih teliti dan lebih ringan.
Seperti halnya SS 1, senapan ini bekerja dengan sistem kerja gas, dengan tembakan yang dipilih serta pengumpanan magasen. Perbedaannya ada pada hentakan yang kecil saat penembakan karena adanya karet buffer di bagian belakang. Penutup bentuk bulat dengan bentuk gigi untuk pengucian dalam penyambungan laras.
Senjata SS-2 ini menggunakan peluru kaliber 5.56 x 45 mm, yang merupakan standar NATO dan memiliki berat kosong 3,2 kg. Senjata dengan panjang 1.025 mm ini juga memiliki rata-rata tembakan 720-760 butir/menit.
Selain itu, senjata ini memiliki panjang laras 500 mm, memiliki jarak efektif 600 meter dan memiliki alat bidik optik.
Senjata SS-2 V4 saat ini menjadi pegangan reguler prajurit Kopassus, Kopaska dan sebagian Brimob.
Pindad Sebagai Perusahaan Produk Militer
PT PINDAD (Persero) adalah perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia. Perusahaan ini memperkerjakan sekitar 3000 karyawan.
Pada 22 Desember 2014, Pemerintah melalui Kementerian BUMN menunjuk Silmy Karim sebagai Dirut yang baru menggantikan Sudirman Said yang kini menjabat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dalam proses produksinya, PT. Pindad dilaksanakan di dua tempat. Divisi Amunisi diproduksi di Turen Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pabrik ini menempati lahan seluas 160 hektar.
Sedangkan untuk Divisi Senjata, Divisi Mekanikal, Divisi Elektrikal, Divisi Forging & Casting, Unit Bisnis Toko Perlengkapan, Unit Bisnis Stamping, dan Unit Bisnis Laboratorium berada di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Komplek ini menempati lahan seluas 66 hektar. Khusus Direktorat Produksi Militer, mempekerjakan 1.546 karyawan yang terdiri dari 1.072 karyawan di pabrik dan 474 karyawan di bagian Staff.
PT Pindad memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada era kolonial didirikan sebuah bengkel peralatan militer di Surabaya dengan nama Artillerie Constructie Winkel (ACW). Bengkel ini berkembang menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan nama pengelola kemudian dipindahkan lokasinya ke Bandung pada 1923.
Pada 1950 pemerintah Belanda menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah Indonesia. Kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM) yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang ini.
Sejak saat itu PT. Pindad berubah menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh Angkatan Darat. Pada 29 April 1983, PT Pindad berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT. Pindad (Persero). Kemudian pada 1989 perusahaan ini berada dibawah pembinaan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS). Pada 1999 berubah menjadi PT. Pakarya Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero).
Dan pada 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. Pindad beralih status menjadi PT. Pindad (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian. (TGR/WP)
Caption Foto: Ilustrasi prajuit TNI saat menggunakan senjata SS-2 buatan Pindad (istimewa)