Senin 26 Oktober lalu merupakan hari naas bagi Amerika Serikat. 14 warganya tewas secara tragis di Aghanistan. Bukan karena serangan tiba-tiba dari gerilyawan Taliban atau Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Tapi tewas akibat kecelakaan tiga helikopter di sebelah barat Afghanistan. Tujuh di antaranya merupakan tentara dan tiga di lainnya adalah warga sipil.
Ini lagi-lagi merupakan harga sosial yang harus dibayar oleh warga negara Amerika Serikat, yang penderitaannya juga dirasakan oleh para anggota keluarga dan kerabat para korban. Tak terkecuali bagi para orang tua maupun istri dari ketujuh anggota personil militer Amerika yang tewas Senin lalu.
Belum lagi termasuk 26 korban lainnya yang dikabarkan mengalami luka-luka yang cukup parah. Dan 14 di antaranya, merupakan anggota pasukan militer Amerika.
Hal serupa juga dialami oleh personil militer dari North Atlantic Treaty Organization (NATO), sekutu militer Amerika di Afghanistan. Kali ini terjadi di sebelah selatan Afghanistan. Dua anggota militer NATO mengalami luka-luka cukup serius akibat tabrakan dua helikopter.
Sekadar kebetulan? Bagi orang yang percaya kekuatan Tuhan sebagai Raja Alam Semesta, tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanyan mengandung makna dan pesan. Pihak NATO setelah melakukan investigasi, menyatakan secara resmi bahwa kecelakaan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan serangan bersenjata pihak Taliban maupun kelompok-kelompok terorirs lainnya. Karenanya, tragedi tersebut merupakan pesan tersirat bahwa kehadiran militer Amerika di Afghanistan merupakan tindakan yang bisa membawa bencana di kelak kemudian hari.
Di Amerika sendiri,saat ini tekanan untuk menarik mundur pasukan Amerika dari Afghanistan dan Irak semakin menguat. Senator Partai Demokrat John Kerry hari ini mengecam usulan Panglima Operasi Militer AS di Afhanistan McChrystal untuk menambah 40 ribu pasukan Amerika. Menilai Panglima McChrystal melangkah terlalu jauh dan kebablasan.