Pidato Jubir Pemerintah untuk Penangananan Covid-19, Diskriminatif terhadap Warga Miskin Indonesia

Bagikan artikel ini

Juru Bicara Pemerintah untuk Penangananan Covid-19 Achmad Yurianto dianggap melontarkan kalimat kontroversial ketika memberikan keterangan pers soal perkembangan kasus corona di Indonesia. Dalam pernyataan itu, ia meminta orang kaya untuk melindungi orang miskin.

“Yang kaya melindungi yang miskin agar bisa hidup dengan wajar, dan yang miskin melindungi yang kaya agar tidak menularkan penyakitnya. Ini menjadi kerja sama yang penting,” kata Achmad Yurianto.

Pernyataan ini jelas menyakiti rakyat miskin Indonesia yang hidup sudah ditelantarkan negara, masih harus dihina sebagai penular Covid-19.

Selain tidak elok sebagai pejabat negara berpidato dengan kalimat diskriminatif seperti itu, hal itu juga menunjukan bahwa Juru Bicara Pemerintah untuk Penangananan Covid-19 itu tidaklah peka terhadap nasib orang miskin di Indonesia.

Sebelum datangnya wabah Covid-19 kehidupan rakyat miskin sudah terbebani dengan meningkatnya biaya hidup akibat kenaikan harga yang terus menekan hidup mereka. Belum lagi nasib yang harus tergilas kebijakan kebijkan di agraria dan pembangunan yang mengharuskan warga miskin kehilangan lahannya dan kampungnya akibat digusur demi alasan pembangunan negara.

Sekarang, ditengah wabah covid 19 di Indonesia kehidupan warga miskin nambah sengsara, dimana dampak kesusahan hidup mereka naik sampai 3x lipat dari sebelum adanya wabah covid 19.

Hal ini dikatakan oleh, Agung Nugroho Ketua Nasional Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia dalam siaran persnya Sabtu malam (28/3/2020).

“Tidak bisa dibayangkan seorang pejabat kemenkes yang ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah, Tega mengatakan kata kata yang diskriminatif terhadap warga miskin” ujar Agung Nugroho.

Menurut Agung Nugroho, warga miskin yang tidak sekolah pun paham bahwa penyebab wabah virus corona ini adalah penyebaran dari wabah yang terjadi di Wuhan, Cina. Dan bisa menyebar karena kelalaian pemerintah yang tidak cepat tanggap dalam menyikapi wabah di Wuhan dengan masih membuka jalur penerbangan dan membiarkan wisatawan datang ke negeri ini.

“Achmad Yurianto itu sebagai pejabat pemerintah harusnya paham rangkaian penyebaran virus corona yang menulari ribuan warga negara Indonesia. Apakah mereka yang datang ke Indonesia lewat bandara itu orang miskin ? dan apakah warga negara kita yang berpergian ke luar negeri dan pulang membawa oleh oleh virus itu adalah orang miskin ?” tanya Agung Nugroho.

Agung Nugroho mengungkapkan bahwa tidak sepatutnya pejabat negara berlaku diskriminatif. Justru warga miskin adalah korban dari wabah virus corona akibat pemerintah lamban dalam melakukan penanggulangan wabah dan dampak kepada warga negaranya.

Pemerintah pusat tidak memiliki sikap yang pasti dalam penanggulangan wabah virus corona sejak pertama kali virus ini menginfeksi di tubuh warga negaranya, justru warga miskin yang menjadi korban. Dimana harus kehilangan penghasilan, makan tidak ditanggung negara, dan tidak ada jaminan kesehatan yang pasti jika dirinya menderita positif covid 19 karena kurangnya ruang isolasi yang disediakan pemerintah.

“Hampir setiap hari warga miskin dipertontonkan kesedihan, saudaranya yang harus di isolasi di rumah padahal terinfeksi virus corona. Masalahnya rumah mereka itu kebanyakan tidak memiliki ruang kamar tidur yang bersekat dan berpintu.” ujar Agung Nugroho.

Rumah warga miskin, menurut Agung Nugroho. Tinggal di rumah yang mereka kontrak bulanan dengan kondisi rumah antara ruang tamu, kamar tidur dan dapur itu tanpa sekat. Sehingga jika harus di isolasi mandiri di rumah, mereka tidak memiliki ruang khusus. Karena kamar tidur satu digunakan ramai ramai dengan anak dan suami/istrinya.

“Jangan-jangan Achmad Yurianto menganggap warga miskin seperti toples kue lebar yang di isolasi dan ditaruh di meja ruang tamu” ujar Agung Nugroho dengan kesal.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com