Potensi Menajamnya Konflik Perbatasan Filipina-Cina Bisa Geser Proxy War dari Timur Tengah ke Asia Tenggara

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Ada satu perkembangan yang cukup mencemaskan di Filipina, yang notabene masuk dalam kawasan ASEAN. Baru-baru ini Cina mengeluarkan pernyataan terkait tuduhan pelanggaran wilayah oleh Pemerintah Filipina. “Tuduhan itu tidak berdasar,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Liu Weimin.

Menurut warta Xinhua dan AFP pada Senin (9/1/2012), Departemen Luar Negeri Filipina, kemarin, mengatakan menaruh perhatian serius menyusul adanya  dua kapal dan satu kapal perang China melanggar batas wilayah dengan memasuki kawasan Escoda Shoal, sekitar 113 kilometer sebelah barat Pulau Palawan Filipina pada 11 dan 12 Desember 2011 lalu.

Tentu saja perkembangan ini patut dicermati oleh para pemegang kewenangan keamanan nasional dan pertahanan di Indonesia. Betapa tidak. Karena sampai saat ini, Cina dan Filipina masih belum bersepakat soal Laut China Selatan. Artinya, potensi konflik daerah perbatasan atau border dispute antar kedua negara, pada perkembangannya bisa semakin menajam, dan tentunya bakal memanaskan situasi di kawasan Asia Tenggara. Dan itu pasti akan bikin repot Indonesia dan negara-negara lainnya yang tergabung dalam perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).  Salah satu poin krusial dari konflik perbatasan Filipina-Cina salah satunya, Filipina menamakan laut itu sebagai Laut Filipina Barat.

Sebaliknya pihak Cina mengatakan agar Filipina tidak membuat persoalan baru terkait Laut Cina Selatan. China mengklaim kalau seluruh laut itu merupakan bagiannya, termasuk wilayah kaya minyak, Kepulauan Spratly.

Sejatinya, perkara Spratly dan Laut China Selatan melibatkan negara-negara selain Cina dan Filipina, yakni Taiwan, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam.

Dari peta konflik yang tergelar tersebut di atas, bisa dipastikan jika ketegangan Filipina-Cina kian meningkat, maka akan menyeret juga Amerika Serikat dalam kancah baru di kawasan ini. Mengingat perkembangan akhir-akhir ini mengarah pada kian menajamnya rivalitas terbuka antara Amerika Serikat dan Cina di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara.

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com