Prakiraan Kondisi Politik 2023

Bagikan artikel ini
Catatan Geopolitik dan Geospiritual Akhir 2022
Inilah era, kata Menteri Nadiem Makarim, bahwa gelar tidak menjamin kompetensi; kelulusan tidak menjamin kesiapan karya; akreditasi tidak menjamin mutu; masuk kelas namun tidak menjamin belajar. Lantas, apa peran serta keberadaan negara cq Kementerian Pendidikan apabila kredo sang menteri seperti itu? Tetapi, ini hanyalah prolog dari catatan kecil di ujung 2022.
Agaknya, mulai ada ketidakpercayaan bahkan persepsi elit kekuasaan atas diksi ‘menjamin’ di satu sisi, timbul pula distorsi frasa —khususnya diksi: ‘menjamin’— pada sisi lain. Bagaimana dengan persepsi publik?
Jaminan negara hadir dalam koridor nation state (negara bangsa) dimana negara merupakan satu-satunya alat bagi rakyat guna menggapai tujuan dan cita-cita bersama, justru terdistrosi. Ada pergeseran makna. Dalam hal keamanan dan bencana, misalnya, negara mampu hadir optimal melindungi warga kecuali di daerah-daerah tertentu seperti Papua contohnya. Akan tetapi, pada bidang kesejahteraan masih jauh panggang dari api. Merujuk prolog di atas, inilah era bingung alias kebingungan. Lalu geopolitik pun berjalan linglung.
Wong bingung, kata leluhur, itu akibat tidak kenal diri. Tak tahu siapa sejatinya diri. Dalam konteks lebìh besar lagi strategis, bangsa yang tidak paham (geopolitik) negeri sendiri identik tak kenal diri. Pada akhirnya, kebijakan politik yang harusnya berbasis geo/tanah/bumi, misalnya, malah (kebijakannya) menimbulkan ironi di sana-sini. Betapa negeri agraris dengan curah hujan tinggi kok impor rempah dan kacang-kacangan yang berlimpah pada tanahnya; lho, negeri dua musim dengan pantai terpanjang kedua di dunia kok malah impor garam, ikan, dan lainnya; bangsa yang memiliki demokrasi musyawarah mufakat (local wisdom) kok justru mengimpor demokrasi liberal (one man one vote)? Inilah yang kini berlangsung. Geopolitik bingung. Sekali lagi, era pun linglung. Maka, akibat tak kenal diri dan bingung, gilirannya muncul rasa tidak percaya diri.
Pertanyaan menggelitik timbul, “Apakah yang akan terjadi di sebuah bangsa yang tidak percaya pada diri sendiri?”
Bagi bangsa tidak percaya diri akibat tak kenal diri —secara filosofi— apa-apa yang dikerjakan ibarat fatamorgana. Dikiranya atau terlihat berlimpah air (kemakmuran) dari kejauhan namun ketika didekati ternyata nihil. Tak ada apa-apa. Retorikanya, apakah semua program yang dikerjakan hari ini nantinya berujung fatamorgana buat rakyatnya? Sebuah retorika memang tidak untuk dijawab agar catatan ini bisa dilanjutkan.
Tak dapat dinafikan, bahwa di penghujung 2022 menyisakan fluktuatif isu internal di tengah lingkungan strategis yang bergerak, khususnya konflik Ukaraina beserta efeknya. Dan isu-isu internal tadi dipastikan mempengaruh konstelasi politik 2023 di Tanah Air, antara lain adalah:
Isu Ke-1: apakah akan digelar Pemilu 2024, atau Pemilu ditiadakan dengan berbagai dalih dan alasan?
Isu Ke-2: apakah perpanjangan waktu jabatan, atau penambahan periodesasi jabatan presiden melalui Amandemen Ke-5 UUD 1945 jadi dijalankan?
Isu Ke-3: adakah diterbitkan Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945 naskah asli?
Isu Ke-4: persaingan para kandidat capres/cawapres semakin memanas; dan
Isu Ke-5: munculnya isu lain tidak terduga, namun masih terkait perpanjangan baik periodesasi jabatan presiden ataupun waktu; wacana Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD naskah asli, dan lain-lain.
Ya. Kelima isu di atas saling berkelindan satu sama lainnya memenuhi ruang dan waktu. Lalu, prakiraan kondisi semacam apa yang mewarnai tahun 2023 nanti?
Situasi dan kondisi 2023 terutama dinamika sosial politik, niscaya berbahan bakar lima isu di atas. Dan hasil pergumulan di 2023 akan menjadi rujukan penting untuk mendasari keputusan politik pada 2024. Entah perpanjangan waktu dan/atau diubah menjadi tiga periode; atau terbit Dekrit Presiden untuk kembali ke UUD 1945 naskah asli dalam rangka melaksanakan Pilpres melalui MPR; ataupun muncul isu lain di luar skenario yang ada?
Itulah sekilas gambaran situasi di Tahah Air pada 2024 dari perspektif (geo) politik.
Pertanyaannya kini, “Bagaimana prakiraan kondisi 2023 dari sudut (geo) spiritual?”
Bersambung
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com