Protes Cina Atas Statemen Menyudutkan G7

Bagikan artikel ini
Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, dalam mereaksi pernyataan tersebut menjelaskan Cina akan melawan sikap negara-negara lain demi menjaga kepentingan nasionalnya.
Jubir Kemenlu Cina juga menolak klaim G7 soal terancamnya kebebasan perkapalan dan maritim akibat kehadiran militer Beijing di Laut Cina Selatan. Jubir Kemenlu Cina menegaskan, isu-isu terkait Laut Cina Selatan, berkaitan dengan negara-negara regional dan bahwa penyelesaiannya hanya dapat diputuskan oleh negara-negara tersebut.
Menurut pemerintah Cina, G7 telah keluar dari tujuan-tujuannya dan alih-alih merencanakan bantuan untuk negara-negara dalam mengembangkan perekonomian mereka, lembaga itu telah menjadi instrumen intervensi masalah dalam negeri negara lain.
Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi dalam pernyataan yang ditujukan kepada para pemimpin G7 menjelaskan bahwa jika kelompok itu benar-benar ingin membantu meningkatkan perekonomian global, alih-alih masuk ke isu-isu regional dan menyulut friksi, mereka seharusnya bekerjasama dengan G20 untuk mengembangkan perekonomian Benua Asia.
KTT G7 ke-42 para pemimpin tujuh negara maju dunia, merilis pernyataan di Ishe-Shima, Jepang, menyinggung masalah keamanan di Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.
Tanpa menyebutkan nama Cina, G7 dalam pernyataannya menyinggung tensi di kawasan dan menekankan bahwa kebebasan pelayaran harus tetap dijaga dan masalah-masalah yang muncul harus diselesaikan secara damai.
Perselisihan Cina dengan sejumlah negara di kawasan ASEAN di Laut Cina Selatan, dan juga dengan Jepang di Laut Cina Timur, menjadi kesempatan baik bagi Amerika Serikat untuk memperluas kerjasama keamanannya dengan negara-negara seperti Filipina, Vietnam dan Jepang, serta meningkatkan kehadiran militer di kawasan.
Amerika Serikat sedang berusaha membatasi Cina di dalam perbatasannya dan mencegah perkembangan ekonomi negara ini. Oleh karena itu, Washington menyulut persaingan persenjataan di Asia Timur sehingga memaksa Cina untuk mengalokasikan sebagian besar bujetnya untuk sektor militer.
Sementara itu, Cina menegaskan bahwa krisis di Laut Cina Selatan dapat diselesaikan melalui perundingan damai antarnegara regional tanpa campur tangan Amerika Serikat.
Pada perkembangan lain, Jepang sebagai tuan rumah G7 dalam konferensi tersebut bersama Amerika Serikat berusaha memanfaatkan atmosfer yang ada untuk menyerang Korea Utara. Sementara Korea Selatan mengapresiasi kritikan G7 atas ujicoba nuklir Korut.
Menurut Cina, pengalaman militerisme di kawasan serta sanksi Barat merupakan pengalaman yang gagal. Amerika Serikat dengan mencampuri urusan wilayah Asia Timur hanya menyebabkan krisis dan ketidakamanan. Melalui pengaktifan kembali pangkalan militernya di Filipina dan juga peningkatan kerja sama militer dengan Vietnam, Amerika Serikat praktis ingin merangkul negara-negara regional di barisannya dan menggulirkan politik militerisme di kawasan. Politik yang menurut Cina bahkan tidak akan menguntungkan para sekutu dagang regional AS termasuk Jepang dan Korea Selatan.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com