Proyek Echelon 1947, Menyingkap Persekutuan Semu Amerika-Inggris Dengan Eropa Pasca Perang Dingin

Bagikan artikel ini

Ekspansi Sistem Neoliberalisme Ekonomi dan Politik yang dimotori Perdana Menteri Margaret Thatcher pada akhir 1970an dan Presiden Ronald Reagan pada awal 1980an, bukan saja mengekspor liberalisme ekonomi dan politik  internasional ke seluruh dunia, namun serentak dengan itu pula, menciptakan sistem penyadapan elektronik berskala global, sebagai sistem pendukungnya. Dalam sebuah matarantai global yang kuat dari Amerika, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Inilah yang tersingkap dari balik tabir sebuah operasi intelijen yang bernama Proyek Echelon.  

 Sejak kasus Edward Snowden, mantan kontraktor National Security Agency (NSA) mencuat ke publik dan terbongkarnya Proyek PRISM, saya tertarik menyelisik sebuah operasi bernama sandi Echelon  yang diluncurkan NSA pada 1947, ketika membaca sebuah buku menarik karya Dr. Noreena Hertz, The Silent Takeover.

Tepatnya pada 1947 para petinggi spionase Inggris dan Amerika bekerjasama untuk berbagi informasi keamanan. Mereka sepakat untuk mengoperasikan sebuah sistem pemantauan bersama, dengan nama sandi Echelon. Anda semua pasti bertanya dong, apa sih Operasi Echelon? Sebagai sistem pemantauan bersama, selain Amerika dan Inggris, kemudian bergabung pula tiga negara lainnya yang ikutserta. Kanada, Australial, dan Selandia Baru.

Dalih yang mereka gunakan, sebagai negara-negara pemenang Perang Dunia II yang berhasil mengalahkan pemerintahan fasisme Jerman dan Jepang, di era Pasca Perang Dunia II, muncul ancaman baru, yaitu Uni Soviet. Lantaran Soviet (baca: Rusia) berhasil membuat senjata nuklir menandingi Amerika dan blok Eropa Barat, Soviet juga sedang menyebarkan paham komunisme ke seantero dunia. Sebagai wujud dari persekutuan bersama negara-negara berbahasa Inggris (English Speaking Countries), maka diluncurkanlah Proyek Echelon. Di Amerika, satuan-satuan signals intelligence (Sigint) militer di bangun di Sugar Grove,Virginia Barat. Di Inggris, sebuah stasiun pendengar dibangun di Menwith Hill, Yorkshire, di utara Inggris, yang jauh dari London.

SUMBER: https://www.duncancampbell.org/content/echelon

Namun pemain utama tetap adalah NSA. Yang menarik perhatian Dr. Noreena Hertz, belum ada buku-buku sejarah yang mencatat secara rinci bagaimana pentingnya peranan yang dimainkan Proyek Echelon dalam melawan penyebaran komunisme Soviet. Alhasil, begitu Perang Dingin berakhir serentak dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 1989, dan ambruknya Uni Soviet pada 1991, maka sistem pemantauan bersama yang berada dalam payung Proyek Echelon luput dari perhatian. Apakalah proyek tersebut masih tetap berjalan, atau ikut terhenti seturut runtuhnya Tembok Berlin, Jerman, dan ambruknya Soviet.

Ternyata, sistem pemantauan elektronik Echelon tidak ikut menghilang. Terungkap melalui telaah dan temuan Dr. Noreena Hertz, pada Februari 2000, Echelon memang tidak lagi digunakan untuk pengintaian politik dan militer yang oleh Amerika dan sekutu-sekutunya dipandang sebagai musuh ideologis seperti Uni Soviet, melainkan dimanfaatkan untuk memonitor berbagai aktivitas bisnis-perdagangan sehari-hari milik sejumlah sekutu terdekat Amerika dan Inggris. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapatlah dipastikan bahwa melalui Proyek Echelon, Prancis dan Jerman merupakan target utama AS-Inggris untuk dipantau. Seperti penyadapan melalui telepon, faxsimile, dan email, yang dipancarkan oleh satelit di manapun di dunia ini.

Temuan Dr. Noreena Hertz berdasarkan dari dokumen-dokumen Departemen Pertahanan Amerika pada Februari 2000. Perlu saya jelaskan di sini, yang namanya dokumen-dokumen rahasia seperti dari MI-6 Inggris atau CIA Amerika, setelah 30 tahun biasanya dibuka untuk publik dan disebarkan lewat internet. Namun demikian, perlu kualitas seorang peneliti yang tekun dan cermat seperti Dr. Noreena Hertz untuk menemukan sebuah dokumen dengan nilai informasi yang tinggi seperti Proyek Echelon.

Book Professor Noreena Hertz | Conference Speaker | Contact ...

Dr. Noreena Hertz. SUMBER: https://www.jla.co.uk/conference-speakers/noreena-hertz/Bahwa yang namanya operasi penyadapan elektronik berskala global memang ada dan bukan omong kosong. Malah menurut Noreena Hertz, sebenarnya pada 1996 ada seorang agen pembelot dari Selandia Baru sudah pernah menginformasukan adanya Proyek Echelon, hanya sayangnya tidak didukung bukti-bukti yang kuat.

Padahal kerusakan yang dibuat Amerika-Inggris melalui sistem penyadapan elektronik Echelon itu, korporasi-korporasi Amerika telah “mencuri” sejumlah kontrak yan disiapkan untuk perusahaan-perusahaan Eropa dan Asia setelah NSA menyadap sejumlah percakapan dan data yang kemudian menyampaikan informasi itu kepada Departemen Perdagangan Amerika. Adapun di Eropa, konsorsium Airbus dan Thomson CSF Prancis termasuk di antara perusahaan-perusahaan yang jadi korban penyadapan NSA.

Celakanya, Indonesia pun secara tidak langsung jadi korban penyadapan elektronik NSA. Rupanya Amerika dengan menggunakan jalur persekutuan strategisnya dengan Australia di kawasan Asia, Amerika memanfaatkan informasi yang dihimpun dari pangkalan-pangkalannnya di Australia, untuk memenangi separoh saham dari sebuah kontrak perdagangan Indonesia yang besar bagi AT&T yang menurut pangkalan informasi yang disadap awalnya ditujukan kepada NRC Jepang.

NRC, Nippon Research Centre, merupakan sebuah perusahaan riset pasar di Jepang. Namun NRC ini juga bisa berarti Komisi Pengaturan Nuklir terkait penanganan resiko terhadap keselamatan pembangkit tenaga listrik.

Sejak Proyek Echelon mencuat ke publik dan mengundang reaksi keras dari Eropa, bebeapa negara Eropa seperti Portugal, mengajukan usul mendirikan sebuah secretariat untuk memonitor kegiatan-kegiatan Echelon.

Sampai di sini, kalau saya baca ulang novel karya George Orwell, 1984, frase kata “hati-hati Big Brother sedang mengawasi kita,” memang seperti ramalan yang jadi kenyataan serentak dengan kemajuan dan perkembangan pesat teknologi informasi. Hanya bedanya, bukan Rusia dan Cina yang big brother, melainkan yang dianggap sekutu Eropa itu sendiri, Amerika dan Inggris. Memata-matai para konsumen dan pebisnis Eropa untuk kepentingan bisnis Amerika dan Inggris sendiri.

Beberapa temuan Noreena Hertz lainnya sebagai berikut:

  1. Berdasarkan laporan Parlemen Eropa, berdasarkan sadapan telepon para Agen NSA antara Thomson-CSF (sekarang Thales Microsonics) dan pihak-pihak berwenang Brazil pada 1995, berkaitan dengan sebuah kontrak menguntungkan senilai 1,5 miliar dolar AS untuk menciptakan sebuah sistem pemantauan satelit untuk hutan curah hujan Brazil. Dari sadapan ini terungkap bahwa NSA kemudian memberikan rincian mengenai tawaran Thomson dan sejumlah suap yang ditawarkan Prancis kepada para pejabat Brazil kepada sebuah perusahaan saingan asal Amerika, Raytheon Corporation, yang kemudian memenangi kontrak tersebut.
  1. Laporan lain berlangsung pada 1993, ketika NSA memintas sejumlah percakapan telepon antara konsorsium Airbus Eropa, maskapai penerbangan Arab Saudi, dan pemerintahan Arab Saudi. Kontrak yang bernilai lebih dari 5 miliar dolar AS tersebut kemudian jatuh ke tangan perusahaan-perusahaan Amerika , Boeing dan McDonnel Douglas.
  1. Pada 1999, perusahaan generator angin Jerman, Enercon jadi korban penyadapan elektronik NSA yang cukup fatal. Enercon sedang mengembangkan sebuah penemuan rahasia yang pada perkembangannya nanti akan mampu menciptakan aliran listrik dari kekuatan angin dengan harga yang jauh lebih murah ketimbang yang telah dicapai sebelumnya. Namun ketika Enercon mulai memasarkan penemuannya di Amerika, ia dihadapkan pada saingannya, perusahaan Amerika, Kenetech, yang mengkalim sudah memiliki hak paten atas proyek pengembangan yang benar-benar mirip. Namun aksi spionase industri NSA itu terbongkar ketika seorang pekerja NSA yang tidak disebut namanya, setuju untuk membuka tabir rahasia ini kepada stasiun televisi Jerman, untuk mengungkap bagaimana ia telah mencuri rahaia-rahasia Enercon. Kesaksian pekerja NSA yang anonim itu bahkan menggambarkan penggunaan informasi satelit untuk menyadap saluran telepon dan modem komputer yang menghubungkan laboratorium penelitian Enercon dengan unit produksinya. Nah melalui informasi rencana detail dari penemuan rahasia perusahaan Enercon itulah kemudian disampaikan kepada Kenetech.

Apakah Proyek Echelon ini juga masuk kategori Perang Asimetris yang bersifat nirmiliter namun tanpa sebutir peluru pun, sebuah negara bisa dibikin hancur lebur di bidang politik, ekonomi dan perdagangan? Yang jelas, berdasarkan keterangan para pakar keamanan Jerman, sekitar tahun 2000 lalu, gara-gara Spionase Industri Amerika ala Proyek Echelon itu, bisnis Jerman mengalami kerugian sebesar 10 miliar dolar, akibat ulah NSA mencuri penemuan dan proyek -proyek pengembangan yang masih bersifat rahasia dari beberapa perusahaan Jerman seperti Enorcon.

Namun cerita ini memberi perspektif baru pada saya. Pertama, fondasi persekutuan Amerika-Inggris sebenarnya sudah sudah disiapkan sejak berakhirnya Perang Dunia II, bukan saja di ranah politik dan keamanan, melainkan juga di ranah ekonomi dan bisnis, serentak dengan semakin menguatnya pengaruh korporasi-korporasi global Amerika-Inggris dalam proses politik di negara korporasi-korporasi itu beroperasi.

Kedua, ekspansi Sistem Neoliberalisme yang dimotori Perdana Menteri Margaret Thatcher pada akhir 1970an dan Presiden Ronald Reagan pada awal 1980an, bukan saja mengekspor liberalisme ekonomi internasional ke seluruh dunia, namun serentak dengan itu pula, menciptakan sistem penyadapan elektronik berskala global, sebagai sistem pendukungnya. Maka seperti tergambar melalui Proyek Echelon, Amerika dan Inggris membangun matarantai yang kuat juga dengan Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com