Studi kawasan tentang Amerika, Eropa, Timur Tengah, Afrika, Rusia dan Cina banyak kita jumpai di Program Magister berbagai Universitas luar negeri maupun dalam negeri. Pada sejumlah Perguruan Tinggi di Indonesia, seperti UI, UGM, Unpad, Unair, Unbra, Undip, UIN Jakarta serta berbagai universitas swasta telah memiliki program studi S-1 Bahasa dan Kebudayaan besar dunia (Inggris, Perancis, Rusia, Jerman, China, Arab, dan Jepang). Sementara itu beberapa universitas juga telah menawarkan program Magister S-2 untuk Studi kawasan Amerika, Eropa, Timur Tengah dan Cina.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) berani tampil beda dengan rencananya membuka Pusat Kajian Studi Wilayah Asia Tengah. Pada tanggal 28 Mei 2024, Kantor Urusan Internasional UPN Veteran Jakarta melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas dan menjaring masukan dalam rangka pendirian Pusat Kajian tersebut. Selain penulis, para narasumber yang dihadirkan pada FGD tersebut adalah Duta Besar Kazakhstan untuk Indonesia, Mr. Serzhan Abdykarimov, Direktur Eksekutif LP3ES Dr. Fahmi Wibawa, Diplomat Ahli Madya Kemlu Ahmad Ma’rufi, dan dosen FISIP UPNVJ Rizky Hikmawan S.IP, M.Si.
Dalam sambutannya mewakili Rekor UPNVJ, Kepala Kantor Urusan Internasional UPNVJ Dr. Bambang Susanto, MA mengatakan bahwa Negara-negara di kawasan Asia Tengah, yaitu Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan memiliki kekayaan sumber alam dan enerji yang melimpah, seperti minyak, gas, batubara, dan uranium. Wilayah ini juga memiliki potensi ekonomi serta corak ragam budaya yang dapat dikerjasamakan lebih erat lagi secara bilateral dengan Indonesia. Dalam hal ini UPNVJ telah merintis kerjasama di bidang pendidikan dengan Ablai Khan University, Almaty Kazakhstan.
Gambaran Umum Asia Tengah
Asia Tengah dengan total luas wilayah 4.090.051 km2, meliputi 6 (enam) negara yaitu: Azerbaijan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Negara-negara ini merupakan pecahan dari Uni Soviet yang secara serentak memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1991. Letak geografisnya yang merupakan crossroad antara benua Asia dan Eropa, serta Sumber Daya Alam yang melimpah, utamanya minyak dan gas, tambang (uranium, emas, batu bara dll) telah menjadikan wilayah ini sebagai ajang perebutan kekuatan/pengaruh negara-negara besar.
Latar belakang sejarah dan peradaban Asia Tengah terbentuk dari percampuran berbagai budaya. Sejak sebelum Masehi wilayah ini menjadi persinggahan dan penaklukan pasukan/panglima besar, seperti bangsa Persia, Iskandar Agung dari Macedonia, bangsa Turki, pasukan kekhalifahan Arab, tentara Mongol, dan kekaisaran Tsar Rusia yang dilanjutkan dengan tentara Bolshevik Uni Soviet. Semangat masyarakat untuk kembali menjalankan syariat Islam sebagai agama mayoritas penduduk Asia Tengah mendapatkan perhatian dan pengaturan ekstra oleh pemerintah masing-masing terkait dengan kekhawatiran masuknya pengaruh paham radikal dan ekstrim yang berasal dari dalam maupun luar wilayah.
Sejak memproklamirkan sebagai negara merdeka, nasionalisme etnis mulai menguat pada masing-masing negara. Selain menggalakkan pemakaian bahasa lokal, jabatan-jabatan penting pemerintahan lebih banyak mengutamakan etnis (mayoritas) daripada kemampuan seseorang. Konflik horizontal berbasis primordial telah memperlambat pembentukan sebuah bangsa dalam suatu negara. Dalam keterlibatannya dengan masalah regional/internasional, selain dengan PBB dan OIC, negara-negara Asia Tengah secara bersama atau sebagian besar mereka menjadi anggota Commonwealth of Independent States (CIS), Shanghai Cooperation Organization (SCO), Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia (CICA), dan Council of Turkic Speaking States.
Gagasan penyatuan ekonomi negara Asia Tengah dan sesama bekas Uni Soviet diwadahi dalam Commonwealth of Independent States (CIS), Eurasian Economic Community (EEC) hingga Eurasian Economic Union (EEU). Sebagai perluasan dari Customs Union yang beranggotakan Rusia, Kazakhstan, Belarus, Armenia, dan Kyrgyzstan, EEU juga mengadakan Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Ukraina, Uzbekistan dan Moldova. Sementara itu, Cina sebagai kekuatan raksasa Asia dan dunia melibatkan diri dalam perkembangan Asia Tengah melalui proyek Silk Road Economic Belt (SREB). Inisiatif ini diumumkan oleh Presiden Xi Jinping dalam kunjungan ke Kazakhstan pada September 2013 dimaksudkan untuk mengintegrasikan wilayah Asia dan Eropa melalui pembangunan infrastruktur sebagai lintas kegiatan ekonomi-perdagangan dan peradaban antara Cina-Asia Tengah-Asia Barat-Timur Tengah dan Eropa.
Bersambung ke Bagian-2
Mohamad Asruchin