Indonesia Dapat Menjadi Pemain Kunci Dalam Penyelesaian Krisis di Semenanjung Korea

Bagikan artikel ini

Mayor Jenderal Dr. Yoedhi Swastanto, Dirjen Strategi Pertahanan (Strahan) Kementerian Pertahanan RI

Krisis yang terjadi di Semenanjung Korea saat ini merupakan akumulasi berbagai peristiwa masa lalu, sebut saja Perang Korea. Perang ini juga dipandang sebagai proxy war di mana AS bersama sekutu PBB-nya berhadapan dengan Cina bersama sekutunya Uni Soviet.

Lepas dari peristiwa masa lalu, saat ini kondisi yang ada di Korut sangat berbeda, terlebih menyusul adanya peralihan tampuk kepemimpinan di Korea Utara pasca Kim Jong Il dengan memunculkan rezim kepemimpinan baru yang lebih progresif. Setidaknya hal ini tercermin dalam upaya Korut untuk membangun, terutama postur pertahanan dan persenjataan.

Memang, sejak berakhir perang dingin isu yang sangat strategis dan paling menyedot perhatian internasional, termasuk di ASEAN adalah masalah Korea.

Saat ini, harus diakui telah terjadi pergeseran sentral geopolitik dari Timur Tengah ke Asia Pasifik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas militer Korea dan juga AS.

Sejak awal tahun, kehadiran Angkatan Laut AS di kawasan Asia-Pasifik telah meningkat secara signifikan. Pada Februari 2017, sebuah kelompok tempur kapal induk angkatan laut Amerika yang dipimpin oleh USS Carl Vinson memasuki Laut China Selatan. Sejak itu, pasukan Amerika kerap mempertontonkan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan.

Persaingan unjuk kekuatan militer antara AS dan Korut di kawasan pun menjadi pusat perhatian dunia internasional. Di tahun 2017, Korut sudah melakukan 19 kali uji coba senjata nuklir dan lebih banyak jika dibandingkan dengan di tahun 2016 di mana Korut hanya 8 kali uji coba senjata nuklir.

Melalui serangkain uji coba senjata nuklir itu, maka teranglah bahwa Korut memang sengaja mempersiapkan dirinya untuk berhadapan dengan negara manapun yang berpotensi mengancam kedaulatan negaranya.

Maka, kebijakan luar negeri Korut terhadap AS berasal dari doktrin Juche yang pertama kali dicetuskan oleh Kim Il-sung sekitar awal tahun 1955. Juche adalah ideologi resmi yang dianut di Korea Utara. Juche mengandung prinsip bahwa “manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu”. Juche mengandung pengertian “self-reliance” atau “percaya pada kemapuan sendiri”.

Adapun yang menjadi catatan penting terkait krisis yang terjadi di Semenanjung Korea, selain berdampak besar terhadap stabilitas keamanan di kawasan, krisis di Semenanjung korea juga berdampak pada kepentingan nasional RI.

Dengan melihat rekam jejak hubungan yang baik antara pemerintah Indonesia dan Korut, maka Indonesia perlu secara intensif mengambil peran sentral dalam menginisiasi pelbagai kerjasama baik multilateral maupun regional.

Kerjasama multilateral bisa dalam forum ASEAN+1, yaitu ASEAN centrality dengan AS / Tiongkok / Rusia, dan lain-lain. Adapun kerjasama bilateral bisa dilakukan melalui hubungan internasional dengan Korut yang memang sejak lama kedua negara sudah memiliki hubungan tradisonal baik. Hubungan RI-Korut yang terjalin sejak Presiden Sukarno inilah yang akhirnya melahirkan istilah Orchid Diplomacy.

ASEAN yang memiliki nilai strategis dan daya tarik ekonomi, menjadi pasar internasional dan pusat pertumbuhan ekonomi dunia memastikan adanya stabilitas keamanan di kawasan dan tentu harus menjadi zona bebas senjata nuklir. Dalam kapasitas ini, Indonesia bisa menjadi aktor kunci di ASEAN dalam mengatasi ketegangan yang terjadi di Semenjanjung Korea.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan keamanan AS terhadap Korut didorong oleh kepentingan geopolitik di kawasan Asia Pasifik dan kebijakan keamanan Korut terhadap AS muncul sebagai upaya survival akibat ancaman kepentingan negara-negara di sekelilingnya dengan menjadikan Korut sebagai negara berkekuatan senjata nuklir.

Indonesia merupakan salah satu negara pemimpin ASEAN dengan latar belakang hubungan historis dan relasi yang baik dengan Korut sejak masa apemerintahan Presiden Sukarno. Maka melalui forum ASEAN+1, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam penyelesaian krisis di Semenanjung Korea.

Kalau Indonesia harus mampu memainkan peran sebagai mediator dalam penyelesaian krisis Korea Utara, hal ini akan meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com