Saat Ini PKI Sekadar Ekspresi Solidaritas, Bukan Kekuatan Ideologis-Politis yang Bermakna Besar

Bagikan artikel ini

Satya Dewangga, peneliti muda di Kajian Nusantara Bersatu dan Forum Dialog (Fordial) Jakarta

Bisa difahami kalau para anggota PKI yang masih hidup sangat merindukan bangkitnya kembali PKI seperti pada masa jaya-jayanya pada tahun-tahun sebelum 1965. PKI adalah partai besar dengan peranan yang tidak mugkin ditinggalkan dalam semua proses politik di Indonesia sampai tahun 1965.

Apalagi dalam situasi kehidupan politik yang penuh tantangan dan dinamika dewasa ini, tentu telah merangsang emosi para eks politisi PKI masa lalu maupun keturunan mereka untuk bisa menghidupkan kembali PKI dan ikut berperan aktif dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Lebih-lebih sering masih nampaknya perkembangan nasional dimana kepentingan rakyat hanya merupakan hiasan dalam berbagai retorika politik serta kenyataan masih besarnya jumlah rakyat miskin dan minimalnya program ekonomi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Memang tidak ada angka yang dpat digunakan sebagai patokan untuk memperkirakan jumlah anggota PKI dan simpatisannya pada tahun 1965 dan kemungkinan dewasa ini, namum cukup difahami apabila angka pendukung PKI kemungkinan mencapai jumlah jutaan. Keinginan dan aktifitas begitu banyak tokoh dari berbagai kalangan, tingkatan, bidang profesi dan generasi menujukkan kader bagi bangkitnya kembali cukup besar.

Namun demikian semua faktor yang mendorong semangat, emosi dan kehendak untuk membangkitkan kembali PKI tersebut sebernarnya secara ideologis sangat lemah karena falsafah Marxisme/Lenininsme/Komunisme baik yang bersumber dari eks Partai Komunis Uni Soviet maupun Partai Komunis China, sudah menjadi faham yang tidak boleh dihidupkan di Indonesia, baik secara falsafah maupun pandangan hukum masyarakat Indonesia.

Secara filosofis, ideologis dan fisik, dipaksakannya kembali membangun PKI pasti akan membangkitkan reaksi dan perlawanan yang keras dari masyarakat non dan anti Komunis, terutama dari golongan Islam dan nasionalis. Oleh karena itu aktivitas berbagai kader bangkitnya kembali PKI pasti akan dilawan dengan kekerasan apabila mengarah untuk mengkristal dan tersusunnya organisasi yang dapat menjadi embrio bangkitnya kembali PKI.

Sejak sebelum terjadinya peristiwa G 30 S/PKI pada tahun 1965 sudah banyak kader, simpatisan dan pendukung PKI berada di luar negeri dan sepanjang tahun berkuasanya Orde Baru mereka tetap diluar negeri, terindikasikan sebagai kelompok anti Orde Baru.

Lebih setengah abad tinggal di luar negeri dan kebanyakan kawin dengan warga dimana mereka berada jelas telah mengubah pancaran budayanya, sehingga sikapnya dewasa ini yang berusaha membantu bangkitnya kembali PKI pada dasarnya sebuah emosi yang sekedar terpancing oleh sejarah bahwa mereka adalah juga penganut faham Marxise dan pendukung PKI.

Apabila dewasa ini mereka mencoba tampil membantu para kader bagi bangkitnya kembali PKI di Indonesia, maka hal tersebut hanyalah sekedar ekspresi solidaritas, tetapi bukan kekuatan ideologis politis yang bermakna besar. Sekedar dukungan semangat bagi mereka yang secara realistis berjuang di Indonesia. Mereka yang dewasa ini tinggal diluar negeri sudah tua, anak keturunanya condong disangsikan kemurnian militansinya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com