Siapakah Sebenarnya Bani Israel Itu?

Bagikan artikel ini

Semua ajaran agama Tauhid – monotheism – mulai dari Taurat, Zabur, Injil hingga Al Qur’an sendiri sepakat mengatakan bahwasanya bangsa pilihan Tuhan di muka bumi itu tidak lain tidak disebut sebagai BANI ISRAEL.

Misal, dalam Al Qur’an disebutkan sebagai berikut:

“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu. Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja” – QS. Al Baqarah: 40.

Setelah janji-janji terhadap Tuhannya dipenuhi baru Allah memenuhi janji-Nya dan berfirman:

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kalian atas segala umat.”QS. Al-Baqarah: 47.

Dalam ayat pertama jelas sekali dikatakan sebagai BANI ISRAEL, dimana kata Bani itu artinya bisa Sebuah KAUM, Keturunan, Bangsa, dan BUKAN SEBUAH NEGARA.

Hal ini-pun diperkuat dalam kitab Taurat maupun Injil sendiri.

Dalam Taurat malah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ISRAEL itu mengacu ke HAMBA TUHAN sendiri – alias HAMBA ALLAH.

Jadi siapapun orangnya, selama masih dikategorikan sebagai MANUSIA CIPTAAN TUHAN lalu ia bersungguh-sungguh memenuhi segala janji-janjinya selama hidup di dunia ini (seperti yang termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 40) maka sudah tentu Allah SWT akan memenuhi pula semua janji-janjinya kepada manusia tersebut! Jelas dan faham kan?

Dalam terjemahan bahasa arab sendiri kata Bani Israel itu diambil dari kata bani yang artinya keturunan, kaum ummat dan Isra’ yang artinya perjalanan horizontal (bekerja) serta Al Lail yang artinya malam, melek, tidak tidur, menjadikan malam menjadi siang (selalu sadar diri), jadi secara keseluruhan Bani Israel bermakna kaum atau ummat yang selalu bekerja ikut Tuhannya tanpa pamrih!

PERJANJIAN

Janji manusia itu apa saja? Ternyata dalam semua kitab suci simpel sekali jawabannya, yakni:

1. BERSAKSI – SYAHADAT! – menyaksikan!

Persaksian inilah yang dalam ajaran ISLAM atau ajaran Keselamatan baik mulai dari zamannya nabi Adam As hingga nabi Muhammad SAW disebut sebagai ujud dari SYAHADAT – alias Bersaksi – penyaksian, yang mana bersyahadat itu meliputi:

a. Syahadatullah – bersaksi kepada Tuhannya.

Janji manusia kepada Tuhannya yang pertama adalah BERSAKSI dan Menyaksikan!!!

Bersaksi saat kita masih berada di alam Ruh sebelum ruh ini di turunkan kepada janin manusia yang masih belum bisa disebut ujudnya. Kata Allah, Alastu Birobbikum? – Bukankah AKU ini Tuhanmu?, lalu dijawab sama sang ruh tersebut, Koolu Balaa Syahidna – Benar Ya Allah, saya mengakui bahwasanya ENGKAU adalah Tuhan saya.

Allah SWT berfirman dalam: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Hal ini) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lupa terhadap ini.” (QS: 7: 172)

Setelah ruh selesai bersaksi dan mengakui keesaan Allah itulah maka sang ruh ditiupkan ke janin yang masih berusia 120 hari maka komplitlah ia disebut sebagai calon penghuni alam dunia.

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat,” bunyi Surah Al-Insan Ayat 2.

Nuthfah yang disimpan di dalam rahim tersebut mengalami proses sebagaimana yang diterangkan dalam Surah Al-Mu’minun Ayat 14. Proses tersebut tidak diketahui pada zaman Rasulullah, namun sesuai dengan penelitian tentang perkembangan janin yang dilakukan oleh ilmuwan pada saat ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik,” Surah Al-Mu’minun Ayat 14 menjelaskan.

“Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Ku tiupkan kepadanya ruh-Ku.” QS: As Shaad : 72.

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari, kemudian berbentuk ‘alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan 4 masalah seperti jenis kelaminnya, tentang ajalnya hingga tentang rezekinya” (HR. Bukhari, Ibnu Majah, At-Tirmizy).

Begitu lahir cower ke alam dunia ini maka lupalah ia sang bayi tersebut.

Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” – riwayat Muslim.

Maka turunlah para nabi-nabi dan rasul-Nya yang mengajarkan manusia dalam bahasa IBUMU agar engkau mengerti hingga generasi penerusnya yang mengajarkan ilmu KETAUHIDAN (dalam bahasa masing-masing ibu (setempat) dengan harapan agar kelak engkau akan menemui Tuhanmu kembali di alam dunia ini dan selamatlah engkau wahai si fulan.

Artinya bahwa dulu kalian adalah mahluk cahaya dan penghuni surga maka kelak kalau menemukan dirimu sendiri akan bisa kembali dan bertemu dengan Tuhannya dalam ujud cahaya pula.

Jadi…fungsi Tauhid adalah agar manusia itu dari dulunya penghuni surga (mahluk cahaya) maka dengan bertauhid – meng-ESA-kan Allah akan bisa kembali kepada Tuhannya dalam ujud cahaya saat masuk surga nanti.
Surga akherat saya tidak urus karena itu hak prerogatif Tuhan saya, tapi kalau ditanya soal surga dunia, misal anak istri serba kecukupan, diberikan sehat lahir dan batin maka itulah sebaik-baik surga-Nya yang diberikan kepada kita dan dijauhkan dari neraka-Nya, semisal kelaparan, kesusahan, dsb. Itulah sejelek-jelek neraka dunia.

b. SYAHADAT RASUL – alias bersaksi atas dirimu sendiri.

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang“. – Q.S. Ali Imran: 31

Makanya dalam berbagai kitab-Nya dijelaskan bahwasanya dengan mengikuti aku kecil – dan bukan AKU besar, yakni ya rasulmu- ruhul kudus mu – ruh suci pemberian Tuhanmu – biasa disebut jiwa – suksma – Lanange Jagad – Nur Muhammad (cahaya terpuji) – sang Wishnu – Bathara Kresna – Imam Mahdi – Dewa Ruci dan seterusnya berbagai sebutan atas ruh suci tersebut dalam peradaban ummat manusia maka kelak dialah yang bisa menuntunmu kembali untuk bertemu dengan Tuhanmu.

Sebutan Lanange Jagad dikarenakan bahwasanya kalau engkau sudah menemukan sejatinya dirimu sendiri yakni jiwamu, ya suksma-mu maka itulah yang dekat dan bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhanmu sehingga seluruh alam semesta ini semuanya tunduk patuh dalam genggamanmu disebut lanange jagad, sebagaimana dulu Adam bisa menerangkan apa-apa yang ada dilangit maupun di bumi ini dengan Tanpa Hijab atau tabir! Alias ngedap-edapi tanpa lawan tanding!

Kata Allah, cukup ikut jiwa-mu, nur muhammad-mu, ruh pemberian kali pertama dari Tuhanmulah yang BISA MENGHANTARKAN DIRIMU KEMBALI UNTUK BERTEMU DENGAN TUHANMU!, selain daripada itu niscaya tidak bisa bertemu. Apalagi jikalau engkau mengandalkan pikiranmu, otakmu, nafsumu, dan seterusnya dan seterusnya niscaya akan jauh dan jalan ditempat!.

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas”.Q.S. Ali Imran: 112.

Makna membunuh para nabi disini adalah tidak mengikuti Nur Muhammad-mu yang sudah jelas-jelas bisa membimbingmu menuju kepada Tuhanmu. Sebaliknya hal itu malah kamu campakkan wahai si fulan..
Maka terimalah akibatnya…
Lalu dimanapun kamu berada niscaya bakalan ditimpa kehinaan & kesengsaraan serta mendapatkan murka-Nya.
Naudzubillah Mindzaalik!

2. LAASYARIKALAAK! – Jangan Mensekutukan atau menduakan Tuhanmu!.

Jadi, janji kedua adalah “Jangan menduakan Tuhanmu dalam setiap beribadah dan beramal kepada Tuhanmu!”.

“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”Q.S. Al Kahfi: 110.

Janganlah kamu mensekutukan, menyamakan – menduakan – segala sesuatu yang ada di dunia ini kecuali semata-mata semuanya demi DIA, Tuhan Semesta Alam!

Cukup Allah sebagai Tuhanku, pelindungku, pemberi segala rezekiku, sandaran hidup dan matiku semuanya semata-mata demi DIA, RABB SEMESTA ALAM.

Tak ada yang lebih hebat dan perkasa selain DIA, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah!.

Dunia ini penuh dengan fatamorgana dan kesenangan yang membujuk, maka cukup Allah sajalah sebagai sebaik-baik penolongmu. Jangan tolah toleh kemana-mana. Hadapkan dan luruskan hati, akal dan pikiranmu semuanya karena Lillaahi Ta’ala, jangan demi harta, anak, istri, pangkat, kedudukan, dan seterusnya membuat kamu gelap mata! – Jangan Syirik dan Riya’!

3. JIHAD – atau bersemangat, bersungguh-sungguh.

Janji manusia kepada Tuhannya yang ketiga adalah bersemangat, bersungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya baik lahir maupun batinnya yang meliputi jiwa, harta, tenaga, fikirannya semuanya yang tercurah dalam segala lini kehidupan ini bukan karena sebab si Anu, si A, si B, si C dan seterusnya..dan seterusnya..bukan, tapi karena semata-mata lillahi ta’ala! – Demi Tuhan Semata sebagaimana yang tercantum dalam surah Al Hujuraat ayat 15 sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah”Q.S. Al Hujuraat: 15.

“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. – Q.S. At Taubah : 41.

4. SYI’AR – alias Menebar Kasih Sayang.

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati“. – Q.S. Al Hajj : 32.

Dan janji manusia yang terakhir kepada Tuhannya setelah engkau menemukan dirimu sendiri adalah berbuat laku kebaikan di muka bumi ini dengan tulus, menebar benih-benih kasih dan sayang sebagai mahluk ciptaan-Nya yang Rahmatan Lil Aalamiin – alias membawa berkah dan manfaat untuk seluruh alam semesta ini.

Segala tindak tanduknya tidak berat sebelah seperti pak Ogah di persimpangan jalan yang hanya akan memberi kepada siapa yang bayar.

Bekerja tanpa pamrih, upahnya cukup dari Allah semata. SUWUNG ING PAMRIH, RAME ING GAWE. Kerjanya tidak mencla-mencle.

Berbuat dan berbuat yang terbaik yang kesemuanya demi keselarasan dan keseimbangan alam semesta ini.
MEMAYU HAYUNING BHAWANA LANGGENG.

Kalau sodaraku semua bisa mengerjakan dan memenuhi seluruh janji di atas tadi maka insya-Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa akan memenuhi segala sesuatunya kepadamu Tanpa Hisab alias ibarat sumur yang tak pernah kering dan menjadikanmu sebagai sebaik-baik UMMAT MANUSIA, yakni sebagai bangsa atau kaum pilihan Tuhan!

Kalau ada orang-orang yang percaya dan merujuk ke penduduk yang saat ini menduduki dan merampas tanah dan bumi Palestina lalu mendirikan negara Israel maka itu adalah sebagai sebuah kesalahan terbesar dalam sejarah peradaban ummat manusia!!! Menyalahi Sunnatullah-Nya!

Kaum Israel yang asli dan benar adalah mereka-mereka yang menyebar disegala penjuru bumi ini dengan tunduk patuh meng-HAMBA kepada Tuhannya yang dalam bahasa arabnya disebut juga sebagai seorang MUSLIM – ASLAMA (pasrah diri).

Dalam bahasa Inggrisnya disebut SURRENDER.

“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya (Muslimun).”Q.S. Al-Baqarah: 133.

Dan sebagai seorang muslim – berpasrah diri dan Islam – selamat saja ternyata tidaklah cukup disebut sebagai hamba Tuhan.

Kunci dalam ber-ISLAM atau selamat mengikuti Tuntunan-Nya itu ternyata meliputi lima (5) hal, yakni meliputi:

1. Surrender atau pasrah,
2. Submission atau tunduk patuh kepada Tuhannya,
3. Obidient atau ta’at kepada Tuhan, alias gak neko-neko,
4. Sincerity atau ikhlas atau suwung, lillaahi ta’ala, dan terakhir.
5. Peace atau damai.

Kesimpulannya, bahwasanya jika engkau benar dan bersungguh-sungguh memenuhi semua janjimu kepada Tuhannya maka selamatlah atau Islam-lah engkau wahai si fulan…

Tiada rasa khawatir dan tiada pula bersedih hati dan engkau bakalan masuk ke dalam golongannya orang-orang yang sholeh yang selalu mengerjakan kebajikan di muka bumi ini.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati“. – Q.S. Al Ahqof: 13.

Subhaanallah…Maha Suci Allah.

Demikian dan terima kasih.

Salam Kedamaian.

Ghuzilla Humeid, Network Associate Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com