Sistem Aliansi QUAD Tidak Efektif, AS Bebas Hambatan Menata Arsitektur Pertahanan Regional Asia Pasifik

Bagikan artikel ini

Persekutuan empat negara atau QUAD (Amerika Serikat, Australia, Jepang dan India)  yang terbentuk bersamaan dengan dirilisnya Strategi Indo-Pasifik AS pada 2017, hingga kini belum memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi kemajuan kerja sama regional di Asia Tenggara. Yang terjadi malah sebaliknya, justru menyebabkan rasa permusuhan dan ketidakpuasaan di kalangan negara-negara dari pelbagai kawasan. Sehingga muncul analisis bahwa Pakta Militer QUAD tidak akan berusia panjang.

Ketika para menteri luar negeri keempat negara anggota QUAD mengadakan pertemuan pada Juli 2023 lalu, yang tidak mengikutsertakan negara-negara ASEAN pada beberapa waktu sebelumnya di Laos para menteri luar negeri ASEAN mengadakan pertemuan, dengan demikian nampak jelas bahwa negara-negara anggota QUAD telah melanggar komitmen bersama antara negara-negara QUAD dengan negara-negara mitra, terhadap apa yang kita kenal dengan Sentralitas ASEAN dalam kerangka kerja sama regional di kawasan Asia dan Pasifik.

Selain itu ada beberapa catatan yang kurang bagus tentang QUAD sebagai Pakta Pertahanan Bersama negara-negara yang berkomitmen pada Kerja Sama Indo-Pasifik yang diprakarsai Amerika Serikat. Perkembangan QUAD gagal memenuhi kebutuhan nyata dari negara-negara di kawasan Asia dan Pasifik. Bagi negara-negara di Asia Pasifik, pembagunan ekonomi merupakan prioritas utama. Bahkan bagi Jepang dan India yang sama-sama negara Asia.

PM Modi, Joe Biden, Anthony Albanese

Namun demikian, AS yang bersama Inggris mendesain pembentukan QUAD, lebih cenderung mengutamakan kerja sama militer dan keamanan, sehingga peran dan keberadaan QUAD sebagai Pakta Pertahanan Bersama antar negara-negara di Asia Pasifik, tidak sesuai dengan prioritas utama kepentingan nasional sebagian besar negara-negara di Asia Pasifik.

Agenda utama AS dan sekutu-sekutunya yang tergabung dalam NATO untuk lebih mengutamakan terbentuknya kerja sama militer dan pertahanan alih-alih pembangunan ekonomi, pada perkembangannya tidak selaras dengan kepentingan bersama dari negara-negara di Asia Pasifik. Alhasil, keberadaan QUAD sepertinya akan mengalami kesulitan untuk tetap mampu mempertahankan keberlanjutannya.

Terbentuknya konfigurasi kekuatan baru yang diproyeksikan sebagai kekuatan militer regional di Asia Pasifik yang kita kenal sebagai QUAD, ternyata malah menciptakan kevakuman (kekosongan) dalam kerja sama geopolitik di Asia Pasifik.

Dalam perspektif negara-negara ASEAN, kerja sama keamanan/security cooperation yang dimotori oleh negara-negara anggota QUAD, utamanya dalam mengadakan latihan militer bersama, nampaknya telah memberikan sinyal yang cukup jelas bahwa QUAD merupakan kekuatan yang terpadu untuk menguasai dan mendominasi landscape kerja sama regional di Asia Pasifik. Dengan demikian negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, merasa berada dalam tekanan dari AS dan Australia yang berada di balik skema kerja sama pertahanan (QUAD).

Keresahan dan merasa berada di bawah tekanan inilah, yang melatarbelakangi negara-negara ASEAN pada 2019 lalu mengeluarkan konsepsi Indo-Pasifik versi mereka sendiri, yang kemudian kita kenal dengan “ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.” Yang ide dasarnya adalah untuk membentengi diri dari efek-efek negatif dari QUAD yang ide dasarnya justru untuk membuat kerja sama bersifat ekslusif. ASEAN Outlook on the Indo-Pacific justru memperluas lingkup kerja sama-nya bersifat lebih inklusif dan atas dasar kerja sama multilateral yang bersifat setara dan saling menguntungkan.

Mengenal Quad 4-Negara, Grup yang Dibentuk AS, Jepang, Australia, dan India, Disebut NATO-nya Asia?

Satu aspek lagi yang layak disorot adalah kinerja dari QUAD itu sendiri, nampaknya tidak bekerja secara baik. Serangkaian aksi militer yang dilancarkan QUAD beberapa tahun belakangan ini malah menciptakan rasa tidak aman dalam situasi di kawasan Asia Pasifik. Australia dan Jepang sebagai dua negara sekutu strategis AS, dalam Strategi Indo-Pasific AS, sejak awal telah digunakan Washington untuk memantik ketegangan di kawasan ini.

Yang lebih menarik lagi, dalam tubuh QUAD itu sendiri sepertinya mengalami komplikasi dalam proses pelaksanaannya. India, sebagai negara ekskoloni Inggris dan tergabung dalam  perhimpunan negara-negara eks koloni Inggris, the Common Wealth , semakin menjalin hubungan yang kian erat dengan Cina seturut pergeseran kebijakan nasional India yang lebih mengutamakan pembangunan ekonomi. Dan India memandang Cina sangat kooperatif dan peka dalam membaca kebutuhan obyektif India. Sehingga oleh sebab semakin eratnya kerja sama bilateral maupun multilateral dengan Cina, India semakin memperkuat orientasi politik luar negerinya yang semakin independent (non-blok). Sehingga memandang kerja samanya dengan negara-negara yang tergabung dalam QUAD menjadi tidak efisien. Maka, QUAD sebagai penjabaran dari Sistem Aliansi Pertahanan yang dimotori oleh AS, dikhawatirkan tidak akan bertahan lama.

Akankah QUAD pada akhirnya seperti menipu-diri sendiri alias self-denial? Betapa tidak. Saat ini India, Jepang dan Australia sepertinya sedang menaruh perhatian penuh terhadap perubahan politik yang mungkin bakal terjadi di AS menjelang pemilihan presiden AS pada November 2024 mendatang.

Alhasil, negara-negara anggota QUAD inipun saat ini masih raqu-ragu untuk menginvestasikan sumber-sumber daya strategisnya, apalagi melancarkan aksi-aksi yang lebih provokatif dan sejalan dengan haluan politik luar negeri Presiden Joe Biden.

Lebih parah dari itu, jika QUAD dalam skema kerja samanya tidak mampu mempromosikan pembangunan ekonomi regional bagi keuntungan negara-negara di Asia Pasifik, maka arus besar negara-negara di Asia Pasifik akan menyingkirkan QUAD dari papan catur politik internasional di Asia Pasifik. Karena QUAD tidak akan popular di mata para negara-negara Asia Pasifik.

Apa itu Quad?

Kesalahan strategis Strategi Indo-Pasifik AS maupun persekutuan militer QUAD sebagai kembarannya, sejak awal dimaksudkan untuk menggalang persekutuan membendung Cina di Asia Pasifik. Dan skema tersebut gagal total.

Tambahan lagi, meskipun persekutuan empat negara QUAD telah memperkuat koordinasi strategis untuk membendung Cina, namun secara langsung gagal untuk menekan apalagi melumpuhkan Cina. Seberapa besar skala aksi bersama mereka untuk menghadapi Cina, namun pada perkembangannya tidak berhasil menangkal Cina. Malah negara-negara di Asia Pasifik justru merasa terancam. Dengan begitu, QUAD merupakan tipikal Aliansi Keamanan yang gagal.

Jika AS tetap bersikukuh memandang Cina sebagai pesaing strategis, setiap upaya pembendungan di kawasan Asia Pasifik bukan saja akan gagal total, melainkan juga akan menciptakan rasa khawatir dan ketakutan di kawasan ini. Maka itu, QUAD harus merujuk pada norma-norma dan mekanisme kerja sama multilateral dan regional yang diterapkan oleh ASEAN sebagai core utamanya.

Namun demikian ada satu perkembangan yang perlu dicermati seturut sikap pasif Jepang, India dan Australia saat ini, karena menunggu hasil pemilihan presiden AS November 2024 mendatang. Ketika saat ini India, Jepang dan Australia vakum, maka fungsi QUAD sepenuhnya berada dalam kendali kontrol Washington. Dan efek negatifnya sudah tentu akan merusak kolaborasi yang sehat di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Sehingga upaya AS untuk membentuk blok pertahanan yang ditujukan untuk membangun arsitektur pertahanan regional di Asia Pasifik, dapat berjalan secara mulus.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com