The Big Short , Detik-Detik Menuju Kehancuran Wall Street

Bagikan artikel ini

“The line between Gambling and Investing is artificial and thin”

“The best definition of Investing is Gambling with the odds in your favor.”

Setelah menikmati Liar’s Poker, tidak pernah terpikir oleh saya untuk membaca novel Michael Lewis lainnya, terutama yang berhubungan dengan dunia finansial, dan saat saya mengetahui tentang The Big Short, yang terlintas dibenak saya “oh, dia ingin bernostalgia dengan Wall Street, ini pasti buku biografi lanjutannya setelah dia meninggalkan Salomon Brothers, semoga saja saya tidak tertidur setelah membaca bab pertama ! Hahaha…” dan ternyata saya sangat sangat salah besar ! The Big Short adalah novel yang sangat jauh berbeda dengan Liar’s Poker, walaupun masih tentang seputar dunia Capital Market, Bond Trading, dan orang-orang yang terlibat dalam seluruh sistem itu, novel ini menceritakan dari suatu perspektif yang berbeda, yaitu mengenai segelintiran kelompok kecil yang bertaruh melawan seluruh sistem Wall Street di masa keemasan Subprime Mortgage Bonds, hingga mencapai ambang batasnya yaitu saat kehancuran seluruh sistem di Wall Street pada krisis finansial di tahun 2007.

Jadi buku ini bukan mengenai si penulisnya, namun disini Lewis menggali beberapa narasumbernya yang secara diam-diam sudah memprediksikan keruntuhan finansial jauh sebelum terjadi, dan juga memaparkan secara gamblang kebobrokan sistem finansial di negara tersebut, yang didukung semua yang terlibat di Wall Street, mulai dari investment bank, rating agency dan firma-firma lainnya, hingga mengantarkan negara itu pada kehancuran finansial yang mengakibatkan jutaan orang kehilangan rumah dan pekerjaannya.

Bet against the whole Market

Adalah Steve Eisman, seorang analis suprime mortgage bonds yang pertama mengendus kejanggalan dari obligasi kredit rumah itu, pada 90’s hanya sedikit analis pasar obligasi yang memahami dengan benar efek dan dampak negatif dari pinjaman atau kredit yang diperpanjang atau di-extend, dan Eisman adalah salah satunya, Eisman digambarkan sebagai karakter seorang analis tipikal Wall Street ; smart, kejam, kasar, aneh dan agresif, bahkan istrinya mengatakan mustahil mengajarkan tata krama pada Eisman.

Rasa ingin tahu Eisman yang tinggi mengenai Suprime Mortgage bonds mengantarkannya menemui seorang akuntan yang sejalan dengannya, Vinny Daniel, yang terus kebingungan karena bosnya tidak bisa menjelaskan mengapa mereka harus mengaudit investment bank di Wall Street yang tidak memiliki data-data yang jelas, bersama mereka mencoba menggali apa sebenarnya yang akan terjadi akibat dari semua ini, dan mereka berkesimpulan bahwa suatu saat semua ini akan berakhir, Eisman pernah membuat nulis laporan mengenai hal ini namun tidak ada yang mempercayainya di Wall Street. Vinny terus menganalisa dan memprediksikan bahwa krisis akan dimulai pada pertengahan 2005. dan Eisman pun mulai menyusun sebuah strategi sebelum krisis dimulai.

The Outsiders who shorting the bonds

Apakah hanya orang-orang “insider” di dalam Wall Street yang bisa mengendus kehancuran ini ? Ternyata sekelompok kecil orang yang sama sekali buta tentang pasar obligasi bisa memahaminya ! Tepat pada saat harga rumah mulai menurun pada 2006, Charlie Ledley membaca laporan presentasi seorang bond trader senior dari Deutsche Bank, bernama Greg Lippmann, tentang teorinya “shorting mortgage bonds” yang muncul dibenaknya adalah “this is too good to be true, why no one smarter than us doing this ?”

Short selling ada teknik yang lazim digunakan di pasar saham untuk meraup keuntungan saat pasar saham terjun bebas, namun short selling di pasar obligasi adalah hal yang mustahil dilakukan, karena karakteristik obligasi yang jauh berbeda dengan saham, namun jika kita membeli Credit Default Swap yang secara harfiah merupakan sejenis asuransi dari suatu obligasi yang diterbitkan oleh investment bank, maka saat pasar obligasi hancur, pihak yang memegang Credit Default Swap (CDS) akan meraup keuntungan yang sangat besar, dan entah mengapa tidak ada yang melakukan hal itu karena seluruh pasar percaya tidak ada yang bisa membuat pasar obligasi, terutama subprime mortgage bonds runtuh.

Sampai pada bab ini saya baru paham bahwa yang dimaksud dengan judul “The Big Short” adalah aksi Short Selling Obligasi ! These people were not merely making a bet against bonds but they were making a bet against the whole system. Ini pertama kalinya saya mendengar tentang hal ini dan yang terlintas dalam benak saya adalah “ini gila ! Huahahaa….”

Bersama kedua temannya, Ben Hockett dan Jamie Mai, mereka mendirikan sekuritas kecil bernama Cornwall Capital, dan mulai menganalisa pasar dengan seksama, dengan tujuan untuk membeli CDS dari investment bank ternama di Wall Street, namun dana yang mereka miliki “hanya” 30 juta dollar adalah jumlah yang sangat kecil, hingga tidak ada satu pun investment bank di Wall Street yang mau menerima mereka menjadi investornya, karena mereka hanya melayani trading diatas ratusan juta dollar, permasalahan mereka bukan hanya menemukan investment bank yang mau menerima mereka sebagai investor, tapi juga bagaimana (jika) saat krisis terjadi , kepada siapa mereka akan menjual CDS itu dan bagaimana para outsider bisa melakukan transaksi di pasar obligasi. Waktu yang mereka miliki hanya sedikit saat krisis dimulai, karena jika meleset sedikit saja maka semua CDS yang mereka miliki jadi tidak berharga.

The Lone Black Swan

Bagian yang paling mengesankan dari buku ini adalah saat tokoh seorang dokter neurologis yang memiliki obsesi terpendam pada pasar obligasi, Michael Burry meluangkan hobinya menulis analisa investasi finansial disela-sela waktu kerjanya sebagai dokter, sampai bakatnya mulai ditemui oleh investment bank ternama, Morgan Stanley, maka Burry mantap meninggalkan dunia kedokteran dan mendirikan perusahaan investment kecil, Scion Capital. Entah kenapa, tokoh Michael Burry mengingatkan saya pada tokoh Lisbeth Salander di Millenium trilogy-nya Larsson, penderita Asperger syndrome juga, hingga mengakibatkan dokter yang hanya memiliki satu mata ini kesulitan berinteraksi dengan sesama, dan ia memilih untuk mengisolasi dirinya dan berkomunikasi via email saja, namun justru karena Asperger sindrom tersebut yang membuat Burry bisa fokus total pada satu masalah dan menemukan apa yang tidak dilihat oleh orang awam.

Burry mulai menganalisa tentang kredit rumah (mortgage lending ) pada 2003 sampai 2004 dan meramalkan dengan akurat bahwa kehancuran pasar obligasi akibat kredit rumah ini akan terjadi pada 2007, karena pihak yang meminjamkan terus menerus memberikan pinjaman pada para peminjam, “ “What we want to watch are the lenders, not the borrowers, because the borrowers will always be willing to take a great deal of it.” Berdasarkan perhitungannya, Burry mulai membeli credit default swap yang dipilihnya secara seksama, namun tidak ada yang mendukung teorinya hingga Burry terus menerima tekanan dari para investornya hingga mengakibatkan dirinya menderita depresi.

Salah satu analis pasar obligasi menyebut Burry sebagai The Black Swan, karena dia berdiri sendiri mempertahankan analisanya ditengah-tengah cemoohan lainnya. Mempunyai teori bahwa subprime mortgage bonds akan runtuh berarti menentang seluruh sistem di dalamnya.

Everything is Correlated

Setelah financial disaster terjadi, Michael Lewis bertemu kembali dengan bekas bosnya di Salomon Brothers, John Gutfreund, yang disebutkan dalam Liar’s Poker , dan tentu saja mereka mendiskusikan tentang apa yang menjadi penyebab dari krisis yang sudah terjadi itu. Namun sejatinya krisis bukan dimulai pada saat awal 2000. Pada awal 80′ Gutfreund melakukan terobosan mengubah Salomon Brothers dari private partnership menjadi public corporate yang pertama, ini mengakibatkan mereka mentransfer resiko finansialnya ke para share-holders, dan juga tentu saja pada masa itu merupakan tonggak kelahiran program Mortgage Derivatives atau yang selanjutnya dikenal sebagai Mortgage Bonds. “Derivative are like guns, the problem isn’t the tools but it’s who’s using that tools.”

Setelah keluar dari Salomon Brothers, John Gutfreund mengisi beberapa panel diskusi di business school dan dia menyarankan para pelajar mencari hal penting lainnya daripada bekerja di Wall Street, dan pada saat dia diminta menjelaskan karirnya, dia menangis.

Keputusan Gutfreund mengubah partnership menjadi corporate adalah inti permasalahannya, “When things go wrong it’s their problem” Ketika investment bank di Wall Street hancur maka semua resikonya menjadi milik pemerintah, dan tentu saja dana bail-out diambil dari anggaran negara. Pada akhir 2008 pemerintah menyuntikkan 700 milyar dollar ke investment bank di Wall Street, namun ternyata jumlah itu masih belum cukup untuk menstimulus pasar, hingga pada awal 2009 jumlah yang telah diberikan untuk bail-out sudah lebih dari triliunan dollar dan semua itu dibebankan kepada tax payers.

Dan bagaimana dengan para sekelompok kecil yang melakukan aksi short selling pada saat krisis terjadi ? Tentu saja mereka berhasil meraup keuntungan ditengah kehancuran finansial tersebut, dan Michael Burry yang akhirnya berhasil membuktikan teorinya bahwa krisis akan terjadi, mencetak keuntungan dari 100 juta dollar menjadi lebih dari 700juta dollar, dan Scion Capital mencetak return sebesar 400%, namun pada 2008 hasil tersebut dilikuidasi hingga menyebabkan Burry tidak dapat meraup keuntungannya, namun setidaknya dia telah berhasil membuktikan teorinya. Michael Burry saat ini masih berkerja pada Scion Capital, tetapi ia membatasi diri hanya berinvestasi atas dana pribadinya saja, dan tidak mencari investor lainnya.

Charlie Ledley dan koleganya akhirnya berhasil mencetak profit dari taruhannya sebesar 30 juta dollar menjadi 135 juta dollar, namun mereka tidak pernah merayakan keberhasilannya, fakta-fakta yang mereka temukan di Wall Street telah menyurutkan minat mereka, “I think there’s something fundamentally scary about our democracy.” kemudian mereka menyusun rencana untuk membalas dendam kepada rating agency yang telah menipu dengan mengacaukan standar mortgage obligasi, hingga mereka membentuk non-for-profit legal entity yang bertujuan hanya untuk menuntut rating agency ; Moody’s dan S&P, yang telah menyebabkan kerugian bagi para investor. “Our plan was to go around to investors and say ; You guys don’t know how badly you got fucked, you should really sue.”

Apa yang bisa kita lakukan

Mortgage Crisis telah membuktikan bahwa sistem kapitalisme tidak berhasil memberikan kesejahteraan pada seluruh orang yang terlibat didalamnya, pasti selalu ada pihak yang mengambil keuntungan diatas kerugian pihak yang lain, dalam hal ini Wall Street telah meraup keuntungan besar bukan hanya dari para peminjam kredit rumah namun juga dari pemerintah dengan dana talangan bail-outnya.

Naif sekali kalau berpikir hal yang sama tidak akan terjadi disini, tapi saya tidak bisa membuat prediksi tentang hal tersebut, saya bukan analis pasar, bukan investor juga, apalagi trader, saya hanya suka mengamati keanehan yang terjadi di dalam sistem ini, dan saya hanya bisa berkesimpulan bahwa krisis tersebut terjadi akibat pinjaman untuk kebutuhan konsumtif yang berlebihan.

Dan tren itu pun sudah jelas terjadi disini, coba bayangkan kenapa belakangan ini kita tiap hari dibombardir oleh telefon dari CS kartu kredit ? Atau kenapa banyak sekali yang menawarkan pinjaman untuk kebutuhan konsumtif tanpa agunan ? Perhatikan Bank-bank mana saja yang getol melakukan ini maka polanya akan tampak jelas : Pihak asing telah melakukan penetrasi didalam sistem perbankan kita untuk meraup keuntungan yang besar dari semua ini, dan jika suatu hal terjadi, pemerintah akan menalanginya dengan dana bail-out yang dibiayai oleh anggaran negara.

Hindari pinjaman untuk kebutuhan konsumtif, mulai pola hidup sederhana, kalau tidak bisa beli mobil ya naik angkot saja, kalau tidak mampu beli rumah ya sewa atau ngekos saja, kalau tidak mampu beli smart phone mungkin anda memang sebetulnya tidak memerlukannya, jadi kenapa harus mengambil pinjaman jika sebetulnya kita tidak memerlukannya ?

Kembali ke The Big Short, jujur novel ini far beyond my expectation, dan kemarin saya membaca salah satu reviewnya di sebuah blog yang menyebutkan kalau novel ini lebih baik dibandingkan dengan Larsson’s Millennium Trilogy, bagi saya novel ini sungguh berbeda dibandingkan dengan Liar’s Poker, dimana saya sangat menikmati lelucon kasar dan satirnya, namun di The Big Short, saya seperti mengalami sesak nafas dan sempat ngeblank dan black-out beberapa kali setiap kali membaca fakta-fakta mengerikan yang ada di dalamnya. Tidak berlebihan kalau novel ini dikategorikan sebagai novel non-fiksi finansial thriller. Dan Michael Lewis seperti mengejek buku-buku finansial lainnya yang tebal dan bertele-tele, karena The Big Short mampu memaparkan nuansa kelam di masa krisis finansial kurang dari 300 halaman ! Novel ini semakin mengukuhkan kemampuan Michael Lewis sebagai seorang narator ulung.

Susan Devy, pegiat sosial-ekonomi dan budaya, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB). Tinggal di Jakarta. 

Sumber :

http://www.scioncapital.com/

http://www.valuewalk.com/micheal-burry-page/

http://en.wikipedia.org/wiki/Subprime_mortgage_crisis

http://www.goodreads.com/book/show/6463967-the-big-short

http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/03/12/AR2010031202291.html

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com