Yang menarik dari beberapa side-event yang saiya pantau dari G20 adalah pidato Klaus Schwab pendiri sekaligus chairman seumur hidup World Economic Forum.
Ia berkata bahwa trend politik dunia hari ini menunjuk ke arah dunia dengan banyak kutub (multipolar world). Lebih tepatnya globalisasi terbukti gagal memberikan solusi bagi dunia yang lebih damai, aman dan ramah. Yang terjadi adalah bermunculan blok-blok baru politik dan ekonomi seperti BRICS, G20, G7 dll., Ia menyebut bloksisasi menggeser globalisasi.
Ini tentu menarik tetapi sekaligus tidak mengherankan. Klaus Schwab orang yang sama yang memperkenalkan globalisasi 30 tahun lalu 20 tahun setelah WEF didirikan. WEF sendiri berdiri untuk mendukung Klub yang didirikan PBB seperti GATT yang bertujuan menciptakan kebijakan unipolar dalam perdagangan.
Yang menarik adalah bagaimana ia tidak hendak menolak BRICKS yang digagas Cina, Rusia, India, Brazil dan Afrika Selatan kini menjadi blok politik dan ekonomi paling aktif sejak OECD.
Yang mengherankan adalah apakah pidato Klaus ini sekedar ingin menyelamatkan satu-satunya agenda Globalisasi dari WEF yang masih mungkin dipegang AS dan Eropa; yaitu isu pembangunan berkelanjutan dengan isu lingkungan hidup. Ia ingin terus mendorong proyek ini dalam G20. Tema yang tidak menarik bagi BRICKS karena mereka menolak penggunaan standard barat dalam teknologi ini.
Sejak 30 tahun lalu banyak spanduk atau judul makalah dan skripsi mahasiswa Indonesia yang membawa-bawa istilah; …. dalam rangka globalisasi, dalam kancah globalisasi, atau menyambut era globalisasi. Apa sekarang setelah terbukti globalisasi tidak menghasilkan apapun dan orang mulai rasional untuk mencari mana mitra yang mau diajak dan mengajak senang bersama maka apakah seminar atau judul skripsi mahasiswa kita akan berjudul; Mempersiapkan UMKM dalam rangka bloksisasi, Peningkatan Pariwisata dalam kompetisi blok.
Andi Hakim, Peminat Masalah Internasional
