Tidak Ada Genosida di Xinjiang China

Bagikan artikel ini

Para pakar dari Inggris, Pakistan dan China sepakat tidak ada genosida terhadap mayoritas warga Muslim di Xinjiang, salah sebuah provinsi yang terletak di Barat Laut China.

Berbicara melalui Webinar yang diselenggaraka oleh The Islamabad Institute of Conflict Resolution, sebuah think-thank yang berbasis di Islamabad Pakistan, yang bekerjasama dengan the  NGO Network for International Exchanges (CNIE), pakar Inggris Carlos Martinez mengatakan bahwa penduduk Uighur antara 2010-2018 telah meningkat dari 10,2 juta menjadi 12,7 juta penduduk. Berarti meningkat 25 persen.

Baca: Peace, Development make way to Xinjiang. Experts reject US Allegations 0f genocide in Xinjiang China

Pada periode yang sama, suku Han yang ada di Xinjiang meningkat sebesar 2 persen. “Berarti kalau ada genosida di Xinjiang, mengapa tidak ada peningkatan jumlah pengungsian berskala massif keluar dari provinsi Xinjiang?,” begitu menurut Carlos Martinez.

Sebaliknya Carlos Martinez  menyingkap fakta bahwa invasi yang dilancarkan Amerika Serikat ke Irak dan Libya, telah melenyapkan banyak nyawa manusia dan memicu gelombang pengungsi yang besar di kedua negara tersebut. Bahkan masih tetap berlangsung hingga kini.

Inilah yang mengherankan pakar Inggris tersebut. Bagaimana mungkin China melancarkan genosida terhadap mayoritas warga Muslim di Xinjiang padahal tidak ada gelombang pengungsian besar-besaran di provinsi yang terletak di barat laut China tersebut.

Martinez yang sempat berkunjung ke China pada 2020 lalu sama sekali tidak menemukan indikasi adanya genosida di Xinjiang yang mayoritasnya warga Muslim tersebut. Sehingga tuduhan Washington ihwal adanya genosida yang dilancarkan pemerintah China, sama sekali tidak terbukti.

Pada bagian lain, Maria Zeb, salah seorang pemimpin muda dari Pakistan, yang juga pernah berkunjung ke Xinjiang, mengecam liputan media-media barat yang telah menyebarkan berita-berita bohong. Maria Zeb yang sempat meluangkan waktu bersama beberapa kalangan warga suku Uighur menulis:

“Beberapa media barat mewartakan bahwa beberapa masjid dihancurkan pihak aparat keamanan China, beberapa aktivis suku Uighur dipenjara, dan budaya lokal Uighur dimusnahkan. Semua itu hanya propaganda.” Begitu keterangan Maria Zeb yang merekam pendapat beberapa sumber Uighur yang juga mengecam propaganda dan berita bohong yang disebarkan media-media barat.

Saat ini ada 25 ribu masjid yang dikelola warga muslim lokal Xinjiang, sementara pemerintah China mendonasikan anggarannya untuk proyek renovasi maupun untuk pengadaan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.

Pemerintah China juga membangun pusat-pusat pendidikan untuk warga muslim Xinjiang untuk melatih dan mendidik mereka agar bisa mengelola bisnis sesuai kebutuhan warga masyarakat muslim Xinjiang itu sendiri.

Sebalikya,  Zamir Assadi  seorang wartawan Pakistan, mengungkapkan bahwa Pakistan justru telaha kehilangan nyawa warganya berjumlah 80 ribu orang, dan menderita kerugian ekonomi sebesar 150 miliar dolar AS, akibat ikut terlibat dalam membantu invasi militer AS ke Afghanistan dengan dalih  War on Terror untuk menumpas Osama bin Laden dan Al-Qaeda. Namun menurut Zamir Assadi, media barat sama sekali tidak menghargai pengorbanan Pakistan, malah mengkambinghitamkan Pakistan atas kegagalan operasi militer AS di Afghanistan.

Lebih jauh lagi bahwa Zamir Assadi memandang bahwa setelah menerapkan agendanya di Irak dan Libya, sekarang AS menggunkan isu genosida terhadap warga muslim Xinjiang untuk mengganggu kemajuan ekonomi China.

Begitu pula  Hugh Goodacre, seorang guru besar Inggris yang tinggal di London, mengecam propaganda AS terhadap China. Adapun Xu Lvping, mantan pejabat tinggi pemerintahan China, dalam briefingnya pada  the peace and development in Xinjiang, menandaskan bahwa fabrikasi pemberitaan dan penyebara berita bohong yang dilancarkan media-media barat, ditujukan untuk tujuan-tujuan jahat. Yaitu mendeskriditkan Partai Komunis China dan pemerintah China. Namun propanganda semacam itu berhasil ditepis oleh berbagai kalangan masyarakat internasional.

Standar hidup, kesehatan dan pendidikan warga Muslim Xinjiang sudah semakin maju dan meningkat. Bahkan Xinjiang sudah berhasil terbebas dari terorisme dalam empat tahun terakhir. Hak warga untuk menganut kepercayaan agama, budaya dan bahasa, dijamin dan dilindungi oleh hukum. Demikian penuturan Xu Lvping.

Kerjasama China-Pakistan berdasarkan skema China-Pakistani Economic Corridor  berupa pembangunan jaringan jalan, rel kereta api, dan jalur pipa gas, bertujuan untuk membangun konektifitas geografis yang menghubungkan Xinjiang yang terletak di barat laut China dengan pelabuhan Gwadar. Konektiftas geografis yang dibangun sangatlah strategis karena memberi akses kemudahan bagi China ke Afrika dan Timur-Tengah, sementara Xinjiang bakal menjadi pusat penghubung bisnis sementara Pakistan akan memperoleh pendapatan miliaran dolar dan mendorong kegiatan ekonomi sepanjang jaringan jalan raya yang terinspirasi untuk menghidupkan kembali legenda Jalur Sutra maritime pada masa silam.

Intinya, para pakar yang ikutserta dalam webinar tersebut sepakat bahwa justru AS lah yang telah melancarkan genosida terhadap warga sipil di Irak, Afghanistan, Libya, dan Suriah.

Propaganda dan berita bohong yang dilancarkan AS lewat media-media barat, sejatinya ditujukan untuk melancarkan aksi destabilisasi terhadap mayoritas warga Muslim di China.

Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute.

 

 

 

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com