Semua sudah barang tentu ada hitungannya. Ada idealisme dan ada tujuannya. Tetapi mengapa ada isu ‘Brexit’, ya pasti ada sebabnya; orang inggris raya juga pasti punya alasan dan nalar.
Gagasan perekatan bangsa bangsa / negara Eropa memang impian dan proses yang panjang dan berkembang. Tetapi ketika proses tiba di Maastricht pada dekade 1990-an dan berujung pada pembentukan Uni Eropa, seorang teman dari Inggris berkeluh-kesah bahwa banyak orang Inggris yang sebenarnya tidak yakin apakah langkah tersebut tepat, baik, dan menguntungkan bagi Inggris.
Saya tidak heran mendengar keluh-kesah dan gerutuan semacam itu. Namun ada satu soal yang membuat saya juga tercenung.. Harus diakui, ide UNI Eropa sedari awal sesungguhnya bukan ‘aspirasi’ rakyat negara-negara yang kini jadi anggota Uni Eropa tersebut.
Dalam istilah kontemporer, bukan sesuatu yang ‘bottom up’. Uni Eropa, dalam jejaknya, adalah hasil olah pikir para scholars atau kaum ilmuwan Eropa. Ada kesan seolah semua bisa diwujudkan melalui rekayasa pikir.
Kadang ada juga kesan kecongkakan akademik, walau harus diakui, teori teori tentang negara, kedaulatan, demokrasi dan pemerintahan awalnya memang lahir di benua itu. Walau prosesnya berjalan ‘top down’, nyatanya dari satu negara ke negara berikutnya, referendum menyetujui terbentuknya Uni Eropa tersebut.
Ada Komisi Eropa, Ada Parlemen Eropa, ada pula Mahkamahnya. Meski kelengkapan perangkat sudah memadai, namun tampaknya ada yang masih harus di rem. Alasannya, menjaga kesiapan psikologis. Tidak diperpanjangnya wacana dan penyebutan Uni Eropa sebagai SATU Entitas politik, (walau semua itu kelanjutan tahapan setelah merasa berhasil sebagai satu masyarakat ekonomi ! ).
Jadi ‘brexit’ atau tidak, jelaslah bukan urusan kita. Tetapi ada satu pelajaran penting yang kita petik. Terutama di Indonesia. Dalam soal ASEAN, yang kini sudah punya MEA (Masyrakat Ekonomi ASEAN) Namun hendaknya diingat : Uni Eropa sebelum jadi UNI, tahapannya juga sekedar ‘masyarakat ekonomi Eropa dan Pasaran Bersama Eropa.
Tidak usah kita bermain-main dengan ide UNI ASEAN yang berujung konotasi politik. Tidak usah ikut ikut! Mengapa? Sudah lama juga terdengar kekaguman di antara tokoh di Asean dan di INDONESIA bahwa Uni Eropa adalah bentuk ide paling ideal dan kreasi yang mengagumkan.
Gejolak di Inggris betapapun telah mengingatkan kita semua, bahwa yang namanya bangsa dan kedaulatan, walau dibilang konsep yang abstrak, kenyataannya juga mewujud lewat yang namanya nasionalisme. Nasionalisme itu ada, dan pemaksaannya untuk tunduk dan men-subordinasikannya pada ide /entitas baru yang diderajatkan lebih tinggi, bukanlah sesuatu yang pantas di-ekperimenkan.. Langkah itu tidak sederhana. Selain itu, ada yang menilai hal itu bagai menekuk ‘kodrat’.
Baik kita simak dan kita tarik sari nya sebagai pelajaran…
Facebook Comments