Waspadai Pembusukan Dari Lingkar Dalam Gerindra

Bagikan artikel ini
Menarik sekali hasil Kongres Luar Biasa Gerindra tahun 2025 di Jakarta. Cukup menggelitik lagi sarat makna. Ya. Selain terjadi perubahan mendadak dari semula Rapimnas menjadi Kongres Luar Biasa (KLB) Gerindra ke-7 di Hambalang, Jabar (13/02/25), juga dalam KLB tersebut melahirkan 5 (lima) keputusan, dimana dua keputusan di antaranya cukup menggelitik, yakni:
1. Memilih kembali Prabowo Subianto (PS) sebagai Ketua Umum Gerindra sekaligus menetapkan PS sebagai Dewan Pembina pada 2025-2030;
2. Meminta PS menjadi calon presiden dari Gerindra pada pemilihan presiden 2029.
Dimana sarat maknanya?
Perubahan mendadak dari Rapimnas menjadi KLB menimbulkan pertanyaan publik, apa yang sesungguhnya terjadi dalam KLB tersebut?
Secara kronologis, bahwa kerja Presiden RI ke-8 baru selesai Program 100 hari, sedang keberhasilannya masih debatable, namun wacana untuk periode kedua kepemimpinan (2029-2034) digelorakan. Orang Jawa bilang, “Nggege mongso”. Mendahului kehendak. Nasehat kekuasaan berkata, seyogianya tuntaskan dulu janji kampanye dan program-program strategis hingga mendekat di 2029-an. Rakyat selaku stakeholders akan menilai. Apakah berhasil, setengah berhasil, atau gagal? Begitulah lazimnya. Selanjutnya, PS baru mendeklarasikan diri untuk periode kedua (2029-2034).
Politik praktis bukankah yang tersurat melainkan apa yang tersirat, kata Pepe Escobar, wartawan senior AsiaTimes (2006). Dan di dunia intelijen pun berkembang semacam dogma tua, yaitu; 1) apa yang terlihat bukanlah seperti itu; 2) apa yang tak terlihat bukan berarti tidak ada.
Nah, jika melihat dinamika KLB Gerindra ke-7 di Hambalang kemarin, seyogianya PS harus mengambil sikap dan waspada atas isu-isu yang melingkarinya, misal:
1. PS jangan terlalu percaya dengan dukungan-dukungan politik untuk pencalonan dirinya pada 2029 nanti. Mengapa? Gak ilok. Selain masih jauh, juga kerja dan program belum usai;
2. Prabowo harus hati-hati dengan inner circle di sekelilingnya. Jangan-jangan itu hanya trik menjerumuskan Prabowo, kenapa? Sebab, dinamika politik 2024 – 2029 nantinya justru berkutat pada copras-capres 2029-2034 yang akan menimbulkan kegaduhan, sedang program ketahanan pangan dan energi harus dirasakan oleh rakyat;
3. Seyogianya, PS bekerja dahulu hingga di ujung periode pertamanya, baru kemudian ia mendeklarasikan diri untuk periode berikut.
Demikianlah adanya, demikian sebaiknya.
M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik Global Future Institute (GFI)
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com