Ancaman Kontemporer Indonesia

Bagikan artikel ini

Pertanyaan timbul, “Apakah ide, isu dan pola pikir tadi muncul ke publik akibat/konsekuensi globalisasi, atau memang terencana secara sistematis?”

Singkat kata, apapun skema yang dikehendaki kaum/negara kolonial di Indonesia tentang bentuk lain (negara) selain nation state, pintu masuk (agenda)-nya ialah konflik, baik itu vertikal maupun konflik horizontal. Mengapa? Karena melalui konflik ini, akan timbul isu dan stigma pada negara yang tengah berkonflik bahwa telah terjadi pelanggaran HAM misalnya, atau intoleransi, tirani mayoritas, dan lainnya. Gilirannya, bakal terbit Resolusi PBB, maka tinggal pilih, apabila Resolusi tersebut turun ke NATO akan berujung bombardier pada negara dimaksud seperti Libya, dan lain-lain namun jika Resolusi turun ke baret biru (peace keeper) niscaya bermuara pada jajak pendapat/referendum sebagaimana Timor Timur dahulu, atau di Sudan, dan sebagainya. Inilah pola (kolonialisme) berulang.

Jika hal itu terjadi di Bumi Pertiwi, maka Indonesia akan terbagi-bagi —entah negara suku, negara agama, atau negara kepentingan, dan seterusnya— sebagaimana isu akademis yang sudah ditebar. Inilah yang dikhawatirkan. Indonesia akan terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil (Polenesia) seperti negara pulau di Lautan Pasifik.

Dan tak bisa dipungkiri, bahwa di negeri kita, bahan-bahan konflik itu sangat berserak sebab faktor kebhinnekaan yang relatif lestari. Aksi 411 di Jakarta kemarin, hampir menuai rusuh massa di ujung acara. Tapi karena kesigapan aparat dan manajemen unjuk rasa yang solid, massa tidak terpancing emosi.

Maka kiranya, segenap anak bangsa yang akan menggelar aksi, baik Parade Bhinneka Tunggal Ika maupun aksi lanjutan 411 nantinya agar tetap santun, jaga ketertiban, saling awas dan waspada pengamanan diri. Jaga diri masing-masing agar tak terprovokasi. Topik agar tidak bergeser ke arah politik praktis, tetapi tetap dalam koridor: “Kawal fatwa MUI, tegakkan hukum, rawat kebhinnekaan, dan lain-lain.” Kenapa? Karena jika topik mengarah pada politik praktis, maka hal ini akan mudah ditunggangi oleh aktor politik, ataupun kepentingan asing yang menginginkan terjadi chaos. Hindari orator yang membakar-bakar massa, atau berkata-kata tidak senonoh, karena justru itulah yang diharapkan oleh kelompok kepentingan baik dari internal maupun eksternal agar massa chaos.

Ya. Bahwa isu negara etnik, negara agama, corporate state telah disebar di Bumi Pertiwi, artinya “mereka” hanya menunggu Agenda/Tema yaitu konflik yang meluas!

Semoga Tuhan melindungi bangsa ini..

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com