Komentar pembaca atas artikel M. Arief Pranoto berjudul Membaca Penembakan di New Zealand dari Perspektif Geopolitik (2)
Menurut hemat saya, dalam kasus pembantaian di mesjid di Selandia Baru membuktikan “Messiah complex” masih ada pada umat gereja fanatik yang merasa sebagai umat yang dipilih tuhan.
Kecenderungan Messiah complex adalah menjelekkan musuh dan memperlakukan tantangan pada keunggulannya sebagai pertempuran antara yang baik dan yang jahat berdasar fanatisme agama.
Dalam konteks yang demikian maka tak heran model model radikalisme agama seperti Ku Klux Klan atau sejenisnya muncul bila merasa terganggu adanya ras lain yang mengganggu supremasi ras tertentu (baca : kulit puitih)
Dengan masuknya pengaruh ras lain bersamaan dengan pembangunan yang disponsori Cina ke Australia dan Selandia Baru sekaligus membawa paham yang berbeda maka ancaman ini dianggap nyata.
Keresahan Gereja yang mendominasi Australia dan New Zaeland muncul dan makin meningkat dengan adanya “serangan ” diplomasi Tiongkok yang ada di negaranya khususnya dalam BRI (Belt Road Initiative).
Tumpukan kekesalan ini dialamatkan kepada mesjid – simbol muslim sebagai sasaran empuk karena disinilah berkumpulnya ras lain, tetapi juga mewakili tusukan kepada Cina karena di bagian lain dunia Cina juga membantu berlangsungnya kekerasan seperti Taliban di Afghanistan dengan perusahaan pasokan senjata dan keperluan lainnya dan sekarang Cina juga mulai masuk Suriah.
Infiltrasi Cina di Australia dan Selandia Baru memang menimbulkan pertentangan baru (perang asimetris ) di masyarakat dan kalangan pemerintahan di kedua negara tersebut karena kebijakan OBOR Cina sendiri yang gagal mengeliminir keresahan budaya dan sentimen setempat.
Dampaknya di setiap jalur OBOR selalu menimbulkan potensi terorisme dan kriminalitas akibat kecemburuan yang dipicu oleh kepentingan sumber sumber ekonomi.
Bagaimana dengan Selandia Baru itu sendiri? Selandia Baru merupakan pemangku kepentingan utama yang bertanggung jawab untuk urusan luar negeri dari wilayah pemungutan suara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Negara kecil di Kepulauan Cook, Niue dan Tokelau; dan tanah subur untuk produksi pangan.
Dan berdasar temuan Profesor Universitas Canterbury, Anne Marie Brady ,telah ditemukan peternakan tempat uji coba rudal Cina. Akibatnya kediaman Anne Marie Brady diobrak abrik oleh intel Cina. Artinya merupakan tempat ideal untuk memperkuat kekuatan militernya di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang bersambung juga pengaruh Cina di Melanesian Spearhead Group.
Yang pada gilirannya juga nanti pengaruh Cina di LCS dan MSG mau caplok Papua dengan memberdayakan OPM. Nah disini kewaspadaan pergerakan Cina di Timur Indonesia yang perlu diwaspadai dan diberikan perhatian penuh oleh Pemerintah Indonesia.
Adi YS, pemerhati masalah-masalah internasional. Tinggal di Tasikmalaya, Jawa Barat