Apakah Ekspor Senjata Mampu Pulihkan Kondisi Ekonomi Perancis?

Bagikan artikel ini

India dan Perancis melakukan perundingan terkait penjualan 126 jet tempur dan rudal darat ke udara. Menurut keterangan petinggi Departemen Pertahanan India, di pertemuan yang digelar hari Jumat (26/7) Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian dan sejawatnya dari India, A. K. Antony selain membicarakan kontrak penjualan pesawat tempur dan rudal juga mengkaji peluang untuk meningkatkan hubungan bilateral.

 

Perusahaan pesawat Perancis tahun lalu berhasil mengalahkan lima rival Eropa dan Amerikanya dan berhasil meneken kontrak senilai 5 miliar dolar untuk penjualan rudal dari darat ke udara kepada India. Sepertinya India dan Perancis juga berhasil mencapai kesepakatan terkait syarat pembelian pesawat khususnya soal perakitan di India dan transfer teknologinya kepada New Delhi.

Rencananya 18 unit pesawat diproduksi di Perancis dan 108 lainnya bakal dirakit di India melalui perusahaan penerbangan India (HDL). Berdasarkan berita yang beredar, suku cadang pesawat tempur Rafale diproduksi di Perancis kemudian dikirim ke perusahaan perakitan di Bangalore, India. Dengan demikian India mampu menekan harga pembelian hingga separuh dengan memproduksinya di dalam negeri.

Meski Perancis yang sampai saat ini belum juga berhasil menjual pesawat Rafale, namun demikian kontrak tersebut terhitung keberhasilan bagi Paris. Namun meski demikian, Perancis masih dalam urutan akhir dari rival Baratnya dalam penjualan senjata di pasar dunia. Menurut keterangan Departemen Pertahanan Perancis, negara ini di tahun 2012 mengalami defisit penjualan senjata hingga 26 persen.

Departemen Pertahanan Perancis menyebut dalih penurunan sebesar 26 persen dalam ekspor senjata di tahun 2012 adalah maraknya pemain baru di pasar senjata internasional. Kawasan Asia Pasifik merupakan pasar besar bagi ekspor senjata Perancis. Kawasan ini menempati 52 persen dari totap penjualan senjata Paris di tahun 2012. India yang memesan senjata dari Perancis senilai 1,2 miliar euro menjadi mitra pertama perdagangan senjata Paris.

Jean-Yves Le Drian sebelum melawat India terlebih dahulu mengunjungi Uni Emirat Arab guna melakukan perundingan dengan petinggi Abu Dhabi soal penjualan pesawat tempur Rafale serta bersaing dengan Inggris. Penjualan jet tempur ke Uni Emirat Arab bagi Perancis sangat penting, karena penjualan Rafale ke Emirat, akan membatu bagi Paris untuk meyakinkan Qatar dan Kuwait membeli jet tempur ini.

Namun berbagai laporan menunjukkan bahwa Perancis dalam hal ini akhirnya harus menyerah kepada Inggris. Hal ini tentu saja sangat memukul pemerintah Paris dan industri pesawat di negara ini. Di sisi lain, jika India membeli 126 jet tempur Rafale, kontrak ini pun tidak begitu berdampak bagi lapangan kerja di Perancis. Pasalnya hanya sekitar 18 pesawat yang diproduksi di Perancis, dan sisanya yang lebih dari 100 unit diproduksi di dalam negeri India.

Sementara itu, Koran Le Point melaporkan dampak negatif dari pemangkasan anggaran Departemen Pertahanan Perancis bagi kontrak pembelian helikopter, kapal perang, kapal selam nuklir dan pesawat transport. Kini mengingat krisis ekonomi yang mendera Perancis, meski pemerintahan Francois Hollande berusaha memulihkan perekonomian negara ini dengan menggenjot berbagai ekspor, khususnya ekspor senjata, namun sepertinya pendapatan Paris dari sektor penjualan senjata di tahun 2013-2014 menurun bila dibanding dengan tahun sebelumnya.

Sumber :indonesian.irib.ir

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com