AS Memainkan Isu Taiwan Untuk Bendung Pengaruh Cina, Berpotensi Ciptakan Militerisasi di Asia Pasifik

Bagikan artikel ini

Konfrontasi Amerika Serikat versus Cina di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara pada khususnya, diperkirakan akan semakin menajam dengan masalah Taiwan sebagai pemantik atau triggering factor. Pihak AS dalam upayanya membendung pengaruh militer Cina di Asia Pasifik yang kian menguat, telah menjual Sistem Rudal Patriot MIM-104F (PAC-3) kepada Taiwan.

Meskipun Sistem Rudal Patriot MIM-104F (PAC-3) tersebut gagal melumpuhkan target di udara dalam uji coba yang dilakukan saat latihan militer pada 15 Agustus 2023, lantaran misil interseptornya meledak lebih dulu sebelum mencapai target, namun fakta ini mengindikasikan bahwa AS telah memberikan bantuan dan dukungan maksimum kepada Taiwan untuk menghadapi kekuatan militer Cina daratan.

Sistem Rudal Patriot yang Dibeli dari AS Gagal Lumpuhkan Target, Taiwan Bingung

Betapa tidak. Mencuatnya insiden kegagalan Rudal Patriot MIM-104F (PAC-3) buatan AS dalam latihan militer di Taiwan pada 15 Agustus 2023 tersebut, mengisyaratkan bahwa AS telah membantu pengadaan peralatan-peralatan militer strategis kepada Taiwan untuk menghadapi Cina.

Apalagi dalam berita yang dilansir Hindustan Times 17 Agustus 2023, keputusan Taiwan untuk membeli berbagai sistem rudal merupakan reaksi terhadap apa yang mereka pandang sebagai meningkatnya intimidasi militer Cina.

Terlepas fakta adanya insiden kegagalan Sistem Patriot buatan AS dalam latihan militer di Taiwan, rudal kedua kabarnya berhasil menetralisir target yang ditentukan dalam uji coba kali berikutnya. Sehingga mengindikasikan suatu keadaan yang cukup mengkhawatirkan di kawasan Asia Pasifik, utamanya di wilayah Laut Cina Selatan.

Sepertinya ada indikasi kuat jika AS secara sengaja dan provokatif memancing meningkatnya eskalasi kekuatan militer di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara,dengan menjadikan Taiwan sebagai Proxy Agent AS untuk memprovokasi tentara Cina meningkatkan pengerahan pasukan militernya di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Rudal AS meledak prematur saat uji coba di Taiwan. (AFP)

Provokasi AS semakin nyata ketika AS merancang skenario “persinggahan” bagi Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-Te. Bagi Cina, yang sejak 1949 hingga kini memandang Taiwan tetap sebagai bagian integral dari wilayah kedaulatan Republik Rakyat Cina, tentu saja keputusan tersebut dipandang sebagai aksi provokasi atau memancing kemarahan Cina. Dalam perspektif Cina, menerima kunjungan Wakil Presiden Tiawan ke wilayah AS, hal itu sama saja pemerintah AS mengakui dan mendukung eksistensi para pemimpim gerakan separatis kemerdekaan Taiwan untuk melepaskan diri dari Republik Rakyat Cina.

Keputusan AS untuk semakin frontal mendukung eksistensi Taiwan termasuk menerima persinggahan Wakil Presiden Taiwan ke wilayah AS, dengan tak ayal sangat berpotensi untuk menciptakan instabilitas politik dan keamanan di Asia Pasifik. Bahkan bukan tidak mungkin akan semakin meningkatkan militerisasi di Asia Pasifik. Sebab jika sudah menyangkut Taiwan, pemerintah Republik Rakyat Cina akan berupaya dengan segala daya dan upaya mempertaruhkan segalanya, untuk agar Taiwan kembali bergabung di bawah kedaulatan Cina.

Bagi Cina, Taiwan  adalah segala-galanya, termasuk soal martabat dan harga diri, sehingga bisa jadi akan menempuh menempuh skenario terburuk, melancarkan konfrontasi militer terbuka terhadap AS.

Hendrajit, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com