Akan tetapi, seiring waktu berjalan, berubahnya sifat dan karakter perang dari konvensional ke asimetris (nirmiliter) hampir-hampir melelapkan kita semua. “Seolah-olah tak akan ada perang.” Dalam konteks ini, tak sedikit negara yang lalai atau alpa. Termasuk Indonesia? Entahlah.
Turbulensi lingkungan strategis di satu sisi, terutama di era kolonialisme nirmiliter ini, jangan membuat kita lengah dan lalai sebagai bangsa bahwa seakan-akan “Belanda masih jauh,” sedang pada sisi lain, perang nirmiliter kerap bergerak tanpa bunyi peluru, senyap, tampak asyik-asyik saja namun tiba-tiba (setelah) kejadian —terjajah— baru menyadari. Banyak contoh kasus. Angola misalnya, atau Zimbabwe, (Tibet?), dll. Bukankah mereka terjajah tanpa hingar-bingar asap mesiu?
Oleh sebab itu, bela negara merupakan kewajiban bagi setiap warga/rakyat dalam rangka mempertahan kedaulatan negara guna menghadapi turbulensi ancaman kolonialisme yang kini berproses secara senyap!
Sabtu, 14/1/2017, MAP