Tim Riset Global Future Institute (GFI)
Hegemoni AS di bidang teknologi militer dan teknologi komunikasi dalam waktu dekat agaknya akan berakhir. Cina yang mulai bangkit sebagai kekuatan baru dalam bidang IPTEK, mulai berani membuat aturan mainnya sendiri. Yang tentunya menguntungkan kepentingan nasionalnya sendiri. Pelajaran berharga buat Indonesia.
Sejak Deng Xioping berkuasa pada akhir 1970-an, pemimpin penerus era Mao Zhe Dong ini, mencanangkan 4 Program Modernisasi. Pertanian, Industri, IPTEK, dan Pertahanan. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, nampaknya sekarang sudah mulai kelihatan hasilnya.
Baru-baru ini South Deutsch Newspaper mewartakan bahwa belakangan ini Cina semakin mantap dalam bersaing dengan negara-negara maju di Eropa Barat. Sehingga dengan penuh percaya diri berjalan pada jalurnya sendiri.
Misal, beberapa waktu belakangan Perancis mengusulkan kerjasama rekayasa teknologi Phantom 2000 Jet Fighter untuk dibarter dengan teknologi Cina Quantum Computing Communication. Namun pemerintah Cina dengan tegas, menolak.
Begitu juga dengan Ukraina, negara eks Uni Soviet yang memisahkan diri dari Rusia, meminta izin Cina untuk menjual produknya yang bernama Surveilance Ship, namun lagi-lagi Cina dengan mantap menolak mentah-mentah permintaan Ukraina tersebut.
Bahkan Inggris, negara yang pernah jadi negara adikuasa sebelum Perang Dunia Pertama, juga sempat menawarkan kerjasama kepada Cina dalam pembuatan mesin pesawat Jumbo Jet dengan memanfaatkan standard Inggris. Juga, Cina menolak.
Bagaimana dengan Amerika? Sama saja. AS menawarkan pada Cina untuk menggunakan teknologi ruang angkasa Amerika, untuk digunakan pada stasiun ruang angkasa Cina yang sudah mendekati tahap penyelesaian. Inipun Cina menolak.
Ini tentu saja perkembangan yang cukup menarik dan perlu dicermati. Berarti, Cina tidak lagi memandang negara-negara Eropa Barat dan AS sebagai role model atau bahan rujukan dalam pengembangan di bidang teknologi. Cina tidak lagi mengikuti cara-cara yang ditempuh AS dan negara-negara Eropa Barat, yang tentu juga di bidang teknologi militer.
Dengan makna lain, Cina sudah memiliki rencana pengembangan teknologi militer sendiri, dan menempuh jalan dan jalurnya sendiri. Tentu saja buat negara-negara Blok Barat seperti AS dan Inggris, hal ini di luar perhitungan sebelumnya.
Apple Corp, juga melihat dengan penuh kecemasan perkembangan Tencent dan Alibaba yang begitu pesat belakangan ini. Terutama di sektor Mobile Payment. Melihat perkembangan yang mengkhawatirkan ini, Apple lalu menekan Tencent dan Alibaba dengan bagi hasil 30 persen Appreciation Amount dari We Chat dan UC.
Kali ini Apple salah hitung. Kalau dulu-dulunya Cina patuh terhadap tekanan, kali Cina menolak. Tencent langsung memutus hubungan dengan Apple. Begitu juga Alibaba, memutuskan untuk menghentikan Appreciation IOS. Alhasil gara gara salah perhitungan ini, Apple menderita kerugian besar. Sahamnya jatuh sebesar 56,7 juta dolar AS dalam 5 hari.
Sepertinya kedigdayaan Cina di bidang teknologi ini, menyadarkan AS bahwa sekarang mereka tidak bisa mendikte negeri tirai bambu ini seperti dahulu kala di bidang teknologi tingkat tinggi atau High Tech.
Agaknya, di bidang teknologi komunikasi pun Cina semakin berjaya, dan dalam waktu dekat hegemoni AS akan segera berlalu. Setengah tahun lalu, Huawei memimpin dunia membuat standard internet 5G. Dalam waktu 7 tahun ke depan akan menanam investasi sebesar 1,2 triliun dolar AS untuk membawa Cina memasuki zaman 5G. Tentu saja media sosial Amerika berteriak selantang-lantangnya.
Begitupun, keberhasilan Cina dalam pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, sangat didukung oleh dana riset yang cukup besar. Bayangkan saja. Pada 2015 misalnya, untuk penelitian dan pengembangan ternyata 75 persen lebih besar daripada dana riset AS. Padahal pada 2000 lalu, dana riset Cina masih sekitar 12 persen daripada dana riset AS. Dengan perhitungan seperti itu, pada 2022 diperkirakan dana riset Cina akan melampaui AS.
Fenomena ini menggambarkan bahwa dana riset di AS, Prancis, Kanada, Australia dan Inggris, mengalami kemandegan. Sedangkan Cina maju pesat.