Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI), Hendrajit menuturkan untuk memperbaiki kondisi ekonomi bangsa yang sedang terpuruk saat ini, solusinya tidak cukup dengan cara ekonomi tetapi juga di kepemimpinan dan bagaimana menjabarkan, mendayagunakan sarana-sarana ekonomi itu ke dalam satu gerakan nasional.
“Ada beberapa orang yang mengatakan tidak fair jika menyalahkan pemimpin. Karena di Turki kena krisis, Rusia kena krisis, Cina juga, tapi kok tidak dimaki-maki kaya Jokowi,” jelas Hendrajit pada diskusi yang diselenggarakan oleh Partai Partai Rakyat Demokratik (PRD) di Hotel Acacia, Jakarta, Jumat (4/9/2015).
Lebih lanjut Hendrajit mengatakan, selain diperlukan adanya satu fundamental ekonomi yang kokoh, tapi yang paling penting adalah leadership dalam mengelola apa yang disebut gawat darurat dalam kondisi kritis.
“Putin di Rusia, Erdogan di Turki, Xi Jin Ping di Cina, itu sama-sama punya leadership capacity bahwa dalam mindsetnya kita sedang ngga normal, so tindakan-tindakan yang tidak biasa harus dilakukan untuk mengantisipasi keadaan,” ujarnya seperti yang dikutip laman berita empat, Jum’at.
Menurut mantan wartawan Tabloid DeTIK ini, yang menjadi problem sekarang ini adalah sejak pemerintahan Jokowi-JK berjalan tidak melalui rute yang benar. “Kalau rutenya benar, meskipun pelan-pelan, tapi sudah tahu kapan akan sampai,” ujarnya.
Tapi menurut Hendrajit, “Pemerintah Jokowi-JK dari sejak awal, mau ke Surabaya tapi transit dulu di Singapura, Hongkong, Jepang, malah Oktober manti mau ke Washington. Nah, ini yang kemudian pertanyaannya adalah arah kepemimpinan dan kebijakan strategis apa yang dibangun untuk mengatasi kondisi krisis global sekarang ini yang berimbas ke Indonesia.”
Inti persoalannya menurut Alumnus Universitas Nasional, Jakarta ini adalah kita banyak mengeluarkan uang, itupun bukan dari perolehan, tapi dari hutang. Dan hutangpun tidak membuat output produktifitas yang nyata. Produktivitas yang menjadi kebutuhan strategis masyarakat.
“Nah itu yang saya kira tergambar dalam situasi Yunani. Apakah Jokowi JK mampu, ini yang menjadi skeptisime saya. Karena yang terjadi, selain kendala-kendala sistem tidak memungkinkan, tapi yang ngga kalah krusialnya ini arah atau panduan leadership dari Jokowi-JK ini tidak ada,” pungkas Hendrajit.