Tim Global Future Institute
Pasangan capres-cawapres mulai tebar pesona. Berbagai jurus digunakan untuk mendulang dukungan di kantong-kantong basis massanya. Bahkan tak sedikit diantara pasangan capres dan cawapres melakukan perang opini.
Pasangan capres-cawapres mulai tebar pesona. Berbagai jurus digunakan untuk mendulang dukungan di kantong-kantong basis massanya. Bahkan tak sedikit diantara pasangan capres dan cawapres melakukan perang opini.
Sejak terdaftarnya ketiga kandidat pasangan capres dan cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU), para pasangan capres dan cawapres sudah melakukan serangkaian kegiatan. Ada yang datang pada forum diskusi maupun seminar. Sampai mendatangi para ulama untuk meminta restu. Budaya seperti mendatangi para ulama memang telah menjadi kebiasaan para calon pasangan capres dan cawapres pada di setiap pelaksanaan pemilu di negeri ini.
Simak saja, usai bersilaturahmi dengan pengurus DPD Partai Golkar Jawa Barat, Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla langsung meluncur ke Balai Pananjung untuk bersilaturahmi dengan Paguyuban Pasundan, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/5/2009). Hadir mendamping JK diantaranya isterinya, Mufida Kalla, Wiranto beserta isteri, Uga Wiranto, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Satu hari sebelumnya, JK – Wiranto melakukan pertemuan dengan ulama se-Jawa Tengah, kamis (21/5/2009). Pertemuan yang tertutup bagi wartawan ini berlangsung di lantai 3 Hotel Gumaya Tower, Jl Gadjah Mada, Semarang, Jawa Tengah.
Sementara itu, pasangan SBY-Boediono juga terlihat melakukan berbagai serangkaian kegiatan. Dari serangkain kegiatannya itu, pasangan SBY-Boediono mendapatkan dukungan dari tokoh politik wanita Indonesia, yakni Rahmawati Soekarnoputri, Meutia Hatta, Amalia Ahmad Yani dan Kartini Syahrir.
“Kita muncul berempat di bawah naungan paket SBY-Boediono,” kata Kartini Syahrir saat jumpa pers di Hotel Shangri La, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (21/5/2009).
Dukungan penuh diberikan kepada SBY-Boediono karena menurut Kartini, pasangan tersebut memiliki komitmen kuat bagi kemajuan perempuan di Indonesia. Khususnya, cara memberdayakan perempuan agar lebih sejahtera. Ini juga diamini Rahmawati Sokarnoputri, putri mantan Presiden Soekarno. Rahmawati mengatakan untuk mengatasi krisis global seharusnya pemerintahan SBY dapat berjalan dua periode.
Perang Opini diantara Pasangan Capres dan Cawapres
Isu neoliberal yang ditujukan kepada Boediono masih sangat kencang. Walaupun sebelumnya Boediono tetap menyangkal tuduhan tersebut. Tudingan terhadap Boediono sebagai penganut paham neoliberal direspons tim sukses SBY-Boediono.
Kubu pendukung SBY ini justru balik mempertanyakan kenapa yang didiskusikan neoliberalnya Boediono, bukan tentara yang menjadi pengusaha.
Hal ini ditegaskan oleh M Japa Hapsah, Tim Sukes SBY-Boediono dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (23/5/2009). “Kenapa yang didiskusikan neolib itu Boedio? Kenapa bukan tentara yang pengusaha?,” katanya.
Pernyataan Tim Sukses SBY-Boediono ini bisa ditebak kemana arah tujuannya. Berdasarkan tundingan itu, reaksi pun bermunculan. Sjuprianto Yuliayang juga tim sukses Megawati-Prabowo menjelaskan, bahwa Prabowo dalam mendapatkan kekayaan didapat bukan di negeri sendiri.
Menurutnya, Prabowo mewacanakan ekonomi kerakyatan didasarkan karena prihatin dengan sistem perkenomian nasional yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. “Beliau menggagas paham ekonomi kerakyatan karena melihat di Indonesia itu penerapannya paham neoliberal,” jelasnya.
Sementara itu perang opini antara Jusuf Kalla (JK) dengan Boediono terjadi. Pasalnya, dalam beberapa kesempatan, JK menuding Boediono sebagai penganut paham neoliberalisme. Selain itu, JK juga mengklaim Boediono di balik kegagalan pembangunan monorel.
Juru Bicara tim sukses SBY-Boediono, Rizal Mallarangeng, menepis tuduhan yang ditujukan kepada Boediono. Dirinya meminta agar JK tak merendahkan orang lain.
Agaknya hawa panas perang opini akan terus bergulir dan semakin santer menjelang pilpres 8 Juli mendatang. Kita lihat saja.