Menlu AS: Bantuan Militer AS ke Israel Akan Dikurangi

Bagikan artikel ini

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dalam suratnya kepada salah seorang senator negara itu mengatakan bahwa program pemangkasan anggaran yang akan direalisasikan bulan depan meliputi pengurangan bantuan militer Washington untuk Tel Aviv.

 

Surat kabar rezim Israel, Jerusalem Post seperti dikutip Fars News, Sabtu (16/2) melaporkan, John Kerry, Menlu AS memperingatkan, pemangkasan anggaran pemerintah Amerika akan direalisasikan mulai bulan Maret tahun ini, dan itu dapat berujung dengan pengurangan bantuan militer Washington untuk Israel.

Kerry menjelaskan, “Pemangkasan otomatis biaya-biaya yang rencananya akan dimulai bulan depan di Amerika berujung dengan pengurangan bantuan militer ke Israel, Yordania dan Mesir. Di masa-masa sulit seperti sekarang ini, komitmen kami untuk menjaga keamanan negara-negara itu akan berkurang.”

Dalam program pemangkasan bujet AS, anggaran Kementerian Luar Negeri dan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) akan berkurang 2,6 milyar dolar.

Kepada Barbara Mikulski, Ketua Komite Anggaran Senat, Kerry mengatakan, “Pemangkasan semacam ini akan menurunkan kemampuan kita untuk menjalankan operasi-operasi vital keamanan nasional, diplomasi dan pembangunan.”

Menurut Kerry, pemangkasan anggaran itu akan meliputi pengurangan 200 juta dolar bantuan kemanusiaan, pengurangan lebih dari 400 juta dolar anggaran kesehatan dunia melawan AIDS dan meninggalnya anak-anak, serta pengurangan lebih dari 500 juta bantuan keamanan.

Berdasarkan laporan tersebut, Amerika setiap tahunnya menyalurkan tiga milyar dolar bantuan militer ke Israel, di mana 74 persennya harus diambil dari kas negara.

Ditambahkannya, “Pemangkasan ini juga akan mempengaruhi dan menyebabkan pengurangan penjualan di industri Amerika dan menghapus sebagian besar lapangan kerja.”

Keseluruhan pengurangan bujet di Amerika mencapai 85 milyar dolar. Kerry mengumumkan bahwa pemangkasan anggaran akan membahayakan upaya Amerika dalam meningkatkan keamanan di struktur diplomatiknya. Pasalnya masalah ini menjadi semakin sensitif bagi Amerika pasca penyerangan kantor diplomatnya di Benghazi, Libya. (TGR/IRIB Indonesia)

 

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com