Latihan militer tahunan Amerika Serikat dan Thailand dimulai pada hari Senin (11/2) dengan melibatkan 13.000 pasukan di kawasan utara dan timur Thailand. Latihan yang disebut Cobra Gold ini telah diselenggarakan oleh kedua negara sejak tahun 1980.
Cobra Gold dimulai sebagai latihan bilateral AS-Thailand, tetapi diperluas lebih dari satu dekade lalu untuk melibatkan mitra regional lainnya guna memajukan tujuan bersama mereka dan komitmen keamanan di kawasan Asia-Pasifik.
Cobra Gold 2013, yang berlangsung sampai 21 Februari, menyatukan militer dari Amerika Serikat, Thailand, dan lima negara Asia lainnya termasuk, Jepang, Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dua puluh negara tambahan telah mengirim pengamat, termasuk Burma untuk pertama kalinya.
Panglima Komando Militer AS di Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel J. Locklear III pada upacara pembukaan latihan itu di kota Chiang Mai, mengatakan tujuan digelarnya latihan tahunan ini adalah untuk menunjukkan komitmen negara-negara peserta terhadap perdamaian dan stabilitas di Asia.
Dalam sambutannya, Laksamana Locklear mengatakan, “Hal ini penting untuk membangun koordinasi multinasional kami, interoperabilitas kami dengan semua mitra kami di wilayah ini dan untuk memungkinkan kita secara kolektif merespon krisis dan melindungi perdamaian dan kemakmuran seluruh rakyat kita.”
“Bekerja bersama-sama, kita akan menghadapi tantangan dan membangun masa depan yang cerah bagi kawasan dan dunia,” katanya.
Pergeseran fokus keamanan AS ke Asia Pasifik, pertama kali diumumkan oleh Presiden Barack Obama pada November 2011. Kini, AS melihat posisi negara-negara di Asia Pasifik makin strategis di tengah perubahan dinamika kekuatan global.
Menyusul pergeseran itu, AS sekarang menugaskan lebih dari setengah kekuatan angkatan lautnya untuk beroperasi di kawasan yang terdiri dari beragam negara, termasuk Indonesia. AS rencananya akan menempatkan 60 persen dari angkatan lautnya di wilayah Pasifik.
Paman Sam juga akan menugaskan sekitar 2500 marinirnya di utara Australia hingga tahun 2016. Semua langkah itu diyakini untuk memperkuat proses militerisasi AS di kawasan dan juga mempererat hubungan militer dengan negara-negara di Asia dan Pasifik.
Kebijakan Obama diyakini oleh banyak pihak untuk membendung pengaruh Cina di kawasan. Meskipun klaim AS bahwa latihan tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan dan perdamaian, namun strategi militer negara adidaya itu di Asia tidak bisa dilihat hanya dari perspektif keamanan dan perdamaian. Penyebaran pangkalan militer AS di berbagai wilayah dunia tentu saja bertentangan dengan upaya memperkuat perdamaian.
Beberapa pengamat mengatakan, tujuan AS melibatkan banyak negara Asia dalam latihan itu adalah untuk membatasi gerakan Cina dan memperkuat aliansi di kawasan strategis tersebut. Negara-negara Asia peserta latihan Cobra Gold dengan bermacam alasan juga melihat Cina sebagai sebuah ancaman.
Beberapa pakar startegi juga percaya bahwa AS ingin menegaskan penguatan posisinya di kawasan Asia dan bahkan bersedia memberikan bantuan militer dan finansial kepada sekutunya di wilayah tersebut. (TGR/IRIB Indonesia)