Igor Korotchenko, ketua bidang sosial Departemen Pertahanan Rusia menandaskan, konstelasi kekuatan di dunia telah rusak. Rusia akan berusaha memulihkan kostelasi tersebut dan oleh karena itu akan mempersenjatai diri dengan senjata canggih.
Dalam wawancaranya dengan Radio Voice of Russia, Korotchenko menambahkan, Rusia telah memprogram dirinya untuk mempersenjatai militer dan armada lautnya dengan senjata super canggih dan setiap tahunnya telah menganggarkan puluhan miliar dolar demi mensukseskan tujuannya ini.
Sementara itu, pengamat menilai statemen petinggi Rusia ini sebagai bukti dimulainya kembali era perlombaan senjata, bahkan nuklir antara dua kutub kekuatan besar dunia yakni Amerika Serikat dan Rusia.
Di akhir era perang dingin sepertinya dua kutub kekuatan besar dunia berniat mengurangi senjata dan peralatan militer mereka, namun berbagai langkah yang diambil dan pernyataan petinggi kedua pihak mengindikasikan bahwa tahun 2013 dapat menjadi awal dari perlombaan senjata khususnya senjata nuklir antara AS dan Rusia.
Amerika dan Rusia memiliki sekitar 90 persen senjata nuklir di dunia dan ketika Rusia berbicara mengenai konstelasi kekuatan di dunia sejatinya menunjukkan bahwa Moskow telah siap untuk berlomba dengan rival utamanya, Amerika Serikat.
Sebelumnya Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, negaranya telah berhasil memproduksi senjata nuklir generasi baru di mana belum ada generasi baru senjata jenis ini yang diproduksi negara lain.
Mengingat friksi serius terkait sistem anti rudal, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia tahun 2010 di sidang Lisbon sepakat di bidang ini saling bekerjasama. Meski demikian hasil dari perundingan selanjutnya terus menemui jalan buntu. Dalih dari kebuntuan tersebut adalah sikap Washington yang enggan memberi jaminan legal terhadap Moskow.
Rusia meminta Amerika memberi jaminan kepada Moskow bahwa sistem anti rudal yang ditempatkan di Eropa bukan ditujukan kepada Rusia. Di sisi lain, Rusia sangat mengkhawatirkan pengaruh dan intervensi Amerika di berbagai belahan dunia, khususnya wilayah yang sangat strategis bagi kepentingan Moskow. Oleh karena itu, tak ada pilihan lain baginya kecuali menunjukkan reaksi atas ulah Washington tersebut.
Sejatinya faktor yang memicu friksi antara Rusia dan Amerika lebih banyak disebabkan oleh kepentingan strategis ini dan perlombaan senjata menjadi bagian dari friksi tersebut. Selain itu, poin ini juga tak boleh dilupakan bahwa Rusia selain menekankan peremajaan dan modernisasi sistem senjata dan peralatan militernya, namun ia pun seperti Amerika tidak bersedia untuk terlibat langsung dalam pertikaian regional atau pun trans-regional.
Menurut keterangan Korotchenko sistem rudal baru yang tengah diproduksi Rusia adalah rudal antar benua RS-24.Ia mengatakan, kekuatan dari Rudal Strategis Rusia merupakan perlindungan masa depan yang aman bagi negara kita. Penambahan terbaru kekuatan ini adalah RS-24 yars antarbenua rudal balistik, yang dapat diposisikan dalam silo atau di belakang truk berat. Sebuah rudal jenis ini membawa enam hulu ledak nuklir independen dan masing-masing ditargetkan memiliki berat 150 kiloton TNT. Kekuatan lain adalah truk-mount rudal antarbenua, yang Topol-M. Ini membawa hulu ledak nuklir tunggal yang kuat, yang mampu memusnahkan sebuah kota besar. (TGR/IRIB Indonesia)