Tidak Perlu Percaya Kepada Abu Bakr Al Baghdadi dan ISIS

Bagikan artikel ini

Jelita Chantiqa, pemerhati masalah terorisme dan tinggal di Bali

Abu Bakr al Baghdadi lahir di Samarra, Irak pada 1971 dalam keluarga yang relijius. Sebelum invasi Amerika Serikat terhadap Irak, Baghdadi menerima gelar master dan doktor dari Universitas Islami Baghdad, di pinggiran Adhamiya yang memusatkan kajian pada kebudayaan, sejarah, hukum dan jurisprudensi Islam. Baghdadi tidak memiliki gelar dari lembaga keagamaan Sunni seperti Universitas al-Azhar di Kairo atau Universitas Islami Madinah di Arab Saudi. Baghdadi lebih memiliki pengalaman pendidikan Islam tradisional dibandingkan pemimpin al-Qaida, Osama Bin Laden dan Aymen al-Zawahiri. Dia adalah seorang ulama di Masjid Hanbal Ahmad ibn Imam di Samarra pada sekitar waktu invasi pimpinan AS ke Irak tahun 2003.

Menurut Turki al-Binali (ahli ideologi asal Bahrain), Abu Bakr Baghdadi memang keturunan Nabi Muhammad, salah satu persyaratan kunci dalam sejarah Islam untuk menjadi khalifah. Baghdadi berasal dari suku al-Bu Badri, di Samarra dan Diyala, Baghdad utara dan timur, dan secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Muhammad.

Abu Bakr al Baghdadi  kerap menggunakan nama samaran Abu Dua dan Dr Ibrahim Awwad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai. Kemudian dalam upaya untuk mengklaim dirinya sebagai keturunan Muhammad, baru-baru ini sebagai Abu Bakr Al-Baghdadi Al-Husseini Al-Qurashi. Sekarang mengklaim dirinya sebagai Amir al-Mu’minin Khalifah Ibrahim. Abu Bakr al Baghdadi  penjihad militan saat masa Saddam Hussein. Baghdadi ditangkap tentara AS pada tahun 2005 dan ditahan di pusat penahanan AS, Camp Bucca di Umm Qasr, kota pelabuhan di Irak selatan. Keberadaan Abu Bakr al Baghdadi  selama 4 tahun di Kamp Bucca menjadi akar penyebab dirinya menjadi seradikal sekarang. Kamp Bucca adalah kompleks penjara AS yang luas di selatan Irak dekat gurun Kuwait. Menurut Rodney Martin (Direktur situs World View FoundationsPress TV (9/7/14)Amerika menangkap dan menahan al-Baghdadi. Kemudian membebaskannya setelah CIA mewawancarainya dan  membuat kesepakatan dengannya.

Setelah invasi AS pada 2003, dia menjadi cepat terbawa dalam Al Qaeda di Irak di bawah kepemimpinan Abu Musab al-Zargawi. Di situlah dia pertama kali terlibat menyelundupkan pejuang asing ke Irak, kemudian menjabat sebagai “Amir” Rawa, kota kecil dekat perbatasan Suriah. Baghdadi dan beberapa rekannya mendirikan Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ), Angkatan Bersenjata Kelompok Warga Sunni, yang beroperasi dari Samarra, Diyala, dan Baghdad. Di dalam kelompok ini, Baghdadi menjadi pemimpin dewan hukum. Baghdadi menjadi incaran Amerika Serikat (AS) yang menjanjikan imbalan US$10 juta bagi siapa saja yang bisa menangkapnya.

Majalah Forbes pada 6 November 2015 yang menulis pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi masuk dalam daftar orang-orang paling berpengaruh di dunia. Dia berada di urutan ke-57. Al-Baghdadi memproklamirkan diri sebagai khalifah dari Negara Islam Irak dan Syam. Dia juga melakukan penjualan minyak di pasar gelap dengan total pendapatan USD 1.000.000 per hari.

Pernyataan tertulis pertama Abu Bakr al Baghdadi adalah sambutannya terhadap tewasnya Osama Bin Laden pada bulan Mei 2011. Pesan audio pertamanya dikeluarkan bulan Juli 2012, berisi ramalan kemenangan Negara Islam di masa depan.

Tidak Dapat Dipercaya

Konsep negara Islam yang dicanangkan Abu Bakr al Baghdadi yasng dimanifestasikan dalam bentuk ISIS sebenarnya bukanlah menggambarkan ajaran Islam yang sebenarnya dan dari berbagai kelompok teror yang ada selama ini dalam pemberitaan global cenderung sebagai “proxy war” untuk menjelekkan atau mendiskreditkan Islam, sehingga amat disayangkan jika ada yang mengikuti ISIS atau percaya dengan Abu Bakr al Baghdadi karena notabene sebenarnya mirip dengan almarhum Hitler dan tokoh-tokoh fasis lainnya.

Kalau dilihat dari riwayat hidup dan perjalanan karir Abu Bakr al Baghdadi, tokoh ini juga tidak dapat dipercaya karena kekayaannya diperoleh dengan menjual minyak di pasar gelap dan kemungkinan minyak-minyak tersebut hasil yang ilegal juga.

Menilik pendapat Hillary Clinton dalam bukunya yang menghebohkan bahwa ISIS adalah bentukan Amerika Serikat untuk mengacaukan Timur Tengah dan pendapat Rodney Martin (Direktur situs World View Foundations) yang “mencurigai” Abu Bakr al Baghdadi sebagai “agen CIA”, sehingga cerita-cerita semacam Abu Bakr al Baghdadi dengan ISIS-nya dan pembentukan Taliban di Afghanistan, maka sebenarnya mereka adalah “binatang peliharaan” Amerika Serikat yang dibesarkan dan sekarang merepotkan AS sendiri, walaupun Taliban pernah membantu AS mengusir Uni Soviet dari Afghanistan dan sekarang ISIS membantu AS “memporak porandakan” jalur sutera dan Timur Tengah bahkan kemungkinan juga Eropa, Asia dan Pasifik dalam rangka menjaga hegemoni global AS diatas  China, negara-negara BRICS lainnya.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com