Antara Jokowi dan Dahlan Iskan

Bagikan artikel ini

Amril Jambak, Wartawan di Pekanbaru, Riau

Pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 sudah di depan mata. Yang jelas pasti, pertarungan untuk melangkah menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia ini menunggu hasil Pemilu Legislatif (Pileg) 2014.

Meski begitu banyak nama yang muncul atau digadang-gadangkan untuk bertarung di Pilpres 2014, di antaranya Prabowo Subianto, Aburizal Bakri, Wiranto, Jusuf Kalla, Megawati, Irman Gusman, Dahlan Iskan, Joko Widodo (Jokowi) serta banyak tokoh lain yang muncul.

Sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang lebih akrab dipanggil Jokowi saat ini terus mendapat perhatian publik untuk dijadikan salah satu kandidat dalam Pilpres 2014, sehingga nama Jokowi selalu menempati urutan teratas dari berbagai survei apapun itu.

Jika nanti, PDI Perjuangan akhirnya memutuskan Jokowi yang akan dicalonkan untuk Pilpres 2014, diyakini PDIP yang sudah 10 tahun menjadi oposisi akan menguasai pemerintahan Indonesia. Namun, jika PDIP tak mengusung Jokowi maka oposisi PDIP akan berlanjut hingga lima tahun kedepan.

Jokowi dikenal dengan istilah blusukan dan dekat dengan masyarakat, sehingga sosok seperti ini sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat untuk memimpin Indonesia kedepan. Jadi wajar, jika Jokowi selalu menjadi tempat yang utama dalam setiap survei untuk siapa yang layak untuk menjadi Presiden 2014 mendatang.

Sosok lainnya yang hampir sama dengan gaya Jokowi yakni Menteri BUMN Dahlan Iskan, gaya khas blusukan, dekat dengan masyarakat dan suka berpakain baju putih menjadi salah satu kandidat yang layak untuk memimpin Indonesia.

Saat ini Dahlan Iskan maju dalam konvensi Capres Partai Demokrat, andai saja Partai Demokrat nanti akan menentukan Dahlan Iskan menjadi Capres untuk Demokrat. Maka, diprediksi Dahlan Iskan akan melejit dan akan menjadi salah satu calon kuat untuk Pilpres 2014 mendatang.

Andai saja, PDIP menjagokan Jokowi, dan Demokrat menjagokan Dahlan Iskan maka persaingan dalam Pilpres akan semakin ketat. Sebab, Jokowi atau Dahlan Iskan sama-sama dekat dengan masyarakat, memiliki jiwa blusukan dan sama-sama suka memakai baju putih.

Cara kerja keduanya yang getol turun langsung menemui masyarakat memang patut diacungi jempol. Layaknya bulan madu, hampir semua media selalu menyajikan berita Jokowi dan Dahlan penuh dengan sanjungan.
Namun, di balik agenda peliputan keduanya terselip perbedaan. Beberapa kali beraksi, Dahlan ternyata memang sudah mengundang wartawan untuk meliputnya. Biasanya agenda itu dikirim oleh tim media bos Jawa Pos tersebut.

Pertama kali Dahlan membuat gebrakan saat naik kereta api ke Istana Bogor untuk menghadiri rapat kabinet. Sontak aksi Dahlan ini mengundang perhatian awak media. Hari itu hampir seluruh media memberitakannya, sampai-sampai berita hasil rapat kabinet pun jadi ‘anak tiri’.

Usut punya usut ternyata memang rencana Dahlan itu sudah terorganisir secara rapi. Tak hanya naik kereta, Dahlan makan soto di Stasiun Bogor, naik ojek dan naik kereta lagi saat pulang menjadi berita hangat.
Selanjutnya, saat mantan Direktur PLN itu ngamuk di pintu tol Semanggi Jakarta, hadir juga tim medianya yang mengabadikan gambar berupa foto dan video. Kemudian tim itu memberi info kepada wartawan. Lagi-lagi gebrakan Dahlan menjadi berita hangat.
Kebiasaan itu ternyata tidak berlaku bagi Jokowi. Setelah Jokowi menjadi gubernur, para wartawan tanpa diundang rela mengikuti kegiatannya seharian. Bahkan, saban pagi Balai Kota DKI sudah ditongkrongi para jurnalis, pemandangan yang tak pernah dijumpai saat Fauzi Bowo menjabat.

Ekspos media ini ternyata tidak terlalu membuat Jokowi nyaman. Ada kalanya Jokowi menghindar dari sorotan wartawan. Salah satunya ketika Jokowi menghilang usai melakukan sidak ke pintu air Manggarai, Jakarta Selatan.

Nada sumbang memang mulai keluar dari mulut para rival Dahlan dan Jokowi. Apakah yang dikerjakan keduanya tulus untuk kepentingan rakyat atau pencitraan?
Meski keduanya sama-sama memiliki popularitas tinggi di mata publik, dengan terbukti memimpin di beberapa lembaga survei di Tanah Air. Hanya saja saat ini aura yang dimiliki mereka sangat berbeda dan begitu juga sepak terjang di luar negeri.

Saat ini, Dahlan Iskan memiliki popularitas yang tinggi dibandingkan Jokowi. Ini menjadi nilai plus bagi Dahlan Iskan. Sedangkan Jokowi hanya bisa dikenal di Tanah Air.

Meski ada kelebihan dan kekurangan masing-masing, tentunya masyarakat sudah memiliki rapor masing-masing calon presiden mereka dan jelas pasti kriteria utama adalah memiliki nasionalis dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com