Biarpun tak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia, toh tidak menjadi halangan bagi perusahaan-perusahaan Israel dalam menyediakan jasa pertahanan bagi Indonesia. Baik TNI-AU, dan AL sedikit-banyak menggunakan jasa berbagai perusahaan Israel untuk meningkatkan kapabilitas atau meretrofit alutsista tua. Modus yang biasa digunakan, adalah masuk dengan entitas legal yang didirikan di Singapura, dan menggaet rekanan lokal Indonesia. Enaknya, biasanya perusahaan Israel tersebut justru tidak memandang ideologi atau menerapkan syarat tertentu dalam pelaksanaan jasanya. Selama ada uangnya, no questions asked, its pure business.
Kali ini yang hendak dibahas adalah PT-76, tank amfibi kebanggaan Korps Marinir TNI-AL. Dari jumlah seratusan unit yang dimiliki Marinir, hampir semuanya digunakan secara ekstensif dalam berbagai operasi, utamanya kampanye Dwikora, Seroja Timur-timur, dan berbagai pendaratan amfibi lainnya di berbagai pantai di Indonesia. Setelah 30 tahun masa pengabdian, sudah tentu kondisinya jauh menurun, apalagi wilayah operasinya di perairan laut menyebabkan komponen-komponennya mulai aus termakan korosi. Dari segi kemampuan ofensifnya pun, meriam D-56TM kal 76mm boleh dibilang sudah mandul untuk ukuran pertempuran modern. Dengan hululedak sebatas HEF (High Explosive, Fragmentation) dan kaliber kecil, tank amfibi yang banyak jasanya ini membutuhkan penyegaran baru. Versi angkut pasukan dari PT-76 yaitu BTR-50 pun memerlukan retrofit dan rekondisi karena kondisinya sebelas dua belas dengan PT-76.
Proses rekondisi, retrofit, dan rearmament tersebut dikerjakan oleh perusahaan Israel, Nimda. Israel yang berpengalaman merebut berbagai tipe kendaraan tempur milik Mesir dan Suriah yang dibuat oleh Rusia tentunya memiliki pengalaman ekstensif dalam memodifikasinya dengan suku cadang buatan Barat. Nimda mengerjakan proyek refurbish PT-76 dan BTR-50 dengan kode PT-2000 dan BTR-2000, dimulai pada tahun 1990an. Kunci utama modifikasi difokuskan pada dua aspek: mobilitas dan kemampuan tempur. Sebagai pengganti mesin diesel 4 silinder V-6 digantikan dengan mesin Detroit Diesel 6V92T dengan 290 daya kuda. Didalam negeri, proses retrofit dikerjakan oleh PT.API pada medio 1985-1990.
Dengan mesin baru tersebut, PT-76 bisa melaju dengan kecepatan 58km/ jam di jalan raya. Sementara kapabilitas ofensifnya diperbaiki dengan pemasangan meriam Cockerill Mk III A-2 kaliber 90mm. Kanon 90mm tersebut mampu melontarkan munisi APFSDS (Armor Piercing Fin Stabilised Discarding Sabot) untuk melawan MBT dengan kulit baja yang keras, dengan daya penetrasi 300mm RHA pada jarak 1.000 meter. Pada PT-76, meriam 90mm tersebut mampu didongakkan 36o dan sudut depresi 6o. Senapan mesinnya yang tadinya DShK digantikan dengan FN GPMG. Sementara itu, BTR-2000 menerima mesin serupa dengan PT-76, panel meter indikator baru, dan teropong inframerah pada posisi disamping kanan pengemudi.
Didalam situs perusahaan Nimda, mereka masih menawarkan proses upgrade terhadap BTR-2000 dan PT-2000, yang didalamnya menyertakan gambar-gambar proses refurbish terhadap PT-76 dan BTR-2000. Walaupun pada sebagian besar gambar tersebut identitas pemilik BTR-50 dan PT-76 sudah dihapus, tetapi dalam salah satu gambar, masih ada nomor seri pengenal kendaraan milik TNI AL di lambung kanan BTR-50.
Sumber :keamanan-global.blogspot.com