Antara Trilogi Pribumi, Absentee of Lord dan Tanah Garapan

Bagikan artikel ini

Diskusi Geopolitik di (WAG) Nusantara Raya

DR MD La Ode, M.Si menemukan Teori Trilogi Pribumi (2016 – 2017) melalui penelitian dalam peta kekuatan politik etnisitas di Asia Timur: Studi Kasus Jepang, Korsel dan Cina Komunis.

Trilogi Pribumi yaitu paham tentang pribumi pendiri negara; pribumi pemilik negara; dan pribumi penguasa negara. Hal ini telah berlaku semenjak ribuan tahun lalu.

Sekurang-kurangnya ada 7 (tujuh) negara tertua di dunia sebagai bukti, antara lain ialah Mesir 3.100 SM; Cina 2.070 SM; India 1.500 SM; Ethiopia 980 SM; Yunani 800 SM; Jepang 660 SM; dan Iran 550 SM.

Tetapi ironisnya, kata La Ode, Indonesia baru memasuki 21 Mei 1998 langsung menghapus istilah pribumi dan non-pribumi serta mencoret kata ASLI dalam pasal 6 ayat (1) UUD 1945 diganti dengan “warga negara” demi memenuhi aspirasi politik kaum imigran agar setara dengan pribumi, khususnya ECI dengan segala macam kelicikan dan argumentasi berdasar logical fallacy.

Akibatnya, kini NKRI secara konstitusi berstatus negara koloni atau colony of nations. Sekali lagi, itu semata untuk kepentingan politik imigran ECI di Indonesia.

Semua negara di dunia mengharamkan dipimpin bangsa lain pasca kemerdekaannya kecuali Indonesia, jelas DR MD La Ode, M.Si dalam diskusi internal di WAG Nusantara Raya/NR (19/07/2020).

Ketika ada tanggapan, bahwa bangsa Indonesia kini seperti Absentee of Lord, tuan tanah yang tidak berpijak di tanahnya sendiri. Tanah Air, misalnya, kini hampir menjadi Tanah Garapan karena yang tersisa hanya “air”-nya, sedang “tanah”-nya entah punya siapa, dikavling-kavling oleh golongan mana.

Membaca tanggapan dimaksud, La Ode melanjutkan paparannya di NR. Ya. Ini pe-er mendesak bagi pribumi. Kemerdekaan 17 Agustus 1945 harus segera dikembalikan ke posisi semula yaitu pribumi penguasa absolut atas eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Jika ECI tidak terima, tidak usah pedulikan. Toh ECI pengkhianat, perampok, manipulator, koruptor, penjahat perbankan, penjahat ekonomi nasional, mafia peradilan dan seterusnya. Cukup satu kalimat pendek untuk ECI: “Silahkan cari negara lain sekarang juga dan bawa semua harta milikmu”.

Tindak-lanjut yang ditunggu dari semua pribumi nusantara. Janganlah menganggap diri inverioritas bahwa pribumi adalah wisatawan/nomaden di atas NKRI khususnya pasca kolonial Belanda dan Jepang. Tetapi jauh sangat superioritas bahwa pribumi penguasa absolut atas NKRI. Ini berlaku untuk semua negara di dunia kecual 4 (empat) negara yaitu Amerika Serikat, Canada, Australia dan New Zealand.

Sikap psikologi politik ini belum disadari pribumi nusantara. Dan faktor inilah yang menjadikan national morale neglected, pungkas La Ode.

Dr Zul menimpali, semua terjadi karena mental bangsa kita yang belum merdeka, masih bermental budak. Kudeta konstitusi terhadap UUD 45 adalah contoh nyata. Ketika asing membawa dolar, maka langsung menunduk-nunduk sambil melaksanakan perintah “sang ndoro“. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan oleh bangsa lain, kenapa tak ada yang melakukan penelitian tentang karakter bangsa kita, biar bisa instropeksi dan sekaligus memperbaiki diri.

Pak Taufiecrahman Ruki pun menyambung diskusi, “Yang enak itu ya menyalahkan pihak lain,” beliau membuka paparan. Etnik keturunan Cina sudah menghegemoni bangsa negara kita, tetapi saya tetap tidak dapat menerima kalau ketidaksukaan pribumi kepada mereka karena mereka etnis Cina, karena yang nonpribumi etnik lain pun merusak bangsa dan negara ini, juga banyak dari kaum pribumi. Jadi, dasar ketidaksukaan kita (kebencian juga boleh) kepada seseorang atau sekelompok orang itu adalah karena sifat serakah, penguasaan/hegemoni dan perbuatan mengeksploitasi bangsa dan negara kita, bukan etnisnya. Bukan karena ia nonpribumi.

Belajar dari Mahatma Gandi (swadeshi ), sambung Pak Widjojo Soejono, harus dimulai dari makanan, minuman dan pakaian. Pribumi hanya pakai produk pribumi. Disesuaikan dengan kenyataan di negeri kita. Kenapa tidak mulai dari air minum kemasan dengan merk BUMIPUTRA, pungkas Pak Widjoyo.

Akhirnya sampailah pada simpulan diskusi ini. Simpulan bukan ringkasan melain gagasan atau semacam kristalisasi ide yang dipetik dari sebuah diskusi. Antara lain ialah:

Pertama, Trilogi Pribumi adalah keniscayaan di dunia kecuali 4 (empat) negara yakni AS, Australia, New Zealand dan Canada. Mereka adalah bangsa imigran;

Kedua, ada kecenderungan muncul parasitisme pada kaum imigran ketika mereka merasa powerful yaitu berupaya/manuver guna menghilangkan nomenklatur ASLI serta hak-hak pribumi di sebuah negara dalam rangka melicinkan jalan penguasaannya terhadap pribumi;

Ketiga, bagi negara yang jejak pribumi dan nomenklatur ASLI telah dihapus serta terhapus dari konstitusi, secara de jure sebenarnya telah berstatus bangsa jajahan (colony of nations);

Keempat, kelanjutan pada poin ketiga di atas, maka bangsa tersebut menjadi Absentee of Lord, tuan tanah yang tdak berpijak di tanahnya sendiri. Tanah Air pun bergeser menjadi Tanah Garapan;

Kelima, janganlah ketidaksukaan terhadap suatu kelompok/kaum ditujukan kepada etnisnya semata, tetapi seyogianya ketidaksukaan dimaksud karena faktor sifat yang serakah, misalnya, atau kaum koruptor, pengkhianat, mafia peradilan, penjahat ekonomi dan perbankan, dst;

Keenam, mutlak harus dibangkitkan semangat dan jiwa superioritas pribumi sebagaimana Teori Trilogi Pribumi;

Ketujuh, menjalankan politik berdikari dimulai dari rakyat mutlak harus mengkonsumsi produk-produk sendiri baik makanan, minuman, pakaian dst hingga gas dan energi (geoekonomi).

Terima kasih.

**) Pointers diskusi dengan “kembang sore” di Forum NR

M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com