Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)
Semua stasiun TV kita sudah masuk jebakan skema perang persepsi yang dibangun pihak barat, seakan-akan ISIS merupakan kekuatan yang berdiri sendiri. Untuk itu saya sajikan tulisan lama saya seputar asal-usul ISIS.
- Jika kita cermati asal mula berdirinya ISIS, hakekatnya merupakan konsekwensi logis dari merebaknya kelompok-kelompok perlawanan bersenjata di Irak pasca kejatuhan Presiden Irak Saddam Hussein. Maupun merebaknya kelompok-kelompok perlawanan bersenjata yang bermaksud mendongkel pemerintahan Bashar al Assad.
- Kondisi obyektif di Irak pasca invasi militer AS 2003, pemerintahan Saddam Hussein memang berhasil ditumbangkan dan AS, dengan dalih Irak memiliki senjata pemusnah massal dan mendukung kelompok-kelompok yang terkait dengan kegiatan-kegiatan terorisme. Singkat cerita, AS berhasil menaklukkan Irak dengan cepat secara militer.
- Namun celakanya, pemerintahan George W Bush tidak mempunyai rencana strategis yang jelas untuk membangun sistem politik Irak pasca Saddam. Sehingga kebijakan-kebijakan strategis yang dibuatnya malah menjadi blunder.
- Dalam realitas politik Irak, Saddam merupakan bagian dari golongan minoritas Sunni (sekitar 20 persen dari populasi) yang kemudian berkuasa atas mayoritas penduduk Irak bermahzab Syiah yang merupakan 63 persen dari penduduk Irak.
- Alhasil, kemudian memicu pemberontakan dari kelompok Sunni yang tersisa di Irak, yang pada perkembangannya juga mendapat dukungan penuh dari jaringan kader-kader Partai Ba’ath baik sipil maupun eksponen militernya.
- Pada tataran inilah, salah satu kelompok pemberontakan tersebut adalah yang dipimpin oleh Abu Bakar al Baghdadi. Maka sejak 2006, terjadilah perang saudara antara Irak bagian Utara yang umumnya warga masyarakatnya menganut Islam Sunni, dan Irak bagian Selatan yang warga masyarakatnya menganut Syiah.
- Pada Perkembangannya kemudian, kelompok Abu Bakar al Baghdadi yang kemudian mengembangkan lingkup gerakannya ke Suriah, dan menggabungkan diri sebagai bagian integral kelompok-kelompok perlawanan berbendera Islam yang bermaksud menggulingkan Presiden Bashar al Assad.
- Dengan kata lain, gerakan yang dipimpin Abu Bakar al Baghdadi, pada hakekatnya telah memanfaatkan situasi obyektif yang berkembang di dalam negeri Irak maupun Suriah, yang kemudian kelompok al Baghdadi ini dikenal dengan sebutan ISIS.
- Jadi, ISIS yang dikembangkan oleh al Baghdadi, telah menjadikan kelompok yang dipimpinnya sebagai bagian integral dari berbagai kelompok perlawanan bersenjata di Irak maupun Suriah, seraya menarik simpati dan dukungan umat Islam sedunia pada umumnya, sebagai kelompok perlawanan berbendera Islam baik di Irak maupun Suriah.
ISIS Bukan Merupakan Ancaman Bagi Indonesia.
- Dengan mencermati asal mula dan alasan mengapa ISIS muncul di Irak dan Suriah, maka kita di Indonesia harus memandang keberadaan ISIS di Indonesia sebagai sesuatu yang tidak relevan. Sehingga kita harus menafikan dan mengabaikan keberadaanya di Indonesia.
- Learning point yang bisa kita tarik dari peran dan keberadaan ISIS di Irak dan Suriah, maka kemunculan ISIS harus kita baca semata-mata sebagai produk dari konflik lokal yang terjadi baik di Irak maupun Suriah. Meskipun pada perkembanganya ISIS mengklaim dirinya mendapat simpati dan dukungan dunia Islam pada umumnya.
- Selain itu, ada sebuah paradoks yang harus kita baca secara kritis dan jeli terkait kiprah ISIS di Irak maupun Suriah. Di Irak, ISIS merupakan bagian integral dari kelompok-kelompok perlawanan Sunni terhadap pemerintahan Syiah yang kenyataannya didukung oleh pemerintah AS. Namun sebaliknya di Suriah, ISIS merupakan bagian integral dari kelompok perlawanan bersenjata yang bertujuan menggulingkan Presiden Assad yang justru mendapat bantuan secara terbuka dari Amerika dan NATO.
- Dengan begitu, meskipun ISIS telah mengklaim keberadaannya sebagai kelompok Islam yang menganut paham Sunni, namun mengingat cita-citanya untuk menyatukan seluruh dunia dalam satu pemerintahan Islam berdasarkan Khilafah Islamiyah melewati batas-batas negara bangsa, rasa-rasanya tidak mungkin mendapat dukungan yang meluas dan mengakar di Indonesia. Meskipun secara faktual tradisi Islam Sunni di Indonesia adalah yang terbesar, namun paham seperti yang dianut oleh ISIS sama sekali tidak mengakar dan meluas di Indonesia.
- Karena kehidupan umat Islam telah berjalan cukup damai dan harmonis meskipun terdapat berbagai mahzab dan paham keislaman di Indonesia, bahkan sejak awal penyebaran Islam di tanah air berabad-abad yang lalu.
- Sehubungan dengan hal tersebut, berbagai kalangan yang membesar-besarkan kemunculan ISIS di Indonesia sebagai sebuah ancaman yang cukup serius dan nyata, kiranya sama sekali tidak beralasan. Kecuali jika terkandung maksud untuk menggunakan tebar isu kehadiran ISIS untuk memicu antagonisme maupun konflik antar berbagai mahzab dan paham keislaman di Indonesia, sehingga terjadi perpepcahan antar umat beragama di Indonesia. Bahkan antar berbagai paham ke-Islaman di Indonesia.
- Dan kalaupun keberadaan dan peran ISIS di Indonesia memang nyata-nyata memang terjadi sebagai embrio menguatnya radikalisme kelompok-kelompok Islam, maka yang patut dipersalahkan adalah komunitas intelijen Indonesia yang telah gagal dalam mendeteksi dan memprediksi kemunculan kelompok-kelompok Islam radikal semacam ISIS atau organ-organ lain yang sejenis dengan itu.
Facebook Comments