Asal – Usul ISIS (Bagian I)

Bagikan artikel ini

Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Semua stasiun TV kita sudah masuk jebakan skema perang persepsi yang dibangun pihak barat, seakan-akan ISIS merupakan kekuatan yang berdiri sendiri. Untuk itu saya sajikan tulisan lama saya seputar asal-usul ISIS.

Memahami Konteks ISIS Yang Lahir dari Rahim al Qaeda
  1. Sebagai isu pengganti dari skenario Al Qaeda yang sudah tutup buku di Irak sejak 2012. Beberapa kajian menginformasikan bahwa al-Qaeda dan afiliasinya hadir di berbagai negara dengan sebutan berbeda.
  2. Di Afghanistan namanya “Taliban”, Di Yaman dijuluki “al-Qaeda in Arabian Peninsula”, di Libya bernama “Ansar al-Sharia”, di Nigeria stigmanya “Boko Haram”, di Aljazair bernama “al-Qaeda in Islamic Maghreb”, di Syria disebut “Jabhat al-Nusra”, di Somalia istilahnya “al-Shabab”, sementara di Indonesia? Mereka menyebut diri sebagai Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Belakangan yang sekarang populer dengan sebutan ISIS. Dan agaknya, mereka juga tengah membidani ‘kelompok radikal’ di India dan Cina. Entah apa namanya.
  3. Mereka itu, entah Boko Haram, atau MIT, al Shabab, Jabhat al Nusra, Ansar al Sharia, bahkan ISIS itu sendiri, sejatinya merupakan ranting atau anak-anak yang lahir dari “rahim” al Qaeda. Dan kini, afiliasi terpopuler adalah ISIS (Islamic State in Iraq and al Syam).
  4. Berarti, kemunculan ISIS ditujukan untuk menciptakan kesan bahwa umat Islam itu pada umumnya fanatik, radikal, tidak berprikemanusiaan, tidak toleran, dan suka berperang maupun membenarkan tindak kekerasan terhadap warga masyarakat yang berkeyakinan lain.
  5. Maka itu, bisalah ditarik kesimpulan keberadaan ISIS merupakan false flag operation alias operasi bendera palsu.
  6. Seolah-olah bekerja sama (Islam) sebagai kawan, padahal bekerja untuk kepentingan musuh. Semacam deception atau taktik pengelabuan. Biar kelompok Islam tertentu beranggapan, seakan-akan tengah melakukan misi suci agama menghadapi para adidaya anti Islam, tetapi prakteknya, justru gerakan mereka dalam kendali dan pengawasan agen intelijen seperti CIA, MI-6, Mossad, dan lainnya.
  7. Pada gilirannya, gerakan kelompok ini justru merupakan kontra produktif bagi citra Islam itu sendiri. Tersirat tujuannya, agar kaum muslim terstigma sebagai golongan keras kepala, tidak berperikemanusiaan, suka berperang, dll yang tidak mencerminkan layaknya akhlak ajaran Islam.
Skenario Amerika Serikat dan Dunia Barat Untuk Memojokkan Islam
  1. Ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa gejala kemunculan ISIS dan organ-organ sejenisnya seperti kami uraikan di awal tulisan ini, secara skematik memang dirancang oleh para penyusun kebijakan strategis keamanan nasional di Washington.
  2. Sebagai landasan pihak AS dan sekutu-sekutu baratnya untuk membangun citra radikalisme Islam, maka rujukan yang paling pas adalah buku karya pakar politik AS Dr Samuel Huntington,“The Clash of Civilization and The Remaking of World Order”.Inti dari pikiran Huntington dalam bukunya ini: “Bahwa konflik antara Islam dan Barat merupakan konflik sebenarnya!” Sedangkan konflik antara kapitalis dan marxis sifatnya cuma sesaat dan dangkal. Dari 32-an konflik-konflik di dunia pada tahun 2000-an, dua pertiganya ialah antara Islam dengan Non Islam. Sayangnya, Huntington gagal membuktikan secara detail dan rinci sebab akibat dan kenapa konflik tersebut bisa sampai terjadi.”
  3. Bagi saya, hal tersebut tidak mengherankan. Karena memang itulah tujuan Huntington menerbitkan buku tersebut, yaitu membentuk Opini dan tebar isu bahwa skenario “Barat verus Islam” itu merupakan sebuah kebenaran.
  4. Dalam bukunya yang lain, “Who Are We? The Challenges to America’s National Identity” (2004), Huntington malah semakin tegas lagi. bahwa musuh barat pasca perang dingin adalah Islam. Meskipun ada embel-embel ‘militan’ sebagai tambahan, namun di berbagai penjelasan, definisi Islam Militan melebar kemana-mana mengaburkan makna sesungguhnya. Akhirnya, dengan berakhirnya Perang Dingin, Islam (militan) benar-benar menggantikan posisi Soviet (komunis) sebagai musuh utama AS dan sekutu.
  5. Dari kedua karya Huntington, yang mana dirinya sejak awal merupakan corong dan pembentuk opini publik yang membawa pesan sponsor dari Pentagon dan think-thank-nya yang bernama Rand Corporation, maka kita sudah bisa menerka kemana arah tujuan dengan dimunculkannya mencuatnya isu ISIS di Indonesia, dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim pada umumnya.
  6. Mencuatnya isu ISIS, selain untuk menstigma kebangkitan radikalisme Islam di Indonesia dan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim, pada saat yang sama akan memicu konflik internal antar berbagai mahzab di kalangan kelompok-kelompok Islam, yang selama ini hidup berdampingan secara damai dan harmonis.
Bagaimana Asal-Muasal ISIS Terbentuk?
  1. Pernah dengar yang namanya Strategi Sarang Lebah? Mari kita telisik fakta-fakta berikut ini, dan setelah itu silahkan bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian menyimpulkan sendiri. Adalah mantan karyawan National Security Agency (NSA) milik Amerika Serikat, Edward Snowdeen mengungkapkan bahwa intelijen Inggris (MI6), Amerika Serikat (CIA) dan Israel (Mossad) bekerjasama membentuk gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Islamic State (IS).
  2. Mengutip berita yang dilansir situs globalresearch.ca, Jumat 1 Agustus 2014, Snowdeen mengatakan badan intelijen dari ketiga negara ini menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstrimis dunia ke satu tempat. Mereka menggunakan strategi yang disebut Sarang Lebah.
  3. Dokumen NSA menunjukan implementasi strategi Sarang Lebah untuk melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.
  4. Data tersebut juga mengungkapkan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi pernah mengikuti pelatihan militer intensif selama satu tahun di tangan Mossad, selain program dalam theologi dan seni berbicara.
  5. Maka tak salah lagi, bergulirnya isu keberadaan ISIS (IS) sejatinya merupakan reinkarnasi dari keberadaan kelompok teroris jadi-jadian kreasi CIA semacam Al-Qaeda seperti di era kepresidenan Bush 2000-2008.
  6. Amerika Serikat, Inggris dan Israel berkeinginan penerapan strategi Sarang Lebah bisa menjaring kelompok-kelompok Islam radikal agar berkumpul di satu tempat yang sama. Sehingga mudah dikendalikan dan dijinakkan melalui kerangka operasi intelijen yang dilancarkan ketiga negara tersebut yang kerap dikenal dengan sebutan False Flag Operation (Operasi Bendera Palsu).
  7. Dalam False Flag Operation ini, kelompok-kelompok Islam beranggapan bahwa mereka sedang menjalankan misi suci keagamaannya secara independen dan bertujuan untuk menghadapi negara-negara adidaya yang mereka pandang anti Islam.
  8. Namun pada prakteknya, gerakan mereka sepenuhnya berada dalam kendali dan pengawasan dari agen-agen intelijen MI6-CIA-Mossad; sehingga gerakan kelompok-kelompok Islam radikal tersebut justru kontra produktif bagi citra dan kredibilitas kelompok-kelompok Islam yang bersangkutan, bahkan membawa citra buruk bagi umat Islam pada umumnya.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com