Charles Boycott

Bagikan artikel ini

Hermawan Aksan

MUNGKIN tidak banyak kata kerja yang berasal nama orang. Salah satunya adalah boikot. Kata ini serapan dari kata bahasa Inggris boycott, yang diambil dari nama Charles Cunningham Boycott, orang Inggris yang pernah bekerja sebagai agen lahan di Irlandia. Ia lahir pada 12 Maret 1832 dari pasangan William Boycatt dan Georgiana. Ia tumbuh di kampung Burgh St Peter di Norfolk, Inggris. Keluarga Boycatt/Boycott sudah tinggal hampir 150 tahun di Norfolk. Mereka berasal dari kelompok “Protestan Prancis” yang pindah dari Prancis pada 1685. Pada 1841 keluarga ini mengubah penulisan Boycatt menjadi Boycott.

Charles Boycott tertarik kepada dunia militer dan pada 1848 masuk Royal Military Academy di Woolwich, dengan harapan bisa bekerja di Corps of Royal Sappers and Miners, salah satu korps di militer Inggris yang mendukung militer dalam segi teknologi. Namun ia dikeluarkan dari akademi ini setahun kemudian karena gagal dalam ujian reguler. Belakangan Charles Boycott menjadi agen lahan (land agent) bagi Lord Erne, seorang tuan tanah di wilayah Lough Mask, di County Mayo.

Pada abad ke-19, pertanian adalah industri terbesar di Irlandia. Namun hampir seluruh lahan pertanian di Irlandia hanya dimiliki 10 ribu orang (0,2 persen penduduk). Itu pun sebagian besar adalah tuan tanah kelas kecil. Hampir separuh lahan itu dimiliki oleh hanya 750 tuan tanah yang kaya-raya, yang kebanyakan tinggal di Inggris atau tempat lain di luar Irlandia. Salah satu tuan tanah kaya itu adalah Lord Erne, yang menyewa para agen lahan seperti Charles Boycott untuk mengurus lahan mereka.

Para tuan tanah itu umumnya membagi lahan mereka untuk disewakan kepada para petani penyewa. Karena mengalami ketidakadilan, para petani itu mengampanyekan tiga tuntutan: sewa yang adil, masa sewa yang tetap, dan penjualan bebas. Celakanya, Boycott melawan kampanye tersebut. Akibatnya, ia dikucilkan dari komunitas lokalnya sendiri. Para tetangga tidak mau bicara kepadanya. Toko-toko enggan melayaninya. Para pekerja tidak sudi menjaga rumahnya. Bahkan tukang pos pun menolak mengirimkan surat-suratnya.

Pendek kata, Charles Boycott justru dikucilkan, alias “diboikot”, oleh warga di lingkungannya sendiri.

Dalam bahasa Indonesia (lihat KBBI), kata boikot diberi arti “bersekongkol menolak untuk bekerja sama (berurusan dagang, berbicara, ikut serta, dsb).” Kalimat contohnya: Wakil partai itu tetap akan memboikot pembicaraan undang-undang itu dalam parlemen.

Media massa Indonesia beberapa tahun lalu pernah memboikot artis Desy Ratnasari. Pangkal soalnya, artis asal Sukabumi ini dinilai enggan bekerja sama dengan media, misalnya selalu menjawab “no comment” setiap ditanya mengenai dirinya. Artis Sarah Sechan pernah mengalami hal yang sama karena dianggap arogan ketika pers berusaha meliput pernikahannya.

Boikot, tentu saja, bukan tindakan yang aneh. Sebagian kalangan pernah menganjurkan agar masyarakat memboikot semua produk Amerika. Hari-hari ini, muncul pula ancaman dari suporter sepak bola untuk memboikot apa saja kegiatan PSSI di seluruh Indonesia. Sebagai protes terhadap arogansi Nurdin Halid dan PSSI, Singa Mania, kelompok suporter Sriwijaya FC, memboikot pertandingan tim nasional U-23 vs Turkmenistan di Palembang, Rabu malam lalu.

Namun seruan boikot yang paling keras gemanya adalah ajakan Sekretaris Kabinet Dipo Alam untuk memboikot tiga media nasional. Kata Dipo, 21 Februari lalu, “Ada koran dan televisi yang setiap menit dan jam memberitakan soal keburukan sampai gambarnya diulang-ulang setiap hari. Lalu menyebut pemerintah gagal sehingga terjadi misleading di masyarakat. Itu kan salah, boikot saja!”

Dipo menuai kritik dari banyak pihak. Lucunya, pemerintah belum menanggapi. Kubu Partai Demokrat, partai pendukung pemerintah, menyatakan bahwa ucapan Dipo pendapat pribadi. Menkominfo Tifatul Sembiring pun menegaskan pernyataan Dipo bukan instruksi Presiden.

Kalau benar pernyataan kubu Partai Demokrat dan Menkominfo, bisa diartikan bahwa seorang pembantu presiden pun ternyata (merasa) memiliki kekuasaan yang besar.

Ada baiknya pejabat yang demikian berkaca kepada nasi

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com