Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI), Berkunjung ke Kementerian Luar Negeri RI, menemui Dr Arifi Saiman, Direktur Asia-Pasifik dan Asia-Afrika, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK). Senin 26 Agustus 2019. Di jalan Taman Pejambon, Jakarta-Pusat
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan terbuka, Hendrajit menyerahkan hasil seminar Global Future Institute (GFI) bertema : Mengantisipasi Potensi Meningkatnya Perlombaan Senjata Nuklir di Asia Pasifik dan Asia Tenggara Pasca Batalnya Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF). Senin 26 Agustus 2019, di Kementerian Luar Negeri RI, jalan Taman Pejambon, Jakarta-Pusat.
Sebagaimana sudah dirilis oleh GFI pada seminar April lalu, ada beberapaq poin yang mengemuka dalam seminar terbatas GFI tersebut. para narasumber dan peserta aktif bersepakat bahwa berakhirnya Perjanjian Intermediate Range Nuclear Forces(INF) atau Perjanjian Senjata Nuklir Jarak Menengah sejak awal Februari lalu, berpotensi untuk semakin meningkatkan perlombaan senjata nuklir di kawasan Asia Timur maupun Asia Tenggara, yang mana Indonesia termasuk di dalamnnya.
Para narasumber dan peserta aktif juga bersepakat bahwa dengan berakhirnya Perjanjian INF 2019 saat ini, perlombaan senjata nuklir, khususnya rudal di Asia Timur akan semakin meningkat, menyusul semakin memanasnya pergolakan di Semenanjung Korea.
Baca selengkapnya hasil seminar GFI tentang INF:
Executive Summary Seminar Terbatas Global Future Institute (GFI) 30 April 2019
Bukan saja akibat ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara menyusul diujicobakannya Rudal Balistik Antarbenua oleh Presiden Korea Utara Kim Jong-un. Selain itu situasi semakin genting di Asia Timur ketika Cina maupun Korea Utara sama-sama berkeinginan untuk berada pada posisi yang menguntungkan dan menciptakan perimbangan kekuatan dalam kualitas persenjataan strategisnya, dalam berhadapan dengan Amerika Serikat maupun sekutu-sekutunya.
Maka itu, atas saran dan tawaran dari Global Future Institute, berbagai komponen strategis bangsa, khususnya pemangku kepentingan/stakeholders kebijakan luar negeri RI, untuk menyerap dan mempelajari kembali success story para bapak bangsa kita dahulu, ketika memprakarsai Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955, dan Gerakan Negara-Negara Nonblok Beograd 1961.
Sehingga mengilhami dan menginspirasi lahirnya gagasan-gagasan strategis terbentukya forum-forum internasional yang diprakarsai negara-negara berkembang yang masuk kategori non nuclear state/negara-negara non-nuklir, untuk mendesak dan memaksa negara-negara adikuasa dan negara-negara maju, untuk menghentikan perlombaan senjata nuklir di Asia Pasifik, dan Asia Tenggara pada khususnya. Demi terciptanya perdamaian dunia.
Selain itu, gagasan untuk membuka kembali perundingan-perundingan strategis yang didasari gagasan ke arah perlucutan senjata nuklir ala INF, merupakan suatu keharusan untuk mengikutsertakan juga Rusia dan Cina maupun negara-negara Asia yang masuk kategori nuclear state seperti Iran, Korea Utara, India, dan Pakistan. Atas dasar gagasan untuk menciptakan perimbangan kekuatan antar negara-negara.
Disusun oleh Tim Redaksi The Global Review.