Sudarto Murtaufiq, Peneliti Senior Global Future Institute
Sebelum Donald Trump mengeluarkan “fatwa” untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, banyak pihak menentang keras langkah yang akan diambil pemerintahan Trump. Paus Fransiskus dan Pemimpin Tertinggi Iran mengecam rencananya untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Demikian juga Sekretaris Jenderal PBB, perdana menteri Italia dan sebagian besar negara-negera di Asia dan Eropa menyuarakan keprihatinan atas kebijakan yang diambil oleh Trump.
Tanpa prasyarat, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota bersejarah orang-orang Yahudi, “yang didirikan pada zaman kuno”, dan tempat pemerintahan Israel. Pengakuan Trump tentu memberi angin segar kepada Perdana Menteri Israel, Binyamin Netanyahu, yang menganggapnya sebagai “hari bersejarah” dimana Israel “sangat bersyukur”.
Terkait pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Dewan Keamanan PBB rencananya juga akan menggelar sidang pada Jumat ini untuk merespons keputusan Presiden AS tersebut.
Namun, perlu diketahui pula bahwa selama ini PBB lebih banyak melunak atas langkah-langkah politik yang di ambil oleh AS meski banyak ditentang oleh negara-negara yang tergabung di Dewan Keamana PBB. Dengan demikian, rencana PBB untuk menggelar pertemuan nanti hanya akan menguap tanpa hasil yang menjanjikan, terlebih AS sering mementahkan apa pun keputusan yang diambil oleh DK PBB.
Meskin sejumlah negara lainnya juga mempunyai hak veto yang berseberangan dengan Trump, namun semua itu tidak berpengaruh besar terhadap AS yang kerap mempertontonkan dominasinya di DK PBB, terlebih kepentingan Israel atas Tanah Suci, Yerusalem.
Yang jelas menyusul sikap Trump tersebut, negara-negara di Asia, Eropa, dan terutama Timur tengah mengecam keras pengakuan sepihak Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
China misalnya, sebelumnya mengatakan bahwa kebijakan Amerika Serikat berpotensi “memperuncing konflik regional” di Timur Tengah, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang.
“Semua pihak harus berbuat lebih banyak demi perdamaian di kawasan ini, mereka harus lebih berhati-hati, dan menghindari langkah-langkah yang bisa memicu kerusuhan baru di kawasan,” kata Geng.
Meski tidak terlalu aktif dalam persoalan regional Timur Tengah, China sudah sejak lama menyatakan sikap bahwa Palestina harus bisa mendirikan negara merdeka.
Sementara itu Rusia mengaku khawatir konflik antara Israel dengan Palestina akan semakin parah oleh keputusan terbaru Trump memindahkan kantor perwakilan Amerika Serikat ke Jerusalem.
Di Iran, Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei menanggapi langkah Trump sebagai tanda ketidakmampuan dan kegagalan politik luar negeri negara tersebut.
“Bahwa mereka (Amerika Serikat, red) menyatakan ingin menjadikan Quds sebagai ibu kota Palestina yang diduduki, itu adalah karena ketidakmampuan dan kegagalan mereka,” kata Khamenei.
Perdana Menteri Inggris Theresa May pada Rabu waktu setempat juga mengungkapkan ketidaksetujuannya atas sikap Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel, dan mengatakan bahwa hal itu “tidak membantu” upaya damai.
“Kami tidak setuju dengan keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke Jerusalem dan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Kami yakin itu tidak akan membantu prospek untuk perdamaian di kawasan itu.”
Perdana Menteri itu menegaskan kembali bahwa kedutaan Inggris untuk Israel akan tetap berada di Tel Aviv dan pemerintahannya yakin status Jerusalem “harus ditentukan dalam penyelesaian yang dinegosiasikan antara Israel dan Palestina.”
Di sisi lain, Turki juga mengutarakan kecaman serupa.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Casuvoglu mengatakan Amerika Serikat akan “melakukan kesalahan besar” jika meneruskan rencananya memindahkan kedutaan dan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Casuvloglu mengaku sudah mengingatkan hal ini kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menjelang pertemuan bilateral di kantor pusat NATO di Brussel.
“Ini adalah kesalahan besar yang tidak akan membawa stabilitas, melainkan kekacauan,” kata dia.
“Dunia sepenuhnya mengecam hal ini,” kata dia.
Proses pemindahan kantor kedutaan Amerika Serikat diperkirakan akan memakan waktu selama tiga sampai empat tahun, kata sejumlah pejabat setempat.
Komunitas internasional sendiri tidak mengakui kedaulatan Israel terhadap keseluruhan kota Yerusalem, yang merupakan kota suci bagi penganut agama Islam, Yahudi, dan Kristen.
Sebagai informasi, Israel mencaplok Yerusalem Timursejak perang pecah pada 1967. PBB pun telah mengeluarkan resolusi agar Israel hengkang dari wilayah tersebut. Kini, alih-alih pergi, Israel dapat memantapkan penjajahannya atas keseluruhan Yerusalem berkat dukungan rezim Donald Trump.
Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga umat agama besar, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. Sejak awal berdirinya, Israel mengklaim Yerusalem sebagai ibukota Negara Yahudi. Sementara itu, Palestina bervisi besar menjadikan Yerusalem sebagai ibukotanya di masa depan.
Pada Desember 2016, DK PBB mengeluarkan resolusi yang antara lain menegaskan tidak akan mengakui perubahan apa pun terhadap garis-garis demarkasi Yerusalem yang muncul sejak 1967. Resolusi ini juga menegaskan perlunya ada perundingan lebih lanjut sebelum menentukan status Yerusalem. Waktu itu, AS di bawah kepemimpinan Barack Obama menyatakan abstain.