Dunia Seratus Tahun ke Depan

Bagikan artikel ini

Noor Dani

Note : Dalam buku Berjudul next 100 years karya George friedman, ternyata apa yang sekarang terjadi di Libya dan lain-lain, sudah dirancang dengan rapi. Bahkan kenapa harus dimunculkan kelompok agama garis keras, sehingga nanti ada pembenaran untuk menaklukan daerah tertentu. Sadarkah mereka yang sekarang digerakkan untuk mencemarkan agama dengan bungkus pembela agama dengan pola kekerasan?

Seri tulisan ini mengupas buku karya George Friedman berjudul The Next 100 Years: A Forecast for the 21th Century yang diterbitkan oleh Doubleday pada tahun 2009. Friedman adalah seorang pemikir politik asal Amerika Serikat dan CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang intelijen.

Inti buku ini adalah perkiraan mengenai tata dunia 100 tahun ke depan dan berangkat dari analisis tentang kedudukan Amerika sebagai ‘pusat’ politik dunia. Karenanya, buku ini membahas apa yang akan terjadi di Amerika dan apa yang terjadi di luar Amerika. Keterkaitan antara dua aspek tersebut, menurut Friedman, akan menentukan wajah dunia 100 tahun mendatang.

Pada bab pembuka, Friedman menggambarkan secara singkat perubahan tata dunia sejak tahun 1900 menurut siklus 20 tahunan.

Tahun 1900 – Eropa adalah pusat dunia. Mereka juga menguasai belahan bumi bagian timur (eastern hemisphere). Eropa hidup dalam kemakmuran, sehingga penduduknya berpikir kemungkinan untuk terjadi perang sangatlah kecil. Perang, jika sampai terjadi, akan selesai dalam hitungan minggu. Masa depan terlihat demikian cerah: Eropa yang makmur akan menguasai dan mengatur dunia.

Tahun 1920 – Semua berubah drastis. Eropa tercabik-cabik oleh perang, yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Negara-negara besar (Austro-Hungaria, Rusia, Jerman, Turki Usmani) melemah. Muncul kekuatan-kekuatan baru, termasuk di luar Eropa.

Tahun 1940 – Jerman menjelma menjadi kekuatan besar, setelah melewati tahapan konsolidasi di dalam negeri. Sementara Inggris Raya semakin kehilangan pamor.

Tahun 1960 – Jerman kembali takluk, kali ini oleh Amerika. Eropa terbagi menjadi dua blok, masing-masing di bawah pengaruh Amerika dan Uni Soviet. Dunia diwarnai dengan pertarungan dua adikuasa tersebut.

Tahun 1980 – Amerika kalah. Bukan oleh Soviet, tetapi oleh gerilyawan Vietnam. Kekuatan China mulai diperhitungkan, terutama oleh Amerika dalam upaya mengimbangi dominasi Soviet di Asia.

Tahun 2000 – Perang Dingin telah usai. Soviet digantikan oleh Rusia. Hampir semua berpikir tentang pembangunan dan kemajuan ekonomi. Konflik dan peperangan yang melelahkan sepertinya akan segera dilupakan.

Kemudian, seperti tiba-tiba, terjadi peristiwa 11 September 2001. Dunia terhenyak. Semua seperti berputar kembali ke belakang.

Dari sini Friedman berkeyakinan bahwa:
At a certain level, when it comes to the future, the only thing one can be sure of is that common sense will be wrong. There is no magic twenty-year cycle; there is no simplistic force governing this pattern. It is simply that the things appear to be so permanent and dominant at any given moment in history can change with stunning rapidly.

Oleh karenanya, menurut Friedman, seratus tahun dari sekarang perang antara Amerika dan Islam radikal juga akan segera dilupakan. Seperti juga publik saat ini sudah melupakan perang Spanyol-Amerika.

Penyebabnya adalah kekuatan Amerika yang begitu dominan. Sejak Perang Sipil usai, ekonomi mereka tumbuh dengan cepat. Kekuatan militer dan politik mereka juga demikian.

Secara geografis mereka juga diuntungkan karena menguasai wilayah Atlantik Utara, akses utama ke Eropa. Dan siapa yang memiliki keunggulan akses ke Eropa akan menguasai dunia. Muncul pendapat bahwa Rusia dan China akan menjadi pesaing Amerika, bahkan mampu mengalahkannya.

Namun Friedman menyanggahnya.
The Russians can’t avoid trying to reassert power, and the United States can’t avoid trying to resist. But in the end Russia can’t win. Its deep internal problems, massively declining population, and poor infrastructure ultimately make Russia’s long-term survival prospects bleak. And the second cold war, less frightening and much less global than the first, will end as the first did, with the collapse of Russia.

Bagaimana dengan China? Friedman memandang China bukan lawan sepadan Amerika karena tiga sebab. Pertama, posisi China terisolasi dan sulit untuk ekspansi. Kedua, China tidak memiliki sejarah sebagai kekuatan besar di lautan. Ketiga, China tidak memiliki stabilitas politik dan sosial.

Friedman memprediksi akan muncuk tiga kekuatan besar pada pertengahan abad ini, yaitu Jepang, Turki, dan Polandia. Friedman berpandangan bahwa Jepang – kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia – tidak akan dapat bertahan menjadi marginal pacifist power untuk selamanya.

Turki diperkirakan akan menjadi kekuatan besar. Selain karena faktor sejarah, kebangkitan Turki dianggap sebagai respon terhadap gejolak yang selalu terjadi di wilayah sekeliling – Balkan, Kaukasus, dan Arab.

Polandia akan menjadi kekuatan besar karena merosotnya Jerman. Selain itu, Polandia akan menjadi buffer terhadap ekspansi Rusia ke barat.

Friedman menutup bab pertama bukunya dengan, sekali lagi, bahwa peran Amerika sangat dominan di abad 21 ini. Oleh karenanya, apa yang terjadi di Amerika dan apa yang terjadi di luar Amerika – baik sebagai respon terhadap Amerika atau memiliki dampak terhadap Amerika – akan sangat berpengaruh terhadap wajah dunia seratus tahun ke depan.

Dalam dua paragraf penutup, Friedman menulis:
We are now in an American-centric age. To understand this age, we must understand the United States, not only because it is so powerful but because its culture will permeate the world and define it. … So studying the twenty-first century means studying the United States.

Serta,

If there were only one argument I could make about the twenty-first century, it would be that the European Age has ended and that the North American Age has begun, and that North America will be dominated by the United States for the next hundred years. The events of the twenty-first century will pivot around the United States. That doesn’t guarantee that the United States in necessarily a just or moral regime. It certainly does not mean that America has yet developed a mature civilization. It does mean that in many ways the history of the United States will be the history of the twenty-first century.

So, bagaimana tanggapan Anda terhadap pemikiran Friedman?

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com