Tubagus Soleh, Ketum DPN Babad Banten
“….teroris tidak mungkin berasal dari agama,tapi berasal dari akal yang rusak,hati yang keras dan jiwa yang congkak…” Sidi Syekh Rohimudin Nawawi Albantani,Mursyid Thoriqoh Syadziliyah dan Guru Besar Babad Banten
Menyedihkan sekaligus menggeramkan. Sekali lagi kita harus menyaksikan saudara sebangsa kita menjadi korban dari tindakan teroris. Tindakan biadab yang tidak pernah ada contohnya dalam sejarah para Nabi dalam menegakan kebenaran. Tapi apa mau dikata,teroris telah menjadi fakta. Dan kita harus mencernanya dengan terpaksa. Sambil mengunyah kita bertanya tanya. Sebenarnya ini makhluk apa? Begitu sadis tak berprikemanusiaan.
Belum hilang dalam ingatan kita. Teror ‘orang gila’ yang mendatangi para kyai. Hampir saja bila tidak dihentikan teror ini terus saja menimpah para Kyai sang Guru di kampung-kampung yang begitu tulus dalam mendidik generasi bangsa dengan benar.
2018 tahun politik –sebuah istilah yang presiden Jokowi populerkan–apapun pasti dikaitkan dengan politik. Yang paling mencolok adalah agenda Bangsa yang sangat penting di tahun 2019 yaitu Pemilu dan Pilpres.
Lalu apa kaitannya kegiatan teroris dengan agenda pemilu dan pilpres? Bila memakai frame ‘tahun politik’,kita bisa menafsirkan bahwa tindakan teroris itu merupakan pengkondisian untuk menciptakan rasa tidak aman di masyarakat. Sehingga rakyat dengan mudah digiring sesuai dengan agenda teroris yang sudah disiapkan. Sangat tidak mungkin sebuah gerakan teroris tanpa desainer. Tanpa agenda jangka pendek,menengah dan jangka panjang. Inilah yang harus menjadi perhatian kita semua.
Gerakan teroris saat ini yang paling serius semenjak bom bali. Karena gerakan teror dimulai dari dalam benteng institusi keamanan negara yang dihormati oleh kita semua yaitu mako brimob. Konon diawali dari masalah sepele yaitu masalah makanan berubah dengan seketika menjadi penyerangan dan penyanderaan. Barangkali kita semua masih bertanya serius, masa iya hanya dari masalah sepele seperti itu? Kalau kita membaca pola gerakannya semua ini sudah dirancang matang atau setengah matang. Terbukti peristiwa di mako brimob memicu sel teroris yang masih berkeliaran di luar langsung menyusun barisan yang tidak mudah dideteksi. Hanya berselang tiga hari dari tragedi mako brimob mereka berhasil meluluhlantahkan surabaya dengan membom 3 gereja sekaligus.
Teroris merupakan ancaman serius bagi keutuhan NKRI. Kita tidak boleh berhenti hanya pada pernyataan sikap dan kecaman. Namun lebih dari itu,kita harus menyiapkan langkah Jihad Intelektual yang serius. Teroris merupakan hasil dari produk Ide. Ideologi yang menyimpang dari napas perjuangan bangsa kita yang sudah berkonsensus Pancasila sebagai dasar negara. Sekaligus sebagai kalimatussawa. Bagi teroris, hanya dengan jalan memaksakan kehendaklah Ide tentang ‘Islam’ yang mereka pahami bisa ditegakkan. Gilanya lagi,mereka tekun mentransformasi Ideologi import dalam bentuk kegiatan-kegiatan kecil yang konsisten. Bahkan tanpa malu malu mereka pun merebut masjid-masjid kampung yang selama ini menjadi basis NU kita. Dan ketika sudah mulai ada pengikut biasanya mulailah sgaris pemisah dengan umat yang berbeda pemahaman. Akibatnya tidak jarang berakhir dengan konflik horizontal sesama umat akar rumput.
Tindakan teroris sangat salah. Bahkan sangat perlu kita kutuk. Namun yang lebih penting jangan sampai basis basis umat kita yang aswaja menjadi bulan bulanan garapan mereka. Seolah-seolah domba-domba yang tersesat yang perlu bimbingan. Kelalaian kita dalam membina jamaah di masjid-masjid membuka ruang terbuka bagi jaringan teroris untuk masuk dan mengobrak abrik dari dalam basis aswaja kita.
Indonesia sebagai wilayah dakwah dan sebagai benteng Islam dunia sejak zaman Walisongo harus kita jaga keutuhannya. Meskipun tidak sedikit tantangannya. Namun dengan kearifan dan ketekunan kita dalam memberikan pencerahan kepada umat wa bil khusus generasi masa depan, kita optimis ‘zaman kacau balau’ ini bisa kita lewati dengan selamat. Karena sesungguhnya generasi yang memaksakan kehendaknya yang kini bermetamorfosis menjadi teroris merupakan generasi yang buta sejarah bangsanya sendiri. Jawaban nyatanya ada di pihak pemerintah, mampu tidak mewujudkan Pancasila sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Membumikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan agenda bangsa yang serius yang sangat mendesak segera dinyatakan. Dengan sendirinya teroris tidak ada ruang gerak untuk menyemai ide-idenya di ladang-ladang kita. LAWAN TERORIS DENGAN MEMBUMIKAN PANCASILA…!!!