GMO Berpotensi Ciptakan Ketergantungan Ekonomi Petani Kepada Korporasi Penguasa Pasar Benih Seperti Monsanto dan Bayer

Bagikan artikel ini

Tanggapan Zainal Arifin Fuad, Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Petani Indonesia (SPI), terhadap artikel Hendrajit Bertajuk Proyek GMO: Agenda Tersembunyi AS untuk Monopoli Sektor Pertanian Indonesia, 4 Desember 2017

Bonus demografi berupa pertumbuhan penduduk yang tinggi memang selintas  menimbulkan kekuatiran akan kecukupan dan ketersediaan pangan. Seolah terhipnotis oleh mantranya pakar kependudukan Thomas Malthus.

Maka kemudian lahirlah apa yang kita kenal dengan Revolusi Hijau sekitar tahun 1967 untuk memenuhi pangan penduduk dunia. Sehingga Revolusi Hijau pun tak terkecuali, diterapkan di Indonesia.

Namun ini kemudian lebih banyak ruginya daripada kemanfaatannya ekonomi petani maupun pemberdayaan sektor pertanian pada umumnya.

Revolusi Hijau ternyata malah menggeser benih lokal petani, pupuk dan obat-obatan tanaman alami (agroekologi) dengan benih hibrida, pupuk kimia dan pestisida yang diproduksi oleh korporasi agro-kimia global seperti Monsanto, Dupont, Sygenta dan Bayer.

Dari situlah kemudian, kapitalisme pertanian tumbuh subur dan membuat ketergantungan ekonomi terhadap petani. Disamping dampak negatif dari aspek lingkungan dan kesehatan.

Menurut saya, Revolusi Hijau itulah yang kiranya tepat disebut gelombang pertama kapitalisme pertanian. Lantas, gelombang kedua lahir ditandai dengan dikenalnya benih GMO, yang digembar-gemborkan sebagai solusi dari krisis pangan akibat perubahan iklim. Dan disebutlah  benih GMO lebih lanjut disebut satu paket CSA (climate smart agriculture).

Ya, ini memang mengkhawatirkan. Sebab benih GMO bakal menjadi titik tolak ketergantungan ekonomi petani terhadap korporasi-korpoorasi benih, khususnya Monsanto dan  Bayer – yang saat ini keduanya sudah Merger dan menjadikan mereka sebagai penguasa pasar benih.

Dan harus diwaspadai program 1000 desa berdaulat benih petani dari Jokowi bisa-bisa menjadi desa daulat benih korporasi. Sementara petani kembali hanya sebatas menjadi buruh produksi benih.

Sekadar informasi, saat ini tanaman jagung GMO Monsanto sudah pada tahap uji akhir. Lahan pengujiannya di Mojokerto Jawa Timur, Lampung dan Sumatra Utara.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com