Indonesia Mampu Menangkal Serangan ISIS

Bagikan artikel ini
“Karena itu dia mengalihkan strategi menyerang langsung negara lewat teroris-teroris yang dia kirim maupun yang dilakukan simpatisan yang ada didalam negeri,”kata Sutiyoso di Stasiun Tugu Yogyakarta saat akan menuju Jakarta dengan naik kereta api, Minggu (10/7/2016) seraya menambahkan karena ISIS beralih strategi ini maka kewaspadaan harus ditingkatkan serta segera melakukan revisi UU teroris.
Kalangan pakar intelijen menilai ISIS dan simpatisannya dalam bentuk “lone wolf” sedang mengimplementasikan teori balon akibat terdesaknya ISIS di Suriah membuat kelompok ISIS tercerai berai. Untuk dapat menjaga moral para simpatisan dan demi kepentingan ideologis (dan ekonomis) tentu perlu menjaga eksistensi kelompok. Salah satunya adalah melakukan aksi bunuh diri dan tentu saja bukan di Suriah. Teori balon sedang terjadi, ISIS ditekan di Suriah dan dampaknya akan mengembang di tempat lain.
Dalam skala nasional, teori balon juga terjadi di Indonesia. Kelompok radikal yang terkonsentrasi di Poso terdesak oleh operasi gabungan Polri dan TNI. Kelompok ini menyingkir ke Bima, namun tetap dikejar. Akhirnya kelompok radikal ini menyebar ke berbagai daerah termasuk Surabaya dan terkahir di Surakarta yang telah melakukan aksi bom bunuh diri yang diperkirakan ada kaitan dengan aksi bunuh di Bagdad, Madina, Jedah, Dhaka, Istanbul dan tempat lainnya yang dipicu oleh perintah dari petinggi ISIS, Abu Muhamad Al Adnani (juru bicara), kepada simpatisannya untuk melakukan aksi pada bulan Ramadhan dan sesudahnya.
Sependapat dengan Sutiyoso, berdasarkan hasil analisis kelompok IHS seperti dilansir AFP menyebutkan, wilayah yang dikuasai militan radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Suriah dan Irak dilaporkan semakin berkurang. Hasil analisis menyebut ISIS kehilangan 12 persen wilayahnya hingga pertengahan tahun 2016.
ISIS yang mendeklarasikan kekhalifahannya di sejumlah wilayah Suriah dan Irak sejak tahun 2014 lalu, mulai kehilangan wilayah setelah mengalami kekalahan akibat serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat. “Tahun 2015, kekhalifahan ISIS menyusut sebesar 12.800 kilometer persegi, menjadi 78 ribu kilometer persegi, atau kehilangan 14 persen (wilayahnya). Dalam enam bulan pertama tahun 2016, wilayah mereka menyusut lagi sebesar 12 persen. Hingga 4 Juli 2016, ISIS menguasai setidaknya 68.300 kilometer persegi wilayah di Irak dan Suriah. Tidak hanya wilayah yang menyusut, IHS juga menyebut pendapatan ISIS terus mengalami penurunan. Dari sekitar US$ 80 juta pada pertengahan tahun 2015, turun menjadi menjadi hanya US$ 56 juta pada Maret 2016,” sebut IHS dalam laporan hasil analisisnya.
Di Suriah, ISIS tengah berada di bawah tekanan rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang didukung militer Rusia dan juga aliansi Arab-Kurdi yang didukung koalisi pimpinan AS serta pasukan pemberontak Suriah. Sedangkan di Irak, pasukan militer yang didukung koalisi AS dan kelompok milisi pro-pemerintah berhasil mengalahkan sejumlah posisi ISIS. Posisi ISIS di kota Manbij, Suriah, saat ini tengah terkepung. Posisi itu berada di jalur strategis yang menjadi rute suplai logistik antara Suriah dengan Turki.
Pada Maret lalu, ISIS berhasil dipukul mundur dari kota kuno Palmyra, Suriah dan pada Juni, ISIS diusir dari kota Fallujah, Irak. Tahun 2015 lalu, ISIS kehilangan wilayah penting Tal Abyad, yang terletak di antara perbatasan Suriah dengan Turki dan juga kehilangan kota Ramadi, Irak. Pada Mei lalu, Pentagon menyebut ISIS telah kehilangan 45 persen wilayahnya di Irak dan kehilangan 16-20 persen wilayah di Suriah.
Peneliti senior IHS, Columb Strack, menyebut menyusutnya wilayah ISIS ini kemungkinan besar berarti ISIS akan meningkatkan serangan yang memicu banyak korban jiwa. “Seiring menyusutnya wilayah kekhalifahan ISIS dan semakin jelas bahwa proyek pemerintahannya mereka gagal, kelompok ini tengah mengatur kembali prioritas mereka,” sebutnya.
“Sayangnya, kami memperkirakan adanya peningkatan serangan yang memicu banyak korban jiwa dan sabotase infrastruktur ekonomi, di wilayah Irak dan Suriah, maupun wilayah lain, termasuk Eropa,” imbuh Strack.
Sedangkan, Sekretaris Pers Pentagon Peter Cook menyebutkan, dua pemimpin senior ISIS yaitu Wakil Menteri Perang ISIS Basim Muhammad Ahmad Sultan al-Bajari dan Komandan Militer ISIS Wilayah Motul Hatim Thalib al-Hamduni tewas dalam serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat di dekat benteng ISIS di kawasan Mosul, Irak.
Al-Bajari adalah mantan anggota Al-Qaeda yang bergabung dengan ISIS pada 2014 dan mengintai untuk menguasai Mosul. Sementara itu Al-Hamduni adalah komandan militer sekaligus kepala polisi militer di wilayah Mosul.
Disamping mereka, pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat menewaskan setidaknya 250 tersangka militan ISIS dan menghancurkan 40 kendaraan ISIS disekitar Falluja, Irak.
Strategi Menangkal ISIS
Niat dan kemampuan ISIS untuk terus melancarkan serangan terhadap “near enemies” dan “far enemies” mereka masih sangat kuat, sepanjang konflik sektarian di Suriah dan Irak belum terselesaikan, karena di kedua negara tersebut tempat sebagian besar anggota ISIS bermukim sekarang.
Walaupun akitivitas ISIS di media sosial khususnya twitter menurut CIA telah menurun, namun Direktur CIA Jhon Brennan menyatakan kemampuan ISIS untuk terus menyebarkan narasinya, serta menghasut dan melakukan serangan-serangan cukup signifikan.
Di dalam negeri, sinyalemen Kepala BIN Sutiyoso yang menyatakan ada potensi ISIS untuk menyerang Indonesia harus menjadi “strong signal” bagi aparat negara termasuk seluruh masyarakat Indonesia. Sinyalemen Sutiyoso ini jelas memiliki reliability yang kuat karena kelompok-kelompok teror di Indonesia cukup eksis seperti kelompok Santoso di Poso atau kelompok JADKN (Jamaah Ansarut Daulah Khilafah Nusantara).
Disamping itu, juga masih banyak organisasi trans nasional yang berkembang di Indonesia, kelompok mantan combatan Suriah yang kemungkinan tidak lama lagi akan memasuki Indonesia, dan kelompok mantan tahanan kasus terorisme yang masih mempunyai pemikiran radikal, kelompok intoleran melalui tin dakannya yang eksklusif menjadikan Indonesia sebagai ladang subur akar terorisme. Pertanyaannya, apa strategi menangkal teror dan ISIS ?
Setidaknya ada beberapa strategi untuk menangkal aksi teror dan ISIS di Indonesia yaitu : pertama, untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap ancaman teror, gambaran tentang bahayanya teror harus dijiwai masyarakat. Secara teori, pilihan atas aksi teror dibanding oleh aksi atau cara lain untuk mewujudkan cita-cita orang atau kelompok  disebabkan oleh beberapa hal. Pertama teror adalah cara paling efektif untuk menunjukkan eksistensi kelompok minoritas atau marginal. Kedua, teror cermin dan implikasi atas kepribadian pemimpin kelompok yang tidak sehat dan menjadi kultur kelompok secara umum.
Kedua, pemerintah perlu melakukan banyak hal terutama dalam pencegahan terorisme. Terorisme harus ditangani dengan pencegahan sejak dini. Untuk itu, pemerintah berdiri di garis terdepan dalam melawan terorisme dengan menyatakan perang semesta terhadap kelompok teror. Perang semesta terhadap kelompok teror berarti  negara harus melibatkan organisasi keagamaan seperti NU, Muhammadiyah dll untuk bersama-sama menyatakan “perang” terhadap terorisme tidak hanya secara retorika saja, melainkan lebih dari itu. Teroris dan simpatisannya harus dinyatakan sebagai penjajah atau pemberontak yang harus diusir atau diberantas setuntasnya.
Ketiga, pencegahan terorisme memerlukan suatu kinerja intelijen yang kuat. Aparat intelijen perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga mampu memberikan peringatan dini dan deteksi dini atas bahaya terorisme. Disinilah urgensinya mengapa Kepala BIN mendesak perlunya revisi UU Anti Terorisme dengan menambah kewenangan spesial kepada BIN.
Keempat, pemerintah harus proaktif mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial di lingkungannya. Masyarakat dapat berfungsi sebagai ujung tombak negara untuk mencegah paham radikal berkembang biak. Kontra radikalisasi harus dilakukan oleh masyarakat sebagai entitas paling luas dan paling berdekatan dengan kelompok teror.
Kelima, dari peringatan dini dan deteksi dini ini maka dapat dilakukan langkah-langkah deradikalisasi untuk mencegah aksi radikal dan teror terjadi di masyarakat. Agar deradikalisasi tepat sasaran, maka project officer program deradikalisasi perlu memahami bahwa model aksi terorisme biasanya didahului dengan perekrutan, penanaman nilai atau paham-paham (doktrinasi), setelah calon pelaku mempunyai keyakinan yang kuat dan loyalitas yang militan maka baru disusun aksi terorisme yang penuh dengan strategi. Di dalam kelompok inilah calon pelaku aksi terorime memperoleh paham-paham dan doktrin keyakinan bahwa kekerasan adalah cara untuk mencapai tujuannya. Untuk mempermudah menanamkan paham-paham ini, maka calon pelaku dipilih dari orang yang berusia muda (15-35 tahun), dengan kondisi bimbang, krisis identitas, bahkan beberapa pelaku ternyata dasar agamanya tidak kuat.
Keenam, Kementerian Kominfo dan seluruh komunitas Kominfo di K/L perlu melakukan sinergi dan kerjasama menangkal dan menutup aktivitas ISIS dan kelompok teror di media sosial melalui kegiatan cyber patrol dan penyebaran counter narrative measures dari aktivitas penyebaran narasi radikal yang masih dilakukan kelompok teror baik secara verbal, langsung antar orang, atau tulisan melalui buku dan media cetak, bisa juga melalui media lain seperti video yang mudah diakses dengan teknologi internet.
Cyber patrol akan mengurangi dan menutup teroris untuk mensukseskan aksinya, mempersulit mereka mendapatkan pengetahuan untuk menyusun strategi dan mempersempit peluang teroris menyebarkan teknik-tenik melakukan teror melalui internet yang seringkali mereka upload melalui fasilitas internet milik pribadi ataupun melalui warung-warung internet yang buka 24 jam non stop. Pelarangan terhadap operasional warung-warung internet yang buka 24 jam non stop juga menjadi bagian penting dari “perang semesta” melawan teroris karena upaya ini dapat menutup peluang teroris menyebarkan pengaruhnya kepada masyarakat terutama generasi muda kita.
Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com