Kesadaran dan Kehati-hatian dalam Memilih

Bagikan artikel ini

Amril Jambak, wartawan di Pekanbaru, Riau sekaligus peneliti di Forum Dialog Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia

TANPA disadari pemilihan umum legislatif (Pileg) kembali hadir di tengah-tengah kita. Pesta demokrasi yang digelar lima tahun sekali tersebut bakal digelar pada 9 April 2014. Tentunya dengan niat yang ikhlas serta memiliki tanggung jawab moral untuk menyukseskan pileg tersebut, diharapkan untuk memilih sesuai hati nurani kita.

Berbagai kalangan, mulai dari politikus, kepala daerah, baik gubernur, bupati/walikota, camat hingga ke bawah, tidak bosan-bosannya untuk mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih dalam pileg tersebut.

Tidak hanya itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu, juga terus melayangkan himbauan-himbauan agar masyarakat menggunakan hak pilihnya.

Pesta demokrasi adalah milik rakyat Indonesia, maka merekalah yang harus benar-benar diuntungkan dalam pelaksanaan Pemilu nanti, dan salah satu caranya adalah dengan menggunakan hak pilih dengan benar.

Karena itu, pemerintah melalui camat, lurah hingga kepala desa dan unsur masyarakat seperti para tokoh agama maupun masyarakat, untuk  terus menghimbau agar menyukseskan Pemilu pada 9 April nanti.

Akan sama halnya yang diinginkan penyelenggara pemilu, penulis juga berharap seluruh komponen masyarakat Indonesia yang ada di Tanah Air maupun Luar Negeri agar menggunakan hak suaranya pada pemilu (pileg dan pilpres, red).

Dalam kaitan tersebut, penulis sendiri membuka hati untuk menyalurkan hak pilih dalam Pileg dan Pilpres, karena sangat menentukan perjalanan bangsa ini, setidaknya lima tahun ke depan. Tentunya dengan memilih caleg berkualitas yang benar-benar memikirkan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya.

Jika di daerah ada caleg incumbent kembali bertarung merebut kursi di lembaga legislatif di masing-masing tingkatan (DPR RI, DPRD Provinsi, kabupaten dan kota) dan juga DPD RI. Hendaknya mempertimbangkan apa yang telah dilakukannya (track record, red) selama periode 2009-2014.

Artinya, kita sebagai pemilih harus benar-benar teliti dalam menentukan pilihan. Hal ini dilakukan agar kita tidak membeli kucing dalam karung.

Bayangkan saja, jika yang dipilih tidak peduli dengan kita, atau arti luasnya tidak mementingkan orang banyak, alamat lima tahun penyesalan timbul ‘kenapa saya memilih dia’.

Selayaknyalah memilih caleg berdasarkan hati nurani, bukan dikarenakan paksaan ataupun imbalan dari caleg yang dipilih. Ingatlah, lima tahun bukan waktu yang singkat untuk terus menyesali diri. Gunakanlah kata hati dan datanglah ke TPS untuk memilih yang terbaik untuk bangsa dan negara serta daerah kita berdomisili.

Facebook Comments
Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com